—
KADANG kita berpikir terlalu ruwet tentang memiliki anak asuh. Misalnya persoalan dimana mencarinya, bagaimana prosesnya, lalu berapa biayanya, dst. Bisa jadi di dalam benak, masih tumbuh persepsi bahwa memiliki anak asuh mesti terlebih dulu menjadi kaya raya, kelebihan uang di rekening bank sampai-sampai bingung mau untuk membeli apa.
Lah, bila anggapan ini dirasa kurang tepat, memangnya berapa dana yang perlu dikeluarkan jika ingin mempunyai anak asuh?
Memiliki anak asuh pendidikan, dalam arti sang anak bersekolah lalu kita mendukung biaya SPP-nya, alias memberi bantuan beasiswa, tidak menuntut biaya yang heboh. Untuk beberapa sekolah bahkan cukup Rp 20.000,- per bulan. Ya, dua puluh ribu rupiah per bulan.
Dua puluh ribu itu.. untuk beli burger Big Mac saja nggak cukup. Buat yang suka film, nomat di XXI Plaza Senayan pun Rp 25.000,- (belum lagi jika nonton berdua). Apalagi yang suka belanja novel import, dapet apa sih dengan 20ribu?
Yang ingin ditekankan adalah: kadang nominal uang yang seringkali sepele bagi seseorang, ternyata telah dapat dimanfaatkan untuk membantu sekolah anak asuh selama satu bulan. Ini bukan mengarang cerita, sebut saja salah satu anak asuh saya bernama Teguh, SPP perbulannya 20 ribu rupiah (kelas 6 SD).
Bisa jadi juga, beberapa pribadi malah kecewa karena dianggap terlalu murah. Maklumlah, masih ada yang menganggap murah sama dengan murahan. Jangan kecewa! Untuk yang hendak membantu lebih, dapat mengambil beberapa anak asuh. Bisa 2, 3, 4, dan seterusnya sesuai kemampuan.
Persoalannya, bagaimana jika anak asuh yang perbulan hanya memerlukan donasi Rp 20.000,- telah habis dibantu oleh donatur lain, sedangkan kemampuan kita sebagai calon orang tua asuh hanya sebatas itu? Jangan khawatir! Bila kasus ini terjadi, para donatur tetap dapat memberikan bantuan-lepas tanpa memiliki anak asuh secara khusus.
Dimana Saya Bisa Berpartisipasi?
Yang sedang saya bicarakan adalah komunitas anak asuh bernama Anak Anak Terang (AAT). Saya, sebagai salah satu orangtua asuh, berani turut mengabarkan sebab komunitas yang sudah berkiprah sejak awal tahun 2002 ini cukup profesional. Misalnya saja dalam hal pertanggungjawaban keuangan.
Untuk mengetahui tentang AAT, para donatur dan calon donatur dapat mengunjungi www.aat.or.id. Pada website tersebut telah tersedia gambaran detail tentang komunitas ini. Sedang untuk turut menjadi orang tua asuh, dapat langsung menuju SIANAS (Sistem Informasi Anak Asuh) yang beralamat di www.sianas.aat.or.id
Sebagai orangtua asuh, kita (termasuk juga Anda), akan mendapat pertanggungjawaban keuangan hingga fotokopi raport anak-anak asuh yang telah dibantu. Lewat laporan rutin ini pula, suatu hari saya menjadi tahu bila anakasuh ikut ekskul pertanian organik dan mendapat nilai B atas partisipasinya. Sedangkan tentang transfer donasi dari orangtua asuh, komunitas AAT menerimanya baik secara bulanan, per tiga bulanan, setengah tahunan, atau per satu tahun.
Jadi, tunggu apa lagi? Melalui tulisan ini saya mengajak kawan-kawan untuk berpartisipasi.
Tabik,
Johanes 11 Agustus 2011
catatan-catatan :
1.
setelah mendaftar di SIANAS -Sistem Informasi Anak Asuh dan disetujui oleh administrator (maksimal 1×24 jam), maka donatur akan mendapat username dan password melalui email untuk login ke sistem.
2.
dengan password yang telah diberikan, donatur dapat memilih anak asuh secara mandiri melalui SIANAS dengan terlebih dahulu login, lalu klik menu “Donasi -> Pendaftaran Donasi”. Aplikasi SIANAS juga memberikan informasi mengenai data diri dan latar belakang keluarga anakasuh yang hendak dibantu.
3.
Beberapa contoh anak asuh yang menunggu uluran tangan para sahabat:
- Agustinus Eka Kurnia Putri – SD Marsudirini – Kelas VI – Rp 25000 ,00
- Dio Ivan – SD Marsudirini – Kelas VI – Rp 25000 ,00
- Billy Eben Gideo – TK/SD Pangudi Luhur – Kelas V – Rp 20000 ,00
- Stefani Nuri Alvita – TK/SD Pangudi Luhur – Kelas IV – Rp 20000 ,00
- Vincentius Bondan Nugroho – SMP Kanisius Samigaluh – Kelas VII Rp 50000 ,00
- dan masih banyak lagi…