AAT Madiun

Tidak menyia-yiakan Kepercayaan

Oleh: Dira Nur Agista Nama saya Dira Nur Agista, saya mahasiswi prodi Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun semester 5. Sudah 2 tahun ini saya menjadi anak asuh dari beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia. Dengan bantuan donator dan pengurus-pengurus AAT lainnya saya bisa melanjutkan pendidikan S1 saya dan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Di sekretariat saya selain menjadi pendamping komunitas dari SMK St. Bonaventura 2 Madiun dan SMPK Garuda Parang saya juga menjadi bendahara sekretariat Madiun. Ilmu akuntansi yang selama ini saya pelajari sangat berguna ketika diterapkan. Selain menjadi bendahara sekretariat saya juga membantu tim public relation AAT dengan menjadi admin sosial media (sosmed), yaitu: instagram dan twitter AAT. Setiap ada berita atau kegiatan dari relawan AAT dari berbagai sekretariat kami sebagai tim public relation harus selalu segera mengupload-nya ke sosmed AAT agar para donator mengetahui dan hal tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donatur. Saya terkadang masih sering kesulitan mencari bahan posting dan menulis caption apa yang sesuai dan menarik, namun berkat kerjasama tim public relation semua permasalahan tersebut teratasi. Saya sangat senang bisa mengenal relawan dari berbagai sekretariat. Walaupun dari mereka merupakan relawan dan bukan anak asuh, kepedulian mereka sangat menginspirasi saya untuk lebih konsisten dengan tugas yang diberikan kepada saya agar semakin banyak donatur dan lebih banyak lagi anak Indonesia yang nyaris putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan-nya sama seperti saya. Di semester 5 ini banyak sekali kegiatan yang saya ikuti disela-sela waktu kuliah. Mata kuliah semester 5 ini juga sangat berat dari pada semester sebelumnya. Kita sudah memulai fokus terhadap bidang akuntansi dan mempersiapkan skripsi. Mulai tahun ini saya di beri kepercayaan oleh seluruh teman-teman 1 program studi menjadi Ketua HMPS Akuntansi. Walaupun saya menyadari akan semakin banyak lagi tugas yang harus saya lakukan, baik tugas kampus sebagai ketua HMPS, tugas sebagai mahasiswa dan yang lebih penting tugas melayani sebagai relawan AAT. Kesempatan yang Tuhan berikan kepada saya sebagai anak asuh AAT tidak akan saya sia siakan. Saya akan selalu berusaha keras menyelesaikan studi S1 dengan tepat waktu dan nilai terbaik, selain itu juga akan selalu memperbaiki kerja saya sebagai anak asuh dan relawan AAT. Terima kasih AAT. *Dira Nur Agista, Mahasiswi prodi Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

Tidak menyia-yiakan Kepercayaan Read More »

Tak Menyangka Dibantu Kuliahnya

Oleh : Atikah Maulidya Waber Assalamualaikum wr wb, Nama saya Atikah Maulidya Waber. Saya adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara yang lahir pada 20 tahun silam di Bogor Jawa Barat. Sejak umur 6 bulan saya sudah menjadi seorang yatim, karena papa meninggal akibat kanker tulang sampai saat ini hanya mengetahui sosok papa dari foto saja.  Jadi mamalah yang merangkap sebagai bapak. Sayangnya, mama telah meninggal dunia 4 tahun yang lalu karena sakit komplikasi. Mama pergi begitu mendadak karena meninggal ketika acara pernikahan kakak pertama saya di Magelang. Mungkin itulah jalan Tuhan, kami hanya bisa berpasrah dan merelakan semuanya. Mama sosok pekerja keras, tetapi setelah kepergiannya perhatian penuh kasih sayang diperlihatkan oleh tante kepada kami. Tante telah memberikan banyak hal kepada kami sejak mama masih hidup. Tante sosok yang sabar, bisa dibilang tante sebagai pengganti orang tua saya saat ini. Saya sendiri sekarang tinggal bersama tante di Madiun. Tante saya belum menikah dan umur tante kira-kira 55 tahun. Biaya kuliah awalnya ditanggung oleh tante. Ada cerita yang menarik ketika saya masih menempuh pendidikan SD-SMP dimana saya masih tinggal di Cibinong-Bogor. Di sana peran tante sangat begitu berjasa. Pada masa itu, saya diurus oleh tante karena mama harus bekerja untuk membiayai kehidupan kami. Mama saya seorang mualaf. Karena pada dasarnya keluarga mama dan tante adalah non-muslim. Karena mama masih belajar juga, maka sejak TK sampai SMP anak-anaknya dimasukan di sekolah berbasis islam. Meskipun tante adalah seorang yang beragama non-muslim kita sangat menjunjung tinggi toleransi antara satu dengan lainnya. Setiap hari yang masak dan mengurus semuanya adalah tante. Tante rajin mengantarkan anak-anak mama (kami) untuk mengaji di masjid, mengikuti abang (kakak pertama saya) lomba adzan, mengantarkan mba Fitri (kakak perempuan saya) ke lomba mewarnai, mengantar mas Nanang (kakak kedua saya) ke lomba sepak bola antar kabupaten. Tante sering mengingatkan untuk sholat lima waktu. Jika bulan puasa tante ikut bangun pada waktu sahur, ikut membantu menyiapkan menu sahur, ikut menemani saya selama sahur. Begitu pula saat berbuka tante menyiapkan menu untuk berbuka puasa, dan mengingatkan untuk berangkat ke Masjid menunaikan ibadah shalat tarawih. Berbeda ketika di hari minggu. Tante harus libur, mama menyuruh tante untuk pergi ke gereja dan istrirahat saja. Kami sangat menghormati tante dan tante pun menghormati kami juga. Walaupun hidup dengan pas-pas-an, anak-anak mama tetap bersyukur dengan semua yang diberikan. Sekarang ini, saya sudah semester 6 kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun jurusan Akuntansi. Saya sangat berterimakasih kepada Beasiswa Anak-Anak Terang yang sudah membantu saya selama hampir 2 tahun, jadi saya bisa membantu tante meringankan biaya kuliah. Terimakasih untuk donatur yang telah membantu saya. Dulu saya tidak menyangka akan kuliah sampai saat ini setelah kedua orangtua saya meninggal. Sekali lagi saya berterimakasih kepada beasiswa AAT telah membantu saya. Semoga kelak saya dapat membantu adik-adik-ku yang juga ingin bersekolah dan mencapai cita-citanya. Amin. *Atikah Maulidya Waber, adalah mahasiswi Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Penerima Beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang

Tak Menyangka Dibantu Kuliahnya Read More »

Memahami Keistimewaan Tuhan Melalui AAT

Oleh : Janis Adi Wicaksono Setiap dari pada kita diciptakan oleh Tuhan secara istimewa. Maksud, tujuan, ataupun rencana yang Dia kerjakan itu sungguh sangat istimewa bagi setiap manusia. Mungkin banyak orang tidak menyadari, namun kita perlu memahami bahwa setiap orang itu istimewa di mata Tuhan. Ketika setiap orang dapat memiliki pengertian bahwa semua pribadi itu istimewa, sikap hati yang selalu bersyukur akan dimiliki, sikap peduli dan rela berbagi akan senantiasa terjadi. Menjadi salah satu anak asuh penerima beasiswa Yayasan AAT (AAT) Indonesia adalah bukti betapa diri saya yang tidak sempurna ini dijadikan Tuhan menjadi pribadi yang sangat istimewa di mata-Nya. Saya sangat bersyukur akan hal tersebut. Banyak hal boleh saya dapatkan, baik pengalaman, pengetahuan, dan juga indahnya sebuah kebersamaan. Keistimewaan demi keistimewaan Tuhan kerjakan dan lakukan melalui tim yang luar biasa tersebut. Mungkin bisa menjadi lebih sibuk dari anak-anak muda yang lain, namun hal tersebut menjadi sebuah kebanggaan dan sukacita tersendiri. Karena katanya, orang yang memiliki kesibukan atau ada hal yang menuntut untuk dikerjakan berarti dirinya adalah orang yang berguna dan tidak menyia-nyiakan waktu hidup yang ada. Kesibukan yang bermakna, berguna, dan semoga senantiasa memberkati banyak orang. Berbicara tentang keistimewaan yang Tuhan lakukan dalam diri saya dapati ketika bergabung di AAT. Saya menjadi salah anak asuh di Sekretariat Madiun, Jawa Timur, sekaligus menjadi pendamping komunitas/sekolah SMK Katholik Santo Yosef Cepu. Selama kurang lebih setahun sudah saya menjadi bagian dari proyek besar yang sedang dikerjakan oleh Yayasan AAT  Indonesia yaitu untuk menolong setiap adik-adik yang kurang mampu namun memiliki kemauan untuk tetap terus belajar dan berprestasi. Sebagai seorang anggota dan/atau anak asuh dan pendamping komunitas sebuah sekolah, mungkin hanyalah sebagian kecil dari sebuah proyek besar yang dilakukan Yayasan AAT Indonesia tersebut. Namun hal tersebut membuat saya sadar bahwa itu sebuah kebangaan yang sangat patut untuk disyukuri. Mungkin tidak terlalu banyak yang bisa saya lakukan, namun semoga kiranya hal tersebut dapat menjadikan saya sebagai saluran berkat Tuhan bagi banyak orang, terkhusus untuk adik-adik yang ada di SMK Katholik Santo Yosef Cepu. Banyak hal yang dapat saya pelajari ketika saya menjadi salah satu anggota Yayasan AAT Indonesia dan menjadi seorang pendamping komunitas. Belajar untuk dapat membangun komunikasi yang baik dengan bertanggungjawab terhadap sekolah yang saya dampingi, belajar memahami setiap adik-adik yang menjadi anak asuh, serta belajar membangun sebuah kerjasama yang utuh dan manis. Semua hal tersebut yang membawa sebuah perenungan yang dalam akan betapa terlalu indah dan istimewanya rencana Tuhan dalam kehidupan saya pribadi. Selain banyak hal yang dapat dipelajari, berkat yang lain juga saya dapatkan. Tentu keringanan biaya dalam kuliah yang sedang saya jalani, fasilitas laptop yang diberikan, serta berkat-berkat secara jasmaniah yang lain. Saya sangat beryukur kepada Tuhan, berterimakasih kepada segenap pengurus pusat beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia dan juga rekan-rekan tim yang istimewa yang ada di Sekretariat Madiun, Jawa Timur. Saya percaya bahwa setiap daripada kita semua adalah pribadi yang istimewa di mata Tuhan dan tidak ada satupun rencana-Nya yang gagal dan membawa kecelakaan. Kiranya beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia terus senantiasa dapat dipakai Tuhan untuk dapat menyadarkan bahwa semua manusia itu istimewa dan berharga bagaimanapun kondisi dan latar belakangnya. Karena hal tersebutlah yang saya alami saat ini. Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia menyadarkan saya bahwa diri ini menjadi sangat istimewa dan berguna bagi orang lain. Dia istimewa, rencana-Nya luar biasa, dan kita semua adalah makhluk yang sangat berharga. *Janis Adi Wicaksono adalah Penerima Beasiswa Anak-Anak Terang di Sekretariat Madiun

Memahami Keistimewaan Tuhan Melalui AAT Read More »

