Oleh : Shellen June
Pertama kali bergabung dengan AAT pada tahun 2015 saya mengikuti kegiatan ini dikarenakan harus mengerjakan tugas dari kampus. Setelah selesai mengerjakan tugas dari kampus, saya diajak untuk bergabung dengan AAT secara berkepanjangan. Awalnya saya ragu untuk mengambil tanggung jawab ini, karena saya merasa sibuk kuliah serta saya sama sekali tidak memiliki gambaran mengenai hal yang harus saya lakukan. Tetapi dengan dukungan teman saya yang ikut bergabung maka saya memutuskan untuk bergabung dan menjadi relawan AAT sebagai menjadi perantara antara AAT dengan sekolah atau disebut dengan penanggung jawab komunitas (PK).
Saya merasa gugup karena saya belum pernah sebelumnya tergabung ke dalam organisasi sosial seperti ini. Saya benar-benar memiliki pengetahuan 0 (nol) mengenai cara kerja orang-orang yang ada di AAT. Tetapi setelah beberapa lama bergabung, saya dibimbing oleh senior yang mengerjakan hal yang sama serta di-follow up oleh manula dalam mengerjakan tugas saya sebagai penanggung jawab komunitas. Setelah melewati proses dibimbing dan di-reminder saya akhirnya mulai memahami mengenai flow dari tanggung jawab seorang PK. Saya mulai terbiasa mengerjakan tugas-tugas PK walaupun masih harus diingatkan kembali oleh rekan lain.
Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman menjadi PK adalah seringkali diingatkan mengenai kinerja saya dan selalu diberi motivasi untuk terus belajar. Saya selalu diingatkan pula bahwa tanggung jawab melayani di sini tidak hanya pada anak asuh, melainkan juga pada donatur yang mempercayakan sumbangan mereka di AAT. Saya merasa bahwa apa yang saya kerjakan di sini adalah bukan semata-mata untuk orang yang mengingatkan saya atau memberi saya motivasi, tetapi apa yang saya kerjakan itu bermanfaat bagi anak-anak asuh yang mungkin tidak saya kenal. Begitupun dengan manula, senior, dan rekan lain yang sama-sama melayani untuk kemajuan pendidikan anak di Indonesia. Saya merasa bahwa apa yang dilakukan mereka merupakan hal yang tidak dibayar namun mereka selalu memberikan peringatan apabila kinerja saya menurun.
Sehingga disini saya belajar bahwa walaupun tidak dibayar tetapi hal tersebut bukan berarti sebuah excuse untuk tidak memberikan yang terbaik. Apabila sudah berkomitmen untuk melayani, maka lakukan itu dengan sepenuh hati dan bukan dengan setengah hati serta banyak mengeluh. Saya pada awalnya merasa hal ini apabila dilakukan dengan kurang baik maka wajib dimaklumi, karena sebagai mahasiswa yang memiliki kesibukan sudah bagus apabila saya mau mengerjakan tugas organisasi sosial seperti ini. Tetapi melalui pengalaman saya menjadi relawan di AAT saya merubah mindset yang saya miliki. Saya belajar bahwa pelayanan ini walaupun yang saya lakukan kecil tetapi sangat bermanfaat untuk banyak orang, serta hal yang saya lakukan apabila dilakukan dengan sepenuh hati maka hasil jerih payah tidak akan menjadi sia-sia.
Saya menyaksikan ada juga para manula yang sudah lebih dulu melayani dan saya belajar dari pribadi mereka. Saya menyadari bahwa mereka pun merupakan orang yang memiliki kesibukan lebih banyak dibanding saya, tetapi masih mau untuk melayani di AAT. Mereka pun bisa maka saya pasti bisa.
Saya bersyukur dapat tergabung dengan AAT dan banyak belajar dari setiap orang yang ada disini. Saya berterimakasih untuk setiap orang yang selalu sabar membimbing, menegur, dan membantu saya, walaupun saya belum sempurna tapi saya merasa bahwa saya bisa terus belajar dan saya berharap banyak juga orang diluar sana yang ingin melayani sama seperti orang-orang yang saya kenal disini. Selamat melayani, selamat menjadi pengaruh baik untuk orang sekitar, dan selamat menjadi salah satu tokoh sejarah yang mengubah pendidikan di Tanah Air ini.
*Shellen June, adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bendahara AAT Sekretariat Bandung, Relawan AAT Sekretariat Bandung