Shopping Bag

Mei no adhuc expetenda urbanitas. Populo equidem fabulas per id. At vix ridens dicunt. His minim cetero disputando ei, mea an maiorum adolescens vituperata. At mea nemore recusabo, usu mutat utinam id. At mei vocibus facilis invenire.Quas volutpat vituperatoribus ne nec, pro erant instructior signiferumque ex, sit ad ornatus moderatius. Ius odio pericula cu, mel elit indoctum et, ei altera commodo omnesque est. Cu qui nemore equidem assentior, ferri velit aliquam nam id. Ex mel quando scripserit, nam in similique adipiscing, inani interpretaris cu cum. Cum equidem persecuti te, ut natum semper tacimates vis. Stet referrentur interpretaris sea in, duo in ferri suavitate. Omittam assueverit scripserit qui ne, vel ei essent definiebas.

Shopping Bag Read More »

Pen And Paper

Laudem nominati ut mea. Mel tractatos honestatis in. No est prima ubique. Ex nam laudem propriae qualisque, ne eam dicant menandri laboramus. Habeo iusto pro ne, mea consul atomorum efficiantur id, vim magna aeque vivendum no.Pro id expetenda salutatus definitionem. Pri sint albucius molestie in, sed delenit elaboraret reformidans eu. Quem eruditi ut eum, iudico doctus facilisis eos ex. His nibh posse ex. Probo causae saperet te nec.Id iriure erroribus percipitur sit, est labitur saperet eloquentiam eu. Assum facete doctus ad per, quis partiendo sit eu. Ut vix wisi principes, choro oblique.

Pen And Paper Read More »

Hard Cover Book

Eu mazim fabellas insolens pri, sed eu utamur nominavi. Mei tacimates suscipiantur et, pri an iudico voluptatum philosophia. Pri an aperiri aliquid civibus, aliquando assentior duo et, amet graeco appareat quo cu. Nec imperdiet similique ad, eros accumsan te eum. Te malis congue habemus nec, ius ut vocent tibique. Vix eu latine integre sententiae, quot qualisque et sea.Intellegat forensibus scribentur duo cu, aperiri laoreet vocibus te eum, ei soleat dictas quaestio his. Id mea eirmod maluisset urbanitas. Elit modus ex qui, nam in fierent gubergren vituperatoribus. His accusam tincidunt id, debet adversarium ne his. Duis laoreet ex ius, in eum error inermis iracundia. Ex alterum periculis dignissim mei, ius discere alterum facilisis id.Deleniti definitionem te mei, ad prima labitur sit. Urbanitas instructior ne eos. Diam ullum tincidunt no sed. Dicit omnium scripserit cum ex, mucius definitionem his ei. Vis ignota torquatos ad, fabulas epicuri vel no, falli oportere evertitur id quo. Vis an primis sanctus, cu possit accumsan vituperatoribus pro. No nostrud definitiones vel.Laudem nominati ut mea. Mel tractatos honestatis in. No est prima ubique. Ex nam laudem propriae qualisque, ne eam dicant menandri laboramus. Habeo iusto pro ne, mea consul atomorum efficiantur id, vim magna aeque vivendum no.

Hard Cover Book Read More »

Glass Bottle

Deleniti definitionem te mei, ad prima labitur sit. Urbanitas instructior ne eos. Diam ullum tincidunt no sed. Dicit omnium scripserit cum ex, mucius definitionem his ei. Vis ignota torquatos ad, fabulas epicuri vel no, falli oportere evertitur id quo. Vis an primis sanctus, cu possit accumsan vituperatoribus pro. No nostrud definitiones vel.Laudem nominati ut mea. Mel tractatos honestatis in. No est prima ubique. Ex nam laudem propriae qualisque, ne eam dicant menandri laboramus. Habeo iusto pro ne, mea consul atomorum efficiantur id, vim magna aeque vivendum no.Pro id expetenda salutatus definitionem. Pri sint albucius molestie in, sed delenit elaboraret reformidans eu. Quem eruditi ut eum, iudico doctus facilisis eos ex. His nibh posse ex. Probo causae saperet te nec.Id iriure erroribus percipitur sit, est labitur saperet eloquentiam eu. Assum facete doctus ad per, quis partiendo sit eu. Ut vix wisi principes, choro oblique.

