Februari 2014

Rekoleksi AAT 2014 : Good Attitude, Great Altitude

Misi Anak Anak Terang (Yayasan AAT Indonesia) disamping memberikan pelayanan beasiswa pendidikan formal bagi anak-anak asuh, adalah mendampingi anak-anak asuh dengan perhatian dan kasih sayang sehingga anak-anak asuh dapat menyelesaikan pendidikan formal dengan baik. Dalam kenyataannya, misi pendampingan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari pelayanan beasiswa ternyata kurang mendapatkan perhatian dari kita semua, sehingga timbul begