Orang Tua Asuh

Perjalanan dan Harapan Bu Dewi sebagai PJ SMP PL Srumbung.

Oleh : Sekretariat Yogyakarta Maria Goretti Nurmala Dewi S.Pd, Kepala Sekolah SMP PL Srumbung, telah menjalani peran luar biasa sebagai Penanggung Jawab (PJ) Anak-anak Terang sejak 2014. Sebelum menjabat sebagai kepala sekolah, Bu Dewi sudah memiliki pengalaman sebagai Penanggung Jawab (PJ) AAT bersama teman administrasinya. Ketika temannya pindah, Bu Dewi tetap melanjutkan perannya sebagai PJ, kali ini bersama kepala sekolah, Bapak Rusdiono. Bahkan ketika Bu Dewi naik menjadi kepala sekolah, dia tetap memegang peran PJ, didukung oleh tenaga administrasi yang juga berperan sebagai PJ. Kesan dan pengalaman Bu Dewi sebagai PJ AAT melibatkan tantangan awal dalam mengikuti prosedur administrasi manual. Namun, seiring berjalannya waktu dan pandemi, perubahan ke sistem pelaporan online melalui SIANAS dan dukungan BPT membuatnya lebih mudah. Komunikasi yang lancar dengan BPT, baik dengan Mas Akbar maupun dengan BPT Sekre Yogya yang membantu Bu Dewi menjalankan administrasi tanpa terlalu terbebani. Harapannya untuk AAT ke depan sederhana: SMP PL Srumbung berharap dapat terus berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik dengan AAT. Bantuan pendidikan dan finansial diharapkan dapat mencakup lebih banyak anak yang membutuhkan. Semoga AAT dapat terus tumbuh, membantu lebih banyak anak-anak dalam mengejar mimpi mereka. Dengan kerjasama dan komunikasi yang baik, SMP PL Srumbung dan AAT dapat bersama-sama menciptakan peluang pendidikan yang lebih luas dan berkelanjutan.

Perjalanan dan Harapan Bu Dewi sebagai PJ SMP PL Srumbung. Read More »

MELANGKAH BERSAMA: Perjalanan Bu Kiky Sebagai PJ SMPK St. Lukas Lumajang Selama 14 Tahun.