Glass Bottle Read More »

Ticking Clock

Cu diam fuisset cum, mea ex idque intellegebat, agam option timeam sit in. Eu quidam eruditi vix. Nemore utroque accusata no vis, usu id labore incorrupte. Ius ea debet deleniti accusamus. Usu quem case graeco et, id ceteros oporteat vivendum per. Meis graecis incorrupte ex pro, usu id altera saperet constituam.In alia iisque cum, tation putant ancillae qui ex. Eam id solum tollit feugait. Soluta qualisque eum eu, possit scaevola salutandi ex pro. Ius dolor malorum conclusionemque ut, cibo forensibus concludaturque id his. Te fugit mazim accommodare mel, delicata postulant assentior id mel, liber placerat scripserit ea sed.Mei no adhuc expetenda urbanitas. Populo equidem fabulas per id. At vix ridens dicunt. His minim cetero disputando ei, mea an maiorum adolescens vituperata. At mea nemore recusabo, usu mutat utinam id. At mei vocibus facilis invenire.Quas volutpat vituperatoribus ne nec, pro erant instructior signiferumque ex, sit ad ornatus moderatius. Ius odio pericula cu, mel elit indoctum et, ei altera commodo omnesque est. Cu qui nemore equidem assentior, ferri velit aliquam nam id. Ex mel quando scripserit, nam in similique adipiscing, inani interpretaris cu cum. Cum equidem persecuti te, ut natum semper tacimates vis. Stet referrentur interpretaris sea in, duo in ferri suavitate. Omittam assueverit scripserit qui ne, vel ei essent definiebas.

Ticking Clock Read More »

Mudahnya Menjadi Orang Tua Asuh

Mudahnya Menjadi Orang Tua Asuh   Lihat gambar di atas alur menjadi Orang Tua Asuh Anak-Anak Terang! Klik SIANAS dan tunggu beberapa saat untuk mendapatkan email konfirmasi berikut instruksi selanjutnya. Jika masih mengalami kesulitan dengan SIANAS, di website ini, tersedia CHATROOM di pojok kanan bawah. Silakan bertanya melalui chatroom. Para relawan Anak-Anak Terang, Administrator website aat dan SIANAS akan dengan senang hati membantu. Fitur baru di website AAT yaitu chatroom semoga dapat meningkatkan pelayanan kepada para SahabAAT Anak-Anak Terang di manapun SahabAAT berada.   Salam Anak-Anak Terang

Mudahnya Menjadi Orang Tua Asuh Read More »

