September 2013

Penandatanganan Kerjasama AAT WIMA

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama AAT dengan UNIKA Widya Mandala Madiun Sabtu, 24 Agustus 2013     “Tidak boleh terjadi seseorang tidak melanjutkan pendidikan karena ia miskin” Begitulah prinsip yang dipegang oleh Frans Seda (1926-2009). Prinsip ini menginspirasi setiap pelayanan Anak Anak Terang (AAT). AAT telah menyalurkan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu di wilayah Madiun sejak tahun 2004. Untuk lebih menjangkau anak-anak dari keluarga tidak mampu yang mempunyai semangat tinggi untuk belajar namun terkendala masalah finansial di wilayah Madiun dan sekitarnya mencakup wilayah Ngawi, Magetan, Ponorogo dan Pacitan, mulai Sabtu, 24 Agustus 2013 AAT, Sekretariat Beasiswa AAT Madiun resmi beroperasi. Menurut Hadi Santono, Ketua Yayasan AAT Indonesia, beroperasinya Sekretariat Beasiswa AAT Madiun benar-benar merupakan sebuah anugerah dari Tuhan untuk melengkapi potongan puzzle wilayah pelayanan AAT di Pulau Jawa. Dengan hadirnya Madiun, maka AAT telah mempunyai 6 Sekretariat (1 sekretariat yayasan dan 5 sekretariat Beasiswa), yaitu Jakarta (Bekasi), Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Malang dan Madiun. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd. selaku Rektor UNIKA Widya Mandala Madiun menyambut baik dan mendukung sepenuhnya kehadiran Sekretariat Beasiswa AAT di Madiun. Lebih lanjut disampaikan beliau bahwa sejak mendapat informasi mengenai AAT, pihak rektorat segera menggelar rapat kilat dengan yayasan untuk membahas rencana kerjasama dengan AAT dengan poin utama berupa pemberian beasiswa untuk mahasiswa UNIKA Widya Mandala Madiun dan pengelolaan Sekretariat Beasiswa AAT Madiun. Perjanjian kerjasama AAT dengan UNIKA Widya Mandala Madiun ditandatangani oleh Hadi Santono (Ketua Yayasan AAT Indonesia) dan Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd. (Rektor UNIKA Widya Mandala Madiun) disaksikan oleh Christianus Widya Utomo (Sekretaris Yayasan AAT Indonesia) dan Bernardus Widodo, S.Pd., M.Pd. (Wakil Rektor 3 UNIKA Widya Mandala Madiun). Pada kesempatan itu juga RD. Cornelius Triwidya Tjahja Utama sebagai Pastor Kepala Paroki Gereja Mater Dei Madiun dan Ketua Yayasan Yohanes Gabriel Madiun berkenan memberikan berkat pada Papan Nama Sekretariat Beasiswa AAT Madiun. Sekretariat Beasiswa AAT Madiun yang berlokasi di Kampus UNIKA Widya Mandala Madiun di Jalan Manggis No. 15-17, Madiun 63131 akan dikelola langsung di bawah koordinasi Wakil Rektor 3 UNIKA Widya Mandala Madiun. Untuk tahap awal, telah diseleksi 13 orang relawan dari 35 orang calon sebagai staff administrasi Beasiswa AAT Madiun, atau disebut sebagai PK (Pendamping Komunitas). Ke-13 orang relawan ini, 10 di antaranya merupakan anak asuh AAT untuk tingkat Perguruan Tinggi. Para relawan akan dibimbing oleh Br. Yakobus, CSA, Br. Aleks, CSA dan Br. Filipus Neri, CSA sebagai Pembimbing Rohani. Pada pertemuan itu juga dilakukan sosialisasi mengenai pengajuan dan pengelolaan beasiswa AAT. Acara sosialisasi dihadiri oleh puluhan kepala sekolah dan guru di sekolah-sekolah di wilayah Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo dan Pacitan. Ibu Nunuk Lestianingrum berasal dari SMK Wiyatadarma Walikukun Ngawi dan Ibu Yosefin yang berasal dari SDK Santa Maria Walikukung Ngawi merupakan dua orang perwakilan sekolah yang menghadiri acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dan Sosialisasi Beasiswa AAT di UNIKA Widya Mandala Madiun. Ibu Nunuk dan Ibu Yosefin harus menempuh jarak kurang lebih 60 km dari tempat asal mereka di Walikukun untuk menghadiri acara ini. Walikukun merupakan sebuah kecamatan di Ngawi yang sebagian besar perekonomian warga masyarakatnya masih menengah ke bawah. Kebanyakan para kepala keluarga hanya bekerja sebagai buruh. Ibu Nunuk dan Ibu Yosefin menyadari bahwa prosedur Beasiswa AAT tidak rumit atau memberatkan mereka, karena hal itu adalah tanggung jawabnya sebagai guru yang harus membantu anak didiknya yang tidak mampu. Oleh karena itu, mereka ingin mengajukan proposal beasiswa AAT. Jumlah anak yang akan diajukan akan mereka seleksi terlebih dahulu. Untuk SDK Santa Maria Walikukung Ngawi ada sekitar 40 anak yang membutuhkan bantuan dari total siswa 62 orang. Semoga kehadiran AAT membawa terang kepada semua anak-anak asuh sehingga mereka dapat menyelesaikan pendidikan dan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan bangsa Indonesia.   [qrcode content=”https://aat.or.id/penandatanganan-kerjasama-aat-wima” size=”175″]  

