Oleh : Epifanius Solanta
Perjalanan hidup manusia di dunia yang kerap kali dianggap “fana” ini seringkali menemukan banyak kejanggalan, tantangan dan berbagai hal lain yang membuat manusia menjadi frustrasi, cemas, takut dan bahkan lebih memilih untuk berserah diri. Bagi saya, pengalaman seperti ini bukan suatu hal yang baru. Tantangan dan cobaan yang datang silih berganti menghiasi dan mewarnai kehidupanku, tidak membuat saya harus tunduk padanya dan berserah diri. Sebab sikap apatis atau tidak mengambil pusing atau resiko terhadap sesuatu hal justru menjerumuskan diri ke dalam liang keburukan yang berujung pada menurunnya moralitas dan nurani diri.
Suatu keputusan yang dibuat tentu saja memiliki suatu tujuan dan prospek yang baik bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan juga bagi orang lain. Pertanyaannya kemudian adalah apakah saya sudah menjalankan ini dengan sungguh-sungguh? Tulisan ini sebenarnya sejenak untuk melakukan anamnesis bagi saya. Berusaha untuk membuka lembaran kisah baik dalam pergumulan dunia akademik maupun non akademik selama kurang lebih satu semester ini. Namun sebelum jauh aku menerawang, tidak lupah aku titipkan kata terima kasih kepada Yayasan Aak-Anak Terang yang memiliki hati dan nurani yang luar biasa, peduli terhadap dunia pendidikan, terhadap mereka yang memiliki keinginan dan niat yang besar untuk sekolah tetapi terkendala oleh finansial. Kehadiran Yayasan AAT ibarat oase di tengah padang gurun, yang memberikan kesegaran kepada tumbuh-tumbuhan dan mengobati rasa dahaga bagi hewan yang sedang meniti hidup di sana.
Semester tujuh (7) mempunyai kisah tersendiri dalam hidup saya. Ada rasa duka dan bahagia. Semuanya berkolaborasi, menjiwai dan menghiasi pikiranku. Dimana saya mulai dan harus bergumul dengan tugas akhir yaitu skripsi. Ada rasa takut dan cemas karena merasa belum siap untuk memulainya. Tetapi semuanya itu sirna, tatkala saya membawanya dalam doa bersama Dia yang aku puji dan dengan semangat kerja keras dan usaha yang sangat tinggi. Alhasil dalam waktu yang lumayan panjang ini, saya berhasil melaksanakan dua ujian yaitu ujian laporan intrenship dan seminar skripsi. Dihadapan dosen penguji, dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa program studi Sosiologi, saya mampu mempertanggungjawabkan hasil jerih payah saya dengan sangat baik.
Kesibukan yang sangat ekstra dalam dunia akademik yang membuat saya menjadi tidak fokus dengan dunia non akademik. Saya kian tergerus dan lupah bahwa dunia non akademik juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan hidup saya. Ada suatu keyakinan yang sangat besar dan sebuah pengakuan yang tidak bisa berpaling dari hidupku, akan tingkat keterlibatanku dalam komunitas AAT khususnya di semester tujuh ini. Beberapa kali pertemuan saya tidak sempat hadir dikarenakan oleh beberapa halangan dan rintangan yang tidak terduga, seperti ada keluarga yang meninggal dunia, saudara yang sakit dan juga bertabrakan dengan waktu penelitian. Di samping itu, kurang intensifnya pola komunikasi dengan teman-teman anggota AAT dan dengan beberapa PK di bawahku dan juga dengan PJ lebih dikarenakan oleh masalah teknis yakni HP yang sama sekali tidak bersahabat dengan saya. Hal ini yang membuat saya menjadi frustrasi dan stress. Beberapa kali saya harus melempar HP dikarenakan tidak bisa memainkan fungsinya secara baik. Bahkan sampai sekarang ini, urusan kwitansi dan TTD masih belum selesai, dikarenakan oleh kesalahan pada SK. Tetapi saya juga mengakui bahwa ada kelalaian yang ada pada diri saya seperti minimnya pola komunikasi yang baik dengan anggota dan juga dengan kordinator AAT.
Akankah semua pengalaman ini meruntuhkan semangatku untuk AAT? Sama sekali saya tidak ada niat untuk itu. Justru saya harus bangkit, bertanggung jawab. AAT bagi saya adalah sebuah keluarga yang tidak hanya hadir memberikan bantuan berupa uang, melainkan juga hadir dalam bentuk ide, pikiran dan perilaku yang mendewasakan saya. Sikap tanggung jawab menjadi suatu pilihan yang sangat tepat sebagai landasan dan dasar yang akan menjiwai diri saya dalam menjalankan tugas bersama teman-teman di AAT. Suatu kewajiban harus diselesaikan secara baik. Di samping itu, sikap keterbukaan terhadap sesama, menyampaikan setiap keluhan menjadi suatu keharusan untuk sama-sama mencari jalan keluar atau solusi yang baik.
*Epifanius Solanta, Mahasiswa Program Studi Sosiologi dan Penerima BeasiswaYayasan AAT Universitas Atma Jaya Yogyakarta