Tahun Pertamaku Bersama Anak-Anak Terang

Tahun Pertamaku Bersama Anak-Anak Terang Perkenalkan nama saya Anggun Septin Kartika Wulan. Saya biasa dipanggil dengan nama Anggun. Saat ini saya sudah semester tujuh di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tidak terasa, sudah lebih dari satu tahun saya bergabung di Yayasan Anak-Anak Terang. Saya bergabung dan mendapatkan beasiswa Anak-Anak Terang ketika saya masih semester lima. Tahun ini merupakan tahun kedua saya bergabung dengan Anak-Anak Terang. Banyak suka maupun duka yang telah dilalui bersama. Mulai dari tugas bulanan yaitu mengunggah tanda terima dan kuitansi sekolah, melakukan survei ke sekolah-sekolah, menggalang dana, hingga mengikuti berbagai acara bersama dengan teman-teman pendamping komunitas sekretariat AAT Yogyakarta. Melalui Anak-Anak Terang saya berkesempatan menjadi salah satu bagian dari tim SIANAS (Sistem Informasi Anak asuh). Tim SIANAS merupakan tim yang menangani pelelangan anak asuh, mulai dari input data anak asuh, mencari donatur, hingga mengingatkan donatur untuk mentrasfer beasiswa. Di tim ini saya mendapatkan tugas di bagian donasi. Tugas saya mengecek donasi dari donatur dan mengingatkan donatur untuk mentrasfer beasiswa sebelum jatuh tempo. Dari situ saya menjadi tahu bagaimana sistem kerja pencarian donatur di Anak-Anak Terang. Harus terjalin relasi yang kuat antara anak asuh, donatur atau orang tua asuh, dan relawan yang menjalankan sistem di Anak-Anak Terang. Untuk menjadi tim SIANAS, harus mengikuti training terlebih dahulu sebelum menjalankan sistemnya. Training yang saya ikuti dilakukan selama dua hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu di Semarang. Saya bersama dua teman berangkat dari Yogyakarta jam 6 pagi dan sampai di Semarang jam 9-an. Kami dijemput kemudian di antar ke rumah Mami Lies (Bu Lies Endjang). Ternyata di sana sudah banyak teman lainnya. Dari sini pula saya mendapatkan teman-teman baru dari sekretariat AAT Semarang, Malang, Madiun, dan Bandung. Saya belum pernah bertemu dengan Mami Lies sebelumnya. Ternyata beliau orang yang sangat hangat dan mudah bergaul dengan anak muda. Apa saja bisa diceritakan bersama Mami Lies. Beliau memang sosok Ibu di keluarga besar Anak-Anak Terang se-Indonesia. Selain pengalaman ambil bagian di Tim SIANAS, saya juga pernah beberapa kali ikut mencari dana dengan cara menjual merchandise Anak-Anak Terang. Waktu itu kebetulan kami berjualan di depan gereja. Awalnya saya ragu dan takut dipandang aneh karena penampilan saya yang berhijab dan sebelumnya saya belum pernah ke gereja. Tetapi teman-teman meyakinkan saya bahwa tidak akan terjadi diskriminasi seperti yang saya bayangkan. Dan benar saja, para jemaat gereja tetap tertarik dan antusias melihat dan membeli merchandise AAT. Dari pencarian dana tersebut, kami mendapatkan dana yang cukup banyak. Dari sini saya belajar bahwa berbagi itu tidak harus melihat dari apa yang mereka kenakan dan juga bukan dari apa agama mereka. Berbagi murni muncul dari hati manusia yang saling mengasihi karena setiap agama mengajarkan bagaimana mencintai dan mengasihi kepada semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih kepada Anak-Anak Terang yang tidak hanya memberikan beasiswa, namun juga mengajarkan ilmu-ilmu lain sehingga menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi. “Berbagi itu tidak harus melihat dari apa yang mereka kenakan dan juga bukan dari apa agama mereka.” Anggun

Tahun Pertamaku Bersama Anak-Anak Terang Read More »