Oleh : Sekretariat Malang Dengan penuh kekaguman dan rasa hormat, saya sebagai penulis ingin menghadirkan sebuah artikel yang menggambarkan perjalanan gemilang Bu Kiky sebagai Penanggung Jawab (PJ) SMPK St. Lukas Lumajang selama 14 tahun. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perjalanan yang penuh tantangan namun dipenuhi dengan dedikasi, komitmen, dan visi yang luar biasa. Mari kita temukan bersama-sama bagaimana jejak inspiratif beliau telah memberikan dampak yang menginspirasi dalam dunia pendidikan. Berikut cerita dari Bu Kiky selaku objek dari wawancara saya. “Kondisi sekolah kami mayoritas dihuni oleh anak-anak dari latar belakang panti yang jauh dari orang tua dan juga dari ekonomi yang rendah . Inilah yang mendasari ketertarikan saya untuk menjadi PJ sekolah. Dalam upaya membantu anak-anak ini, saya dan sekolah mengikuti program AAT yang awalnya disarankan oleh Romo Hudiyono. Kami terus berupaya untuk mendapatkan bantuan AAT yaitu, untuk memfasilitasi proses pembelajaran di sekolah dan menyadari bahwa biaya pendidikan merupakan hal yang tak terelakkan dan sangat dibutuhkan.” “Perasaan awal saat memulai peran sebagai PJ hingga sekarang penuh dengan rasa syukur. Mampu memberikan bantuan kepada anak-anak dan mendapatkan dukungan untuk proses belajar-mengajar, meskipun belum optimal, tetap menjadi anugerah bagi kami. Kami terus bersyukur dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung perkembangan mereka.” “Salah satu momen paling berkesan dalam peran saya sebagai PJ adalah ketika salah satu anak yang menerima bantuan AAT diadopsi oleh salah seorang donatur. Anak tersebut tidak hanya menerima bantuan beasiswa sekolah tetapi juga selalu menerima hadiah saat perayaan Natal dan perayaan lainnya. Juga mendapat perhatian dan kepedulian secara kontinu dari donatur tersebut. Hal ini sungguh membanggakan dan menguatkan keyakinan kami bahwa upaya kami bernilai dan memiliki dampak yang nyata bagi anak-anak yang kami bantu.” “Dalam kesan saya sebagai PJ, saya melihat betapa pentingnya program AAT ini. Bantuan yang diberikan sangat signifikan bagi anak-anak panti yang terpisah dari orang tua. Selama menjalankan peran ini, saya tidak mengalami kesulitan berat karena saya selalu mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam program AAT.” “Kebanggaan saya sebagai PJ sekolah terletak pada kemampuan untuk meringankan beban wali murid dan menjadi penghubung antara anak-anak dengan program AAT. Meskipun tidak bisa memberikan bantuan sepenuhnya, setidaknya kami dapat memberikan sedikit dukungan yang berarti bagi mereka.” “Untuk masa depan sebagai PJ sekolah, harapan saya semoga program AAT terus berjalan lancar dan mendapatkan dukungan yang cukup. Kami selalu bersyukur atas apa pun yang kami terima dan berdoa agar Tuhan senantiasa memberkati para donatur yang ikhlas membantu kami dalam misi ini.” “Sebagai pesan singkat kepada PJ lainnya, saya ingin menegaskan pentingnya bersyukur atas segala berkat yang diterima. Kita tidak bisa meminta lebih dari apa yang Tuhan berikan, dan keikhlasan serta ketulusan dalam membantu sesama adalah hal yang seharusnya menjadi fokus utama dalam menjalani peran sebagai PJ.” Dalam mengakhiri refleksi perjalanan Bu Kiky sebagai Penanggung Jawab (PJ) SMPK St. Lukas Lumajang selama 14 tahun, tidak dapat dipungkiri bahwa dedikasi dan semangatnya telah menjadi pilar bagi kemajuan pendidikan untuk anak-anak yang membutuhkan. Melalui perjuangannya, Bu Kiky telah membuktikan bahwa dengan komitmen yang teguh dan visi yang jelas, setiap tantangan dapat dihadapi dan diatasi. Semoga cerita dari Bu Kiky bisa menjadi motivasi bagi para PJ baru.

MELANGKAH BERSAMA: Perjalanan Bu Kiky Sebagai PJ SMPK St. Lukas Lumajang Selama 14 Tahun. Read More »

