Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia (AAT) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 6 – 9 Februari 2020 bertempat di Griya Paseban, Semarang. Hadir lengkap Pengurus Yayasan AAT. Dalam paparannya, Ketua Umum Yayasan AAT Maria Sophina Irewati mengatakan Rakernas telah menjadi wadah rutin setiap tahun untuk mengevaluasi kinerja yayasan yang menaungi beasiswa AAT ini.
“PR kita ada banyak. Yang kita pikirkan adalah nasib siswa. Rakernas secara rutin untuk membicarakan kondisi dan tantangan selama ini. Sampaikan semua keluhan dan usulan apa adanya,” ujar perempuan yang kerap disapa Ibu Ira ini.
Selain itu, hadir pula PJ Sekretariat Bandung, Madiun, Malang, Purwokerto, Semarang dan Yogyakarta, penerima bantuan perguruan tinggi (BPT) yang nota-bene administrator di sekretariat dan beberapa relawan. Mayoritas peserta yang hadir datang dari berbagai daerah dengan jarak tempuh yang cukup jauh dan tentu saja bahkan meninggalkan beberapa kesibukannya. Hal ini membuktikan komitmen dan dedikasi tinggi segenap tim untuk mengelola beasiswa AAT demi keberlangsungan pendidikan anak-anak bangsa. Semangat ini tidak terlepas dari kesadaran kolektif bahwa AAT telah menjelma sebagai wadah peduli pendidikan rujukan banyak orang selama ini.
Pembahasan di Rakernas dimulai dari pemaparan hasil kerja BPT dan relawan terkait sisi administrasi beasiswa di sekretariat masing-masing. BPT dan relawan selama ini disamping mengurusi administrasi, mereka juga selalu membina komunikasi dengan PJ sekolah penerima beasiswa di tingkat dasar hingga menengah demi kelancaran penyaluran beasiswa AAT. Kemudian, pemaparan dari sisi PJ sekretariat masing-masing untuk evaluasi tingkat sekretariat dan rapat pengurus guna mengambil keputusan-keputusan penting terkait langkah lembaga ke depan. Pada rapat pengurus ini, terjadi penyegaran organisasi dengan sedikit perubahan struktur tim pengelola beasiswa AAT.
AAT merupakan organisasi inklusif. AAT telah menjadi jembatan penghubung ribuan orang dari berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan, agama sampai status sosial yang peduli pada anak-anak yang kurang beruntung di pendidikan formal sejak jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan berdonasi di AAT, donasi tersebut dikelola untuk memberikan pelayanan beasiswa formal, pendampingan dan perhatian sehingga pendidikan formal mereka yang dibantu dapat diselesaikan dengan baik. Kurang lebih 10.000 (sepuluh ribu) penerima beasiswa AAT yang disebut anak asuh telah dilayani hingga kini. Namun, setiap tahunnya, jumlah yang dibantu terus bertambah sehingga kebutuhan donasi dan perhatian semua orang pada nasib pendidikan tetap menjadi hal yang penting untuk diperhatikan bersama agar tidak ada lagi kasus putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah.
Selama tiga hari berdinamika bersama, secara resmi Rakernas ditutup kembali oleh Ibu Ira. Beliau mengaku sangat senang akan pertemuan tersebut dan mengapresiasi semua kinerja selama ini, sembari meminta untuk disempurnakan.
“Bersyukur karena banyak hal-hal baru dan pekerja-pekerja baru pada Rakernas kali ini. Mudah-mudahan yang dibicarakan ini disempurnakan. Semua orang harus bekerja lebih giat lagi. Kita percaya, Tuhan menyertai. Jangan takut salah. Kalau salah bangkit lagi. Jangan mudah menyerah. Terima kasih untuk komitmen, masukan dan ide semuanya. Saya berharap kita bekerja secara kreatif untuk melayani negeri,” pungkasnya.
K/M