Penandatanganan Kerjasama AAT WIMA Read More »

Kisah Relawan: Panti Rini Purworejo

TANGGAL 1 Juni 2013 saya, Kak Isma, Kak Desti, dan Kak Mega mendapat tugas kunjungan dan wawancara untuk sekolah yang mengajukan Beasiswa AAT di daerah Purworejo. Ada cukup banyak calon anak asuh dari 4 komunitas yang perlu kami wawancarai. Salah satunya adalah Panti Asuhan Panti Rini. Dan kebetulan kami berempat menginap panti asuhan tersebut. Kami tiba di sana saat hari sudah gelap, kurang lebih pukul 21.00. Kami dijemput oleh seorang Bruder di depan sebuah rumah sakit, kemudian kami pun diantarkan menuju Panti Rini. Setibanya di Panti Rini, kami disambut dengan hangat oleh senyum manis anak-anak yang tinggal di sana. Anak-anak tersebut dengan sengaja menunggu kedatangan kami, padahal seharusnya peraturan panti tidak memperbolehkan mereka tidur terlalu malam. Mereka mengerubungi kami berempat dan beberapa diantaranya menanyai nama kami masing-masing. Usia mereka cukup bervariasi. Ada beberapa anak yang masih duduk di SD, SMP, maupun SMA. Kami mengobrol dengan Suster Theresina sambil menunggu anak-anak menyiapkan makan malam, yaitu nasi goreng, telur dan timun. Saya bangga dengan anak-anak di panti tersebut, karena makanan yang saya santap malam itu adalah masakan mereka. Sambil menyantap makan malam, kami dan suster mengobrol hal-hal ringan seputar pengenalan AAT. Hari Wawancara Keesokan paginya sebelum memulai wawancara, kami menyempatkan diri untuk pergi berjalan-jalan. Lalu sekitar pukul 10.00 kami memulai wawancara, dimulai dengan SD, dilanjutkan SMP, lalu SMA. Pada hari itu kami berempat cukup mendapat banyak berkah makanan. Kami diberi kue-kue snack dari komunitas yang kami wawancarai, dan kembali kamu bagikan pada saat wawancara dengan calon anak asuh. Kami berpikir, jumlah kami hanya berempat dan jauh lebih baik bila makanan yang masih sisa kami berikan pada anak panti. Meski semuanya tidak mungkin terbagi namun setidaknya sebagian dari mereka merasakannya. Sewaktu wawancara siang hari itu, ada satu orang anak SMP yang memang kebetulan tinggal di Panti Rini. Dia menceritakan bahwa dia merasa rindu dan kecewa dengan keluarganya karena menaruhnya di sebuah panti. Anak itu juga mengatakan bahwa dia sering diejek oleh teman-temannya karena ia tinggal di panti. Anak itu menangis. Dan saya hanya bisa memberinya nasehat bahwa apa yang dia dapat dan miliki saat ini, itu adalah sesuatu yang terbaik yang Tuhan pilihkan. Dan setiap orang pasti memiliki jalan hidup yang berbeda. Hari sudah sore ketika kami selesai wawancara, namun masih ada 4 orang anak panti yang nanti malam baru akan kami wawancarai. Ketika kami semua baru masuk, anak-anak yang masih duduk di SD mengerubungi kami. Mereka mengatakan bahwa kami jangan pulang saat itu. Lalu saya bilang bahwa kami baru akan pulang nanti malam. Dan mereka bersorak gembira. Saya mendengar cerita dari beberapa anak yang membuat saya berpikir bahwa saya merasa lebih beruntung daripada mereka. Ada beberapa anak yang membuat saya cukup terkesan, namun saya lupa namanya. Dia anak yang berasal dari Papua. Orang tuanya mempunyai cukup banyak anak, sementara semuanya