“Janji Tuhan laksana matahari yang terbit di esok hari, tidak akan pernah terlambat, selalu tepat pada waktunya”, ungkapan inilah yang cocok untuk menggambarkan perjumpaan pertamaku dengan AAT.
Perkenalkan, namaku Jochen Phoan, namun orang-orang lebih sering menyapaku dengan Yohan, aku bukanlah berasal dari keluarga yang berekonomi kaya, kedua orang tuaku juga telah bercerai semenjak aku masih sangat kecil sehingga aku hanya hidup berdua bersama dengan Bunda yang merawat dan mendidikku sedari kecil hingga saat ini. Penghasilan Bunda juga hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit disisihkan untuk menabung.
Meski demikian Bunda bercita-cita agar bisa menyekolahkanku hingga perguruan tinggi, dan perguruan tinggi yang kupilih adalah Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Program Studi Teknik Industri. Dengan menguras seluruh tabungan Bunda, akupun bisa mengenyam bangku kuliah, meskipun kami hanya mampu membayar sebagian dari kewajiban administrasi yang menjadi kewajiban.
Semenjak Semester 2 aku mulai mencoba mencari penghasilan tambahan sebagai seorang guru les privat. “Lumayanlah untuk mengurangi beban Bunda” ujarku dalam hati. Seiring berjalannya waktu aku juga mencoba mencari penghasilan tambahan lagi sebagai Asisten Dosen. Sering kali aku berangkat pagi untuk kuliah, mengajar dan menjadi guru les, hingga petang hari aku baru kembali, namun semuanya itu aku jalani dengan Ikhlas dan penuh syukur.
Hingga tibalah waktunya aku menginjak semester terakhir dari masa kuliahku, namun aku masih memiliki tunggakan biaya kuliah yang cukup besar. “Tuhaaannn… aku tidak sanggup lagi” ujarku dalam hati. Segala perhitungan kami sudah mencapai titik buntu. Semua tabungan bahkan barang yang bisa kami jual pun sudah habis. Aku sudah tidak memiliki apapun untuk bisa membayar tunggakan uang kuliah.
Dan di sinilah tangan Tuhan berkarya melalui Anak Anak Terang (AAT). Seperti petir di siang hari saat aku mendapat kabar dari adik kelasku (Fransiska Mulyani, salah satu Staff Admin AAT) bahwa salah satu dosenku, yaitu Bpk. Hadi Santono yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Dekan III Fakultas Teknologi Industri hendak bertemu dengan diriku secara pribadi.
Pikiranku sudah khawatir, “Apakah beliau hendak menanyakan masalah tunggakan uang kuliahku ?” Pertanyaan ini sempat muncul dalam benakku, karena setiap semester memang kami selalu menghadap ke Kantor Keuangan UAJY untuk memohon keringanan pembayaran uang kuliah, dan ini sudah semester terakhir dalam masa studiku.
Saat aku menghadap Bpk. Hadi Santono beliau menyodorkan secarik kertas yang berisikan jumlah tunggakan uang kuliahku yang belum terbayarkan. “Mampuslah aku kali ini !” ujarku dalam batin, kekhawatiranku makin menjadi pada saat itu. Kemudian maksud Bpk. Hadi menyodorkan kertas tersebut bukanlah untuk menagih hutang tunggakan uang kuliahku, tetapi justru untuk membantuku dalam melunasinya
Aku kaget bukan main, hal ini benar-benar di luar dugaanku. Sungguh karya Tuhan telah bekerja pada diriku melalui AAT.
Semenjak itu Bpk. Hadi Santono mulai mengenalkanku kepada AAT, mengenai kenapa ia membantu anak-anak yang kurang mampu dan bagaimana cara dan prosedurnya. Aku terkejut bukan main, ternyata dana yang dikumpulkan itu berasal dari banyak donatur, sehingga dana tersebut mampu digunakan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu. Nominal uang yang tidak seberapa besarnya, bahkan lebih kecil dari harga sepotong pizza sekali pun, ternyata bisa membantu anak-anak dalam mewujudkan mimpinya.
Satu pesan yang diamanatkan kepadaku oleh Bpk. Hadi Santono yaitu “Jadilah Anak-Anak Terang yang bukan hanya mampu menerangi diri sendiri, namun bisa membantu sesamanya”. Hal itu yang terus aku tanamkan dalam hatiku hingga saat ini. Meskipun aku baru saja mulai berkarir, sedikit demi sedikit, aku menyisihkan dan mengirimkan sebagian kecil dari gaji yang kuterima setiap bulan untuk membantu adik-adik asuh AAT lainnya. Nilai yang sangat kecil, terpaut jauh dengan bantuan yang pernah kuterima saat menjadi anak asuh AAT. Namun hanya itu yang saat ini aku sanggup karena akulah yang sekarang harus menanggung kehidupan Bunda.
Semoga Tuhan selalu menyalakan Api Semangat Untuk Berbagi Kasih Kepada sesama dalam diriku melalui AAT dan hal lainnya. Amin.
Jochen Phoan, ST.*
*Jochen Phoan (YOHAN) adalah salah satu anak asuh AAT. Lulus Sarjana pada bulan Juni 2012 dari Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan predikat Sangat Memuaskan. Sekarang bekerja sebagai staff Divisi Sales and Logistic di PT. Honda Prospect Motor, Jakarta
[qrcode content=”https://aat.or.id/kasih-tuhan-terpancar-melalui-aat” size=”175″]