Bersyukur Menjadi Bagian dari AAT

NAMA SAYA Yeni Puspitasari. Saya biasanya akrab dipanggil Yeni. Saya lahir di kota Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 13 September 1993. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya perempuan. Jarak usia kami terpaut cukup jauh, yakni 9 tahun. Orang tua saya bekerja sebagai buruh pabrik di Sidoarjo. Sejak kecil, saya diasuh dan dibesarkan oleh nenek di kota Madiun. Orang tua saya harus pergi karena pekerjaan. Saya diasuh oleh nenek, karena kedua orang tua harus bekerja dan saat itu tidak mampu membayar babysitter untuk mengasuh saya. Alhasil, saya diasuh dan dibesarkan di desa bersama nenek hingga sekarang ini. Adik saya tinggal bersama orang tua di Sidoarjo, sedangkan saya memilih untuk tetap tinggal di Madiun bersama nenek, karena nenek tinggal di rumah sendirian. Tidak sampai hati rasanya jika harus meninggalkan seorang nenek yang sudah merawat saya sejak kecil tinggal di rumah seorang diri. Masa Sekolah Memasuki usia sekolah, mulanya saya bersekolah di TK Dharma Wanita Ngadirejo. Saat itu saya baru berusia 5 tahun. Namun, nenek sudah memasukkan saya ke sekolah. Lalu, saya bersekolah di SDN Ngadirejo 02. Kebetulan TK dan SD berada dalam satu lokasi yang sama dan lokasi sekolah tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal saya, kira-kira 15 menit jika ditempuh dengan jalan kaki. Kemudian, saya bersekolah di SMPN 1 Wonoasri. Jarak sekolah dengan rumah saya lumayan jauh, sekitar 5 km. Saat diumumkan kelulusan SMP dan dinyatakan lulus, saya mulai bimbang akan kemanakah saya melanjutkan sekolah. Saya benar-benar bingung antara SMA atau SMK. Saya berpikir, jika sekolah di SMA berarti harus kuliah, sedangkan biaya kuliah sangatlah mahal. Akhirnya, saya mendaftarkan diri ke sekolah swasta, yaitu SMK PGRI Wonoasri dan mengambil jurusan Akuntansi. Sekolah tersebut terletak di tengah kota Caruban. Jarak sekolah dan tempat tinggal saya sekitar 11 km. Untunglah saat itu saya ada teman untuk berangkat dan pulang sekolah, sehingga bisa sedikit meringankan biaya untuk membeli bensin. Seminggu sekali, kami bergantian untuk mengisi bensin. Waktu sekolah dulu, saya bersama sahabat saya pernah berjualan kacang bawang. Tiap pulang sekolah kami membuat kacang bawang dan besoknya kami titipkan ke warung-warung. Selain itu, saya juga berjualan pulsa untuk tambahan uang saku, karena jika mengandalkan uang saku dari orang tua sangatlah tidak cukup. Kelas XI saatnya melakukan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Saya bersama ketiga teman mencari tempat untuk melakukan praktek. Hingga akhirnya, kami berempat diterima PSG di PLN Madiun selama 2 bulan. Dalam waktu 2 bulan saya mendapatkan banyak sekali pengalaman, dari mengarsipan data, entri data tusbung, melayani costumer, dll. Masa SMA pun segera berakhir. Sambil menunggu ijazah keluar, saya mencoba melamar pekerjaan di sebuah toko pusat oleh-oleh yang berada di kawasan Madiun. Saya diterima di sana dan kontrak awal selama 3 bulan. Awalnya, saya merasa tidak sanggup bekerja selama 10 jam per hari, tapi saya berusaha memberi semangat pada diri saya bahwa saya pasti bisa. Satu bulan saya bekerja, ayah saya menyuruh saya untuk melanjutkan pendidikan lagi. Akhirnya, saya menyetujuinya dan ayah mengusahakan untuk mencarikan biaya pendaftaran. Saya pun konsultasi dengan guru BK SMK. Menurut beliau, kampus Widya Mandala (WIMA) Madiun adalah kampus yang cukup baik. Akhirnya, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di kampus UNIKA Widya Mandala Madiun dan mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kedua orangtua saya awalnya tidak setuju kalau saya kuliah di situ. Mereka ingin saya kuliah di perguruan tinggi lain yang ada di Madiun, tetapi saya tetap ingin kuliah di WIMA Madiun. Awal Mengenal AAT Jalan Tuhan memang indah. Jika saat itu saya ikut saran orangtua untuk kuliah di universitas lain, mungkin sekarang saya tidak akan mengenal AAT. Saya baru sadar mengapa saat itu saya kekeuh ingin kuliah di Wima, yaitu karena Tuhan punya rencana yang indah buat saya. Hingga akhirnya, saya bisa mengenal yayasan yang begitu hebat, Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia. Pagi itu, tanggal 26 Agustus 2013 adalah hari di mana saya pertama kali mengenal Anak-Anak Terang (AAT). Awalnya, saya ke kampus hanya untuk mengerjakan tugas, tetapi mendengar bahwa ada sosialisasi beasiswa AAT, saya dan teman saya Mbak Rike tertarik untuk mengikuti sosialisasi mengenal beasiswa AAT. Sebelumnya, saya sudah mendengar ada pengajuan beasiswa dan mahasiswa yang lolos seleksi beasiswa tersebut akan menjadi staf administrasi dan tugasnya adalah mengurus beasiswa untuk anak SD, SMP, dan SMA. Saya tidak mengajukan beasiswa AAT, karena pada saat itu saya sudah mendapat beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM). Beberapa teman mengatakan bahwa tidak hanya yang penerima beasiswa AAT saja yang bisa mengurus beasiswa untuk SD, SMP, dan SMA, tetapi yang tidak menerima beasiswa AAT pun boleh membantu. Mendengar hal seperti itu saya tertarik untuk ikut bergabung menjadi relawan AAT. Saat memasuki ruangan tersebut, saya berkenalan dengan Mbak Chika dan Mbak Alma yang saat itu menjadi koordinator nasional. Saat Mbak Chika menanyakan apakah sudah membuka website-nya AAT, saya jawab belum. Karena saat itu yang saya tahu beasiswa AAT memberikan beasiswa kepada SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Saya belum melangkah lebih jauh sampai membuka website-nya AAT. Setelah Mbak Alma, Mbak Chika, Pak Christ, dan Pak Hadi menjelaskan kepada semua audience yang hadir, saya baru paham apa itu beasiswa AAT. Dari penjelasan mereka dan dari tanya jawab, saya semakin yakin untuk ikut bergabung menjadi relawan AAT, karena kegiatan di AAT sangat positif. Bersyukur Menjadi Bagian dari AAT Setelah resmi bergabung bersama AAT, saya mulai mendapatkan teman-teman baru yang sebelumnya belum saya kenal. Mereka semua baik dan kami saling bekerja sama, saling membantu, dan saling memberikan semangat. Menjadi staf administrasi AAT, saya belajar bagaimana input data anak asuh di SIANAS (Sistem informasi Anak Asuh), bagaimana mengirim bukti transfer dan kuitansi setiap bulannya kepada donatur, dan bagaimana mengirim rapor anak asuh untuk donatur. Saat survei, saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Pengalaman ini tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Ketika wawancara, saya mendengar cerita langsung dari calon anak asuh. Saya merasa sangat bersyukur atas kehidupan saya. Saya sadar, ternyata banyak sekali adik-adik di luar sana yang tidak seberuntung saya. Cerita dan perjuangan mereka semakin membuat saya bersyukur dan bersemangat untuk meraih cita-cita saya, untuk terus membantu sesame, dan terus melakukan yang terbaik untuk orang-orang disekeliling saya dan tentunya untuk AAT. Menjadi Anak Asuh AAT Tahun ajaran