membutuhkan biaya untuk bertahan hidup juga pendidikan. Dia bercerita kalau seorang susterlah yang membawanya ke Panti Rini karena merasa iba dengan kehidupan keluarganya. Dia juga mengatakan kalau selama dia kecil sampai sekarang dia belum pernah dipeluk oleh siapapun termasuk oleh orang tuanya. Dia juga bilang dia ingin menjadi orang yang sukses di masa depan agar bisa membanggakan kedua orang tuanya. Di antara semua anak di panti tersebut yang seumuran dengannya, anak itulah yang memiliki gaya bicara seperti orang dewasa. Yang saya tahu anak tersebut pendiam. Dan ada satu anak lagi yang cukup menarik perhatian. Entah kenapa? Dia terkesan sangat tertutup juga pendiam, namun senyumnya sangat manis. Dia berasal dari Arab. Ada banyak rasa yang mereka miliki. Rasa kangen, sedih, sepi, kecewa, dan lain-lain. Meski mereka tidak secara jelas mengatakannya namun terlihat jelas dari pancaran sinar mata mereka. Meski hidup mereka di panti tersebut jauh lebih baik karena mereka bisa mendapatkan hal-hal yang lebih layak untuk dirinya namun ada sedikit ruang di hatinya yang masih kosong. Perhatian dan juga kasih sayang yang ada dalam sebuah keluarga, mereka belum sepenuhnya mendapatkannya. Ada juga anak yang merasa kecewa dengan hidupnya, merasa dia buruk dibanding dengan teman-temannya di sekolah karena dia tinggal di panti. Ada juga yang menyalahkan orang tuanya karena merasa ditelantarkan. Ketika saya sedang mencari suster Theresina, saya bertanya dengan salah seorang anak yang ternyata sedang menyembunyikan nasi kotak di sebuah lemari di kamarnya. Dia terkejut melihat saya. Dan saya hanya bisa tersenyum melihat kejadian itu. Lalu saya melihat anak-anak yang sedang berada di dapur. Ada yang sedang membersihkan telur, mencuci, membersihkan meja dapur dan sebagainya. Mereka semua dididik agar dapat hidup mandiri. Baru pertama kali saya menginap di sebuah panti, tapi itu sangat membuat saya senang. Sore hari, setelah kami menyelesaikan wawancara, kami pun memutuskan untuk bermain dengan mereka dan berfoto bersama namun tak lama hujan turun cukup deras. Jadi kami lanjutkan mengobrol. Kembali ke Jogja Dan malam harinya kami semua undur diri karena harus pulang kembali ke Jogja. Saya merasa cukup berat meninggalkan tempat itu. Karena saya merasa ada kebersamaan disana, mereka selalu melakukan sesuatu secara bergotong royong. Dan saya benar-benar bangga dengan mereka karena dengan umur mereka yang terpaut cukup jauh lebih muda dengan saya, mereka sudah bisa untuk hidup mandiri. Dan saya harap, senyum mereka semua akan menjadi lampu penerang di panti tersebut yang selalu terpancar baik siang maupun malam, yang tidak akan pernah padam. Dan semoga sedikit luka yang mereka miliki dan simpan di hati masing-masing dapat segera pulih. Juga mimpi yang menjadi angan-angan mereka semoga bukan hanya sekedar angan-angan. Semoga dengan adanya bantuan dari AAT akan membuat senyum mereka semakin terkembang dan membuat mereka dapat menggapai mimpinya.   Fera Tri Lestari Staff Admin AAT Jogja   [qrcode content=”https://aat.or.id/kisah-relawan-panti-rini-purworejo” size=”175″]    

Kisah Relawan: Panti Rini Purworejo Read More »