Tahun Pertamaku Bersama Anak-Anak Terang
Perkenalkan nama saya Anggun Septin Kartika Wulan. Saya biasa dipanggil dengan nama Anggun. Saat ini saya sudah semester tujuh di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tidak terasa, sudah lebih dari satu tahun saya bergabung di Yayasan Anak-Anak Terang. Saya bergabung dan mendapatkan beasiswa Anak-Anak Terang ketika saya masih semester lima.
Tahun ini merupakan tahun kedua saya bergabung dengan Anak-Anak Terang. Banyak suka maupun duka yang telah dilalui bersama. Mulai dari tugas bulanan yaitu mengunggah tanda terima dan kuitansi sekolah, melakukan survei ke sekolah-sekolah, menggalang dana, hingga mengikuti berbagai acara bersama dengan teman-teman pendamping komunitas sekretariat AAT Yogyakarta.
Melalui Anak-Anak Terang saya berkesempatan menjadi salah satu bagian dari tim SIANAS (Sistem Informasi Anak asuh). Tim SIANAS merupakan tim yang menangani pelelangan anak asuh, mulai dari input data anak asuh, mencari donatur, hingga mengingatkan donatur untuk mentrasfer beasiswa. Di tim ini saya mendapatkan tugas di bagian donasi. Tugas saya mengecek donasi dari donatur dan mengingatkan donatur untuk mentrasfer beasiswa sebelum jatuh tempo. Dari situ saya menjadi tahu bagaimana sistem kerja pencarian donatur di Anak-Anak Terang. Harus terjalin relasi yang kuat antara anak asuh, donatur atau orang tua asuh, dan relawan yang menjalankan sistem di Anak-Anak Terang.
Untuk menjadi tim SIANAS, harus mengikuti training terlebih dahulu sebelum menjalankan sistemnya. Training yang saya ikuti dilakukan selama dua hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu di Semarang. Saya bersama dua teman berangkat dari Yogyakarta jam 6 pagi dan sampai di Semarang jam 9-an. Kami dijemput kemudian di antar ke rumah Mami Lies (Bu Lies Endjang). Ternyata di sana sudah banyak teman lainnya. Dari sini pula saya mendapatkan teman-teman baru dari sekretariat AAT Semarang, Malang, Madiun, dan Bandung.
Saya belum pernah bertemu dengan Mami Lies sebelumnya. Ternyata beliau orang yang sangat hangat dan mudah bergaul dengan anak muda. Apa saja bisa diceritakan bersama Mami Lies. Beliau memang sosok Ibu di keluarga besar Anak-Anak Terang se-Indonesia.
Selain pengalaman ambil bagian di Tim SIANAS, saya juga pernah beberapa kali ikut mencari dana dengan cara menjual merchandise Anak-Anak Terang. Waktu itu kebetulan kami berjualan di depan gereja. Awalnya saya ragu dan takut dipandang aneh karena penampilan saya yang berhijab dan sebelumnya saya belum pernah ke gereja. Tetapi teman-teman meyakinkan saya bahwa tidak akan terjadi diskriminasi seperti yang saya bayangkan. Dan benar saja, para jemaat gereja tetap tertarik dan antusias melihat dan membeli merchandise AAT.
Dari pencarian dana tersebut, kami mendapatkan dana yang cukup banyak. Dari sini saya belajar bahwa berbagi itu tidak harus melihat dari apa yang mereka kenakan dan juga bukan dari apa agama mereka. Berbagi murni muncul dari hati manusia yang saling mengasihi karena setiap agama mengajarkan bagaimana mencintai dan mengasihi kepada semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih kepada Anak-Anak Terang yang tidak hanya memberikan beasiswa, namun juga mengajarkan ilmu-ilmu lain sehingga menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi.
“Berbagi itu tidak harus melihat dari apa yang mereka kenakan dan juga bukan dari apa agama mereka.” Anggun