Bersyukur Menjadi Bagian dari AAT Read More »

Be a Special Person in a Special Place

“Kemenangan adalah milik mereka yang tidak berhenti berjuang.” Mungkin kalimat itulah yang bisa mewakili perasaan saya saat ini. Perasaan senang, lega, puas, dan perasaan lain yang menunjukkan keberhasilan suatu perjuangan. Rabu, 8 Juli 2015, menjadi hari yang tidak akan pernah saya lupakan. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, saya bisa merasakan sidang skripsi. Dulu, bisa sekolah sampai SMK saja, saya sudah sangat bersyukur. Bisa merasakan lulus SMK saja, saya sudah sangat bahagia. Hari itu, saya berangkat ke kampus lebih awal. Saya yang biasanya telat, berusaha berangkat lebih pagi di hari itu. Sebelum berangkat, semuanya saya persiapkan sebaik mungkin. Empat copy-an skripsi dan satu file presentasi sudah siap. Baju dan jas almamater yang disetrika rapi, sepatu yang dilap bersih, sampai jilbab yang disemprot sedikit minyak wangi. Hari itu, saya harus menampilkan yang terbaik. Bisa merasakan sidang skripsi adalah hal yang luar biasa bagi saya. Jangankan sidang skripsi, kuliah saja menjadi hal yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Selama perjalanan, saya seolah diajak kembali pada peristiwa-peristiwa tujuh tahun silam tentang bagaimana perjuangan orang tua dan saya untuk bisa merasakan kebahagiaan hari ini. Perjuangan Dimulai Lahir dalam keluarga yang sangat sederhana memang bukan pilihan saya. Namun, hal itu tidak pernah saya sesali sedikit pun. Sebaliknya, saya sangat bersyukur karena keadaan tersebut membuat saya menjadi perempuan yang lebih kuat, tidak mudah mengeluh, dan tidak mudah menyerah. Sejak kecil, orang tua selalu mengajarkan sikap pantang menyerah pada saya. Ketika sudah memutuskan sebuah pilihan, kita harus memperjuangkannya sampai berhasil. Semuanya telah orang tua tunjukkan ketika kami harus memperjuangkan hidup. Orang tua yang bekerja seadanya, membuat kami juga hidup seadanya, makan seadanya, dan tinggal di rumah seadanya. Untuk bisa makan sehari-hari, orang tua saya harus bekerja keras. Karena itulah, pendidikan saya pun hampir terkorbankan. Dulu, saya hampir tidak melanjutkan sekolah ke SMK karena tidak memiliki biaya. Setelah kelulusan, saya menangis sejadi-jadinya di kamar karena takut tidak bisa melanjutkan sekolah. Melihat keinginan kuat saya untuk terus sekolah, membuat orang tua saya merasa iba dan berusaha keras mencarikan biaya. Bapak yang hanya sebagai tukang kebun dan Ibu yang hanya sebagai baby sitter berjuang mengumpulkan uang dan meminjam uang ke saudara agar saya tetap bisa sekolah. Sulitnya untuk bisa mengenyam pendidikan, membuat saya tidak malas belajar dan selalu mendapatkan prestasi yang baik di sekolah. Hingga lulus SMK, saya tetap mendapatkan nilai yang memuaskan. Melihat teman-teman saya banyak yang mendaftar ke perguruan tinggi, membuat saya ingin merasakan hal yang sama. Namun, saya menyadari bagaimana kondisi keuangan keluarga kami saat itu. Sehingga saya tidak berani mengungkapkan keinginan saya pada orang tua. Tapi, saya tidak bisa begitu saja mengubur keinginan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Saya memutar otak dan mencari cara agar bisa mewujudkan keinginan tersebut. Saya sempat berpikir untuk bekerja dulu ke luar negeri, menjadi TKI, agar bisa mendapatkan uang yang banyak untuk bisa kuliah. Namun, mendengar kontrak kerja yang cukup lama, saya membatalkannya. Dan akhirnya, saya memilih untuk bekerja di Jakarta. Selama di Jakarta, saya bekerja menjadi penjaga kasir di sebuah warung makan kecil, tepatnya