“Sebaik-baiknya orang, ia tidak akan berguna jika tidak memberikan sesuatu untuk sekitarnya…”
Kata-kata dosen tadi di kelas sontak membuatku tersadar dari lamunanku saat perjalanan pulang setelah kuliah. Entah mengapa kata-kata itu selalu terniang dalam benakku. Fricilia Mawaria, panggil saja aku Fricil, mahasiswi Program Studi Manajemen Angkatan 2012 Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Aku mengenal Anak-Anak Terang (AAT) dari teman dekatku Islamiah (Iis) yang mengajakku ikut AAT. Ia mengetahui AAT saat LDPKM (Latian Dasar Pengembangan Kepribadian Mahasiswa) oleh Bapak Hadi Santono sebagai dosen pendamping saat itu. Sungguh pertama mendengarnya aku sangat tertarik, mengingat kehidupan ini tidak hanya melulu bekerja untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Tidak tepat kapan waktu pertama menjadi relawan AAT, sekitar Oktober 2013, aku diajak untuk ikut rapat AAT bersama Iis. Kami berdua sangat ingin mengikuti tetapi saat itu kami tidak mengerti apa-apa. Untungnya Antik mau membimbing kami untuk mengenal AAT lebih dekat, terkadang kami juga suka piket di sekretariat ketika tidak sedang berkuliah.
Pengalaman Kunjungan
Pengalaman luar biasa saya ketika kunjungan ke sekolah untuk pertama kalinya di SMK St. Paulus di Sedayu, aku memperhatikan secara seksama bagaimana presentasi dimulai, lalu dilanjutkan dengan wawancara. Saat wawancara, aku begitu tersentuh dan berbicara dalam hatiku sendiri bagaimana bisa mereka selalu bisa tersenyum saat kondisi mereka seperti ini. Mereka bahkan tidak menuntut banyak hal untuk kehidupan yang mereka jalani saat ini. Bahkan, salah satu calon anak asuh AAT yang aku wawancarai mempunyai cita-cita tinggi. Ia ingin sekali masuk Perguruan Tinggi Negeri dan setelah itu menjadi pengusaha sukses. Kelak setelah sukses ia ingin membantu lebih banyak orang lagi untuk bisa bersekolah lebih layak dan tinggi, tidak seperti ia sekarang.
Selang beberapa minggu, aku kembali ikut kunjungan sekolah di SMP Kanisius Gayam. Betapa lucu-lucunya mereka, aku bahkan seperti mengingat masa kecilku, tetapi aku tidak bisa membayangkan, ternyata di balik tubuh mungil mereka tersimpan banyak permasalahan hidup. Salah satu dari mereka ayahnya meninggal dan ibunya sebagai buruh cuci baju. Ibunya masih harus menghidupi 3 orang anak yang masih bersekolah semua.
Sejenak terdiam dan masuk dalam lamunanku sebelum tidur, merefleksikan banyak hal yang terjadi setelah menjadi relawan AAT. Seakan aku disadarkan untuk selalu mengucap syukur atas segala yang diberikan-Nya. Dan di dalam diriku selalu ada semangat untuk terus menjadi relawan AAT. Meskipun yang aku berikan sama sekali tidak berarti, tetapi aku berterima kasih pada kalian anak asuh karena kalianlah aku bercermin dan terus ingin berbagi tenaga, pikiran, waktu, dan bahkan aku berharap suatu saat nanti bisa menjadi donatur.
“Lahir di keluarga miskin/kaya bukanlah pilihan kita, tetapi untuk menjadi sukses adalah sebuah pilihan…” Kata-kata motivasi ini diberikan oleh seorang dosen dalam perkuliahan karena masa lalunya. Aku percaya, engkau dan aku juga sanggup menjalani kehidupan dan menjadi lebih baik bukan karena takdir kita lahir di keluarga miskin/kaya tetapi usaha kita yang mampu merubah kehidupan di masa depan.
Fricilia Mawaria Staff Admin AAT Yogyakarta [qrcode content=”https://aat.or.id/terima-kasih-karena-kalian-berharga” size=”175″]