Maret 2025

Jangan Salah Sasaran! Ini Cara Berdonasi yang Benar di Era Digital

Di era digital ini, berdonasi menjadi semakin mudah dan praktis. Hanya dengan beberapa klik di ponsel atau komputer, kita bisa menyalurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri. Dengan banyaknya platform dan organisasi yang menawarkan donasi online, kita perlu berhati-hati agar bantuan kita benar-benar sampai ke tangan yang tepat. Pentingnya Donasi Tepat Sasaran Donasi yang tepat sasaran bukan hanya tentang memberikan uang, tetapi juga tentang memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Ketika donasi kita tepat sasaran, kita memastikan bahwa bantuan tersebut digunakan secara efektif dan efisien untuk membantu mereka yang benar-benar membutuhkan. Sebaliknya, donasi yang salah sasaran bisa saja tidak memberikan dampak yang signifikan, bahkan bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Cara Berdonasi yang Benar di Era Digital Berikut adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk berdonasi dengan benar di era digital: Riset Organisasi atau Lembaga Donasi Periksa Legalitas dan Transparansi Pilih Platform Donasi yang Terpercaya Perhatikan Tujuan dan Sasaran Donasi Pantau dan Evaluasi Tips Tambahan Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kita bisa berdonasi dengan lebih aman, tepat sasaran, dan memberikan dampak positif yang maksimal bagi mereka yang membutuhkan. Reminder: Donasi untuk anak asuh di Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia dibuka tanggal 10 Juli hingga 30 September 2025.  Penulis : Fael

Jangan Salah Sasaran! Ini Cara Berdonasi yang Benar di Era Digital Read More »

Perjalanan Wawancara: Menyusuri SD Kanisius Beji, Bandungan, dan Pulutan

Oleh : Aloysius Felix Santoso, Relawan AAT Sekretariat Yogyakarta Pagi itu, aku berangkat dari Babarsari tepat pukul 07.00. Perjalanan ini terasa begitu spesial karena aku memiliki misi penting: mewawancarai beberapa anak di tiga sekolah dasar Kanisius yang berbeda. Tujuan pertama kami adalah SD Kanisius Beji. Sesampainya di SD Kanisius Beji, kami disambut dengan ramah oleh para guru dan siswa. Suasana sekolah yang hangat membuat rasa lelah perjalanan seolah menguap begitu saja. Aku mulai mewawancarai beberapa siswa, salah satunya Angel, seorang anak kelas 3 yang ceria. Ia bercerita tentang kesukaannya terhadap pelajaran Bahasa Indonesia dan betapa ia mengidolakan Pak Budi, gurunya yang selalu mengajar dengan cara yang seru. Ia juga berbagi cerita tentang sahabatnya, Orni, dan bagaimana ia merasa sedih jika tidak diajak bermain. Aku melihat semangat dan kepolosan anak-anak di sini, yang membuat pengalaman ini semakin berarti. Setelah selesai di SD Kanisius Beji, kami melanjutkan perjalanan ke SD Kanisius Bandungan. Perjalanan ini cukup menguras tenaga, tetapi rasa antusiasme tetap terjaga. Sesampainya di sekolah, aku kembali bertemu anak-anak yang luar biasa. Salah satu anak yang kutemui adalah Dewa. Ia bercerita tentang kebiasaannya berangkat sekolah diantar ibu dengan sepeda, serta bagaimana ia sering terlambat karena perjalanan yang cukup jauh. Meski begitu, ia tetap semangat belajar, terutama untuk mata pelajaran TIK yang diajarkan oleh Bu Cia. Ia juga berbagi impiannya menjadi seorang guru. Aku tersenyum mendengar cerita-cerita mereka, menyadari betapa besar impian anak-anak ini meskipun mereka menghadapi banyak tantangan. Destinasi terakhir kami adalah SD Kanisius Pulutan. Meski sudah mulai merasa lelah, semangatku kembali membara saat bertemu dengan anak-anak di sana. Salah satu anak yang kutemui adalah Tyas, seorang siswi kelas 2 yang bercita-cita menjadi koki. Ia bercerita dengan penuh semangat tentang kegemarannya belajar Matematika dan Informatika, serta bagaimana ia selalu membantu ibunya di rumah dengan menyapu dan mengepel. Selain itu, aku juga berbincang dengan Nindi, yang suka membawa buku ke mana pun ia pergi. Ia mengaku bahwa ia senang belajar dan bercita-cita menjadi koki, mengikuti ketertarikannya dalam dunia memasak. Setelah selesai mewawancarai anak-anak di SD Kanisius Pulutan, aku merasa perjalanan ini bukan sekadar tugas, melainkan sebuah pengalaman yang membuka mata. Setiap anak yang kutemui memiliki kisah dan impian mereka masing-masing. Ada yang ingin menjadi guru, dokter, koki, hingga polisi wanita. Meskipun mereka menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari, semangat dan harapan mereka tetap menyala. Aku pulang dengan hati yang penuh. Perjalanan ini mengajarkanku banyak hal—tentang tekad, perjuangan, dan betapa pentingnya memberi dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Anak-anak ini memiliki impian besar, dan aku berharap mereka dapat menggapainya suatu hari nanti.

Perjalanan Wawancara: Menyusuri SD Kanisius Beji, Bandungan, dan Pulutan Read More »

Beramal di Era Digital: Perbedaan Generasi Boomers, Milenial, dan Gen Z

Perkembangan teknologi dan perubahan zaman telah memengaruhi cara setiap generasi dalam beramal. Generasi Boomers, Milenial, dan Gen Z memiliki karakteristik dan preferensi yang berbeda dalam memberikan kontribusi kepada sesama. Generasi Boomers, yang lahir antara tahun 1946-1964, cenderung memiliki pendekatan tradisional dalam beramal. Mereka lebih suka menyumbang melalui lembaga amal yang sudah mapan dan terpercaya, serta sering terlibat dalam kegiatan sukarela di komunitas lokal. Loyalitas dan kestabilan finansial membuat mereka mampu memberikan sumbangan dalam jumlah besar dan jangka panjang. Generasi Milenial, lahir antara tahun 1981-1996, tumbuh di era digital dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Mereka lebih memilih beramal melalui platform online dan crowdfunding, serta fokus pada isu-isu spesifik yang sesuai dengan nilai-nilai mereka. Transparansi dan dampak nyata menjadi pertimbangan utama dalam memilih lembaga amal. Generasi Z, lahir antara tahun 1997-2012, sangat melek teknologi dan aktif di media sosial. Mereka mencari cara beramal yang inovatif dan berdampak langsung, seperti mengikuti kampanye online atau tantangan media sosial. Bagi mereka, beramal haruslah praktis, kreatif, dan memberikan hasil yang jelas. Perbedaan cara beramal ini mencerminkan nilai-nilai dan preferensi masing-masing generasi. Boomers mengutamakan tradisi dan stabilitas, Milenial mencari makna dan transparansi, sementara Gen Z menginginkan inovasi dan dampak langsung. Meskipun berbeda, semua generasi memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Jadi, kamu generasi yang mana nih? Dan apakah informasi diatas relate denganmu? Penulis: Fael

Beramal di Era Digital: Perbedaan Generasi Boomers, Milenial, dan Gen Z Read More »