di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Di sana, saya mengumpulkan uang untuk bisa kuliah. Setelah 7 bulan bekerja, uang terkumpul Rp 2.700.000,00 dan saya siap pulang untuk kuliah. Namun, ternyata biaya pendaftaran untuk kuliah saat itu sekitar 4 juta. Saya sedih, ternyata uang saya tidak cukup. Mau meminta orang tua, rasanya tidak tega. Mereka sudah terlalu banyak berkorban untuk saya. Lalu, seorang teman menyarankan untuk kuliah di Universitas Terbuka saja karena biayanya lebih murah. Namun, saya tetap bersikukuh untuk memilih Universitas Widya Mandala Madiun. Menurut teman yang sudah kuliah di sana, universitas tersebut merupakan universitas yang cukup bagus di Madiun. Akhirnya, dengan terpaksa saya bekerja lagi supaya uangnya bisa tercukupi. Keep Fight Kemudian, saya pun melamar kerja di sebuah pabrik seafood di Surabaya. Di sana, saya menjadi buruh pabrik dengan gaji Rp1.100.000,00 tiap bulannya. Dengan gaji pas-pasan itu, saya hanya bisa menyisihkan Rp200.000,00 tiap bulannya, karena saya harus membagi gaji tersebut untuk biaya makan sehari-hari dan biaya kos. Setahun kemudian, saya pulang dengan membawa uang sekitar Rp2.400.000,00. Jika digabung dengan gaji saya tahun sebelumnya, uang tersebut sudah cukup untuk biaya pendaftaran. Saya tidak peduli dengan biaya semester selanjutnya. Yang terpenting saat itu adalah saya bisa kuliah dulu. Masalah biaya selanjutkan bisa dicari lagi, entah bagaimanapun caranya. Begitulah yang saya pikirkan saat itu. Awal kuliah berjalan dengan lancar. Namun, memasuki semester dua saya mulai bingung dengan biaya kuliah. Saya kembali memutar otak supaya tetap bisa kuliah. Lalu, ibu pun mengantar saya untuk melamar kerja di warung makan di daerah Caruban. Di sana saya bisa bekerja paruh waktu, namun hanya di hari-hari tertentu saja. Gajinya memang tidak banyak, tapi setidaknya bisa meringankan beban orang tua yang harus ikut membiayai kuliah saya. Demi bisa tetap kuliah, saya berusaha keras mencari biaya. Dari mulai bekerja paruh waktu, mengajukan beasiswa kurang mampu, mengisi les, sampai menjadi Liaison Organizer (LO) saat PORPROV JATIM telah saya lakukan. Bersyukur sekali pada saat semester tiga saya mendapatkan beasiswa kurang mampu selama satu semester. Semester lima dan enam saya mendapat beasiswa prestasi dan di semster tujuh sampai delapan mendapatkan beasiswa dari Yayasan Anak-Anak Terang. Be a Special Person in a Special Place Saya sangat bersyukur bisa kuliah di Unika Widya Mandala Madiun. Di universitas tersebut, saya mendapatkan banyak pengetahuan, pengalaman, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Selama kuliah, saya tidak hanya belajar untuk mendapatkan ilmu, tapi juga belajar bagaimana mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan kita. Sama seperti semboyan Unika Widya Mandala Madiun yang berbunyi, “Non scholae sed vitae discimus” yang berarti kita belajar bukan hanya untuk ilmu tapi juga untuk kehidupan. Di sana, kita tidak hanya belajar teori saja, tapi juga belajar bagaimana menjadi seorang yang humanis, yang memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, yang mengabdi untuk kepentingan sesama. Selain itu, di sana saya juga mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Saya bisa merasakan pengalaman menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), bisa merasakan menjadi Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), bisa ikut banyak kegiatan kampus yang positif. Dan di sana juga, tempat saya pertama mengenal Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia, yayasan yang sudah memberi saya beasiswa