Ceria Natal dengan Modal Minimal Kreasi Maksimal

Modal Minimal Hasil Maksimal Begitulah taglinenya. Kami datang disambut ceria warna-warni hiasan natal di setiap kelas dan pojok-pojok sekolah. Saya berkeliling sekolah untuk foto-foto dokumentasi, ada seorang guru meminta saya untuk menengok setiap kelas, karena tiap kelas beda pohon natal. Pohon natal hasil karya anak-anak didik berbahan barang bekas. Kelas sudah sepi. Anak-anak sudah pulang sekolah. Saya dengan bebasnya mendokumentasikan sudut-sudut kelas dengan kamera handphone. Tak mau terlewat sedikitpun sudut, semua sangat ceria dengan hiasan. Jika diperhatikan lebih dekat, hiasan natal dan hiasan kelas merupakan hasil karya anak-anak sendiri dari bahan-bahan murah meriah mudah didapat di sekitar sekolah. Beberapa mozaik dinding dibuat dari pelepah pisang kering. Menarik perhatian di luar kelas, di depan ruang guru, beberapa guru sedang merangkai pohon natal dari kayu-kayu bekas dan kawat-kawat bekas. Penasaran juga dengan hasilnya nanti. Rasa penasaran akan hasil karya anak anak dan para guru di SD Katolik Bhakti Rogojampi Banyuwangi ini, saya dikenalkan dengan Kepala Sekolah via telepon oleh relawan AAT(Anak Anak Terang) di Sekretariat Malang. Beliau adalah Bapak Rion Moll Kondou, Kepala Sekolah SD Katolik Bhakti Rogojampi. Pertanyaan saya kepada beliau “mengapa ada banyak hiasan natal terbuat dari barang bekas?” Ini awal mula adanya inisiatif membuat hiasan natal dari barang-barang bekas. Ketua Yayasan Pendidikan Karmel Keuskupan Malang, Romo Bonifasius Hudiono Pr, menghimbau kepada semua Kepala Sekolah yang ada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Karmel untuk kreatif di masa Natal ini. Ada kurang lebih 75 sekolah yang dinaungi oleh Yayasan Pendidikan Karmel Keuskupan Malang. Dengan kondisi Yayasan dan Sekolah yang berhemat, dihimbau untuk bisa menyambut natal dengan kreatifitas barang bekas. Bukan dengan hiasan natal yang sudah jadi yang harus dibeli buatan pabrik. Manfaatkan barang-barang bekas yang tidak terpakai di sekitar sekolah. Jika perlu buat sebuah perlombaan yang bisa menggerakan keikutsertaan aktif murid anak didik, guru dan orang tua murid. Deadline lomba 3 hari. 12-14 Desember 2017. Pengumuman pemenang lomba 9 Januari 2018. Semua terlibat, baik murid maupun guru. Semua berkreasi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain tas plastik bekas, bekas bungkus mie instan, botol plastik bekas, kayu bekas, kawat bekas, kertas warna bekas, dan semua kertas bekas yang tak terpakai yang ada di dalam kelas, ruang guru, ataupun ruang kantor. Dengan segala keterbatasan para murid berkreasi. Sekolah-sekolah Yayasan Pendidikan Karmel Keuskupan Malang memang berorientasi kepada pendidikan anak-anak tidak mampu secara ekonomi. Berpihak kepada kaum miskin. Subsidi silang. Siswa mampu mensubsidi siswa tidak mampu. Tidak heran ada yang SPP di atas 100rb untuk SD, dan ada yang SPP 7 ribu untuk siswa sangat tidak mampu. Dengan tagline Modal Minimal Hasil Maksimal. Menyambut Natal dengan penuh keceriaan tanpa keluar banyak biaya. Kemeriahan menyambut kelahiran Kristus dalam kesederhanaan penuh kreatifitas. Beban defisit operasional sekolah dan Yayasan tidak menghalangi kemeriahan Natal. Kebahagiaan tetap sama, rasa sama, modal berbeda. Tujuan diadakan kegiatan di atas menurut Bapak Kepala Sekolah adalah utamanya merayakan Natal 2017. Tujuan lain adalah menanamkan ke jiwa anak anak bahwa tidak semua barang bekas itu tidak menarik atau tidak dapat dipakai lagi.Selain itu, menciptakan sinergi yang baik antar warga sekolah, dalam hal ini guru, murid, paguyuban, dan komite. Kegiatan ini melibatkan semua. Juga membuka pikiran anak jaman sekarang untuk kreatif berusaha menciptakan karya sendiri, karena anak jaman sekarang suka kepada hal-hal yang instan. Dan hasil karya kebersamaan menyambut Natal terpancar nyata dalam foto-foto dokumentasi yang kami terima. Sungguh luar biasa. Kreasi tanpa batas. Selamat berlomba anak-anakku, SemangAAT! Adhi Christ (Kepala Divisi Sistem Informasi Beasiswa Yayasan AAT Indonesia) From Rogojampi with Love

Ceria Natal dengan Modal Minimal Kreasi Maksimal Read More »