Percaya Selalu Ada Jalan

Oleh : Sarah Juniati Nama saya Sarah Juniati, saya merupakan salah satu anak asuh (penerima) beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia. Terhitung mulai tahun 2014 saya sudah mendapatkan beasiswa AAT. Puji syukur kepada Tuhan karena sampai saat ini saya masih diberi talenta untuk bisa terus memperjuangkan beasiswa AAT ini karena saya tahu banyak orang di luar sana yang juga membutuhkan beasiswa AAT untuk melanjutkan pendidikan. Bersama Anak-Anak Terang dan teman-teman saya merasakan banyak sekali lika-liku selama ini. Selama semester 4 kemarin banyak hal yang saya alami dan membuat saya semakin berlatih untuk menjadi lebih baik. Salah satu kejadian yang membuat saya merasa melakukan suatu kesalahan adalah ketika kami melakukan penerimaan beasiswa dan ternyata proses tersebut harus ditunda. Kami tak tahu harus berkata apa kepada teman-teman yang sudah mendaftar, ingin rasanya lari dari kenyataan itu dengan menutup mata dan telinga. Namun saya sadari itu harus diselesaikan. Akhirnya solusi telah kami dapatkan dengan rapat besar bersama. Hal itu membuat saya berfikir bahwa seharusnya kami pun juga tidak membuka pendaftaran untuk setiap tahun karena kami juga harus mempertimbangkan kondisi pusat. Apapun itu, semua mengandung pembelajaran yang besar. Banyak hal yang saya alami hanya saja sulit untuk menceritakan satu persatu dan keterbatasan kosa kata bias membuatnya menjadi salah tafsir. Selama satu semester kemarin saya merasa bimbang, takut dan cemas karena saya sudah memutuskan untuk keluar dari rumah guru SMA dimana saya memutuskan untuk mengekost karena saya sudah tidak merasa nyaman disana. Saya pun tidak mungkin kembali ke rumah orang tua saya karena jarak rumah dengan kampus yang sangat jauh.  Dengan keputusan itu saya harus mengambil sebuah resiko bahwa saya harus menanggung kebutuhan hidup saya sendiri karena dulunya saya diberi tumpangan dan makan. Dengan kondisi orang tua yang sudah melepaskan saya untuk menjalani hidup sendiri, maka saya harus bertanggungjawab. Terkadang saya merasa hari-hari yang saya lalui sangat berat karena saya harus bekerja untuk menopang hidup. Saya kadang merasa bersalah jika tidak menghadiri rapat AAT Madiun karena alasan bekerja itu. Namun, saya sadar bahwa AAT telah membantu saya untuk pendidikan ini sehingga saya selalu berusaha datang. Syukur pula disamping itu, puji Tuhan teman-teman AAT lainnya masih bisa mengerti. Saya juga bersyukur bahwa selalu ada kebaikan, hal itu terlihat dari adanya seorang teman dekat yang selalu menawarkan berkat kepada saya. Keluarganya baik dan kadang mengijinkan saya untuk makan di rumah mereka. Saya juga tentu merasa sungkan akan hal ini, makanya selalu selalu berusaha selain untuk makan, uang yang didapatkan dari hasil kerja juga disisihkan untuk kos sebesar Rp. 150.000. Sayangnya di bulan Juni lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin kembali fokus ke Anak-Anak Terang. Saya percaya selalu ada jalan untuk segala sesuatu. *Sarah Juniati, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Penerima Beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang

Percaya Selalu Ada Jalan Read More »

Mengusahakan yang Terbaik

  Oleh : Dira Nur Agista Nama saya Dira Nur Agista, saya kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Saya selalu berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik kepada semua orang yang telah men-support dan membantu saya dalam perkuliahan. Terutama tanggung jawab kepada para donatur dan pengurus Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia yang telah membiayai saya dalam kuliah. Saya menjadi anak asuh Anak-Anak Terang sudah 2 semester ini dan sudah banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Kegiatan rutin yang saya lakukan selama ini adalah survey dan wawancara calon anak asuh, mengupload kwitansi dan tanda terima. Salah satu survey dan wawancara calon anak asuh yang saya ikuti adalah di SMK Nusasantara. SMK Nusantara memang baru tahun 2015 dan kemudian mengajukan beasiswa Anak-Anak Terang. Sekolah ini terletak di Desa Balerejo Kabupaten Madiun. Banyak sekali cerita haru yang mewarnai survey dan wawancara saya ke sana. Walaupun terma suk sekolah baru, SMK Nusantara telah memiliki banyak siswa/i, dan rata-rata siswa-nya adalah dari anak yang putus sekolah dan berasal dari desa terpencil di sekitar Kab. Madiun dan Ngawi. Siswa yang saya wawancara ada yang tinggal di asrama kepala sekolah dengan makan dan tempat tinggal gratis karena subsidi dari kepala sekolah. Kebanyakan alasan siswa-siswi tersebut memilih SMK Nusantara adalah karena biaya murah, dan ada asrama gratis. Saya selalu berharap semoga Anak-Anak Terang semakin besar sehingga lebih banyak membantu sesama sehingga dapat meringankan beban anak-anak Indonesia yang nyaris kehilangan harapan karena putus sekolah. Anak-Anak Terang telah memberikan saya banyak sekali pengalaman hidup yang sangat berkesan dan tidak akan pernah saya lupakan. Saya berharap agar Anak-Anak Terang semakin banyak donatur yang bergabung agar semakin banyak anak anak di Indonesia yang nyaris putus sekolah dan hampir kehilangan harapannya dapat terbantu dan dapat mengangkat derajat kedua orang tua nya dan keluar dari lingkaran garis kemiskinan. *Dira Nur Agista, Mahasiswi Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Penerima Beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia

Mengusahakan yang Terbaik Read More »