Be a Special Person in a Special Place Read More »

Pembatasan Akses SIANAS dan Info Terkait Tahun Ajaran 2015/2016

Yth. Bapak/Ibu Sahabat AAT Terkait sudah berakhirnya Tahun Ajaran 2014/2015 pada 30 Juni kemarin, dan masuknya Tahun Ajaran baru 2015/2016, maka kami memberikan beberapa pengumuman penting. Mohon dapat menjadi perhatian Bapak/Ibu demi kelancaran Beasiswa AAT. A. Pembatasan Akses SIANAS Akses ke SIANAS (Sistem Informasi Anak Asuh) AAT akan ditutup sementara bagi donatur mulai tanggal 6 Juli 2015 dalam rangka update database anak asuh. SIANAS dibuka kembali untuk Donatur pada tanggal 13 Juli 2015. Pada tanggal 13 Juli 2015 ini, Bapak/Ibu sudah dapat melakukan pengambilan anak asuh yang baru. B. Perpanjangan Donasi Otomatis Kami infokan bahwa SIANAS akan meneruskan donasi secara otomatis, yaitu donasi yang sama seperti yang tercatat pada tahun ajaran 2014/2015 untuk 1 tahun ajaran berikutnya. Selain itu, pembayaran SPP anak asuh untuk tahun ajaran 2015/2016 sudah akan dimulai pada 1 Juli 2015. Terkait hal ini, jika karena suatu sebab bapak/ibu tidak bersedia melanjutkan donasi untuk tahun ajaran baru 2015/2016 maka mohon menyampaikan kepada Admin SIANAS dengan mengirim email ke beasiswa@aat.or.id paling lambat tanggal 15 Juli 2015. C. Donatur Menunggak Perlu diketahui saat ini masih ada ratusan donatur yang menunggak pembayaran SPP anak asuh. Tentu hal ini akan berdampak pada kelangsungan studi siswa terkait. Maka kami mohon bila ada diantara bapak/ibu belum melunasi kewajiban transfer SPP, harap segera mengakses SIANAS untuk membereskan tunggakan. Demikian informasi dari kami. Kepedulian Bapak/Ibu Sahabat AAT membuat anak-anak kurang mampu dapat terus bersekolah.   Salam hangat, Pengurus Yayasan AAT Indonesia   [qrcode content=”https://aat.or.id/pembatasan-akses-sianas-dan-info-terkait-tahun-ajaran-2015-2016/” size=”175″]  

Pembatasan Akses SIANAS dan Info Terkait Tahun Ajaran 2015/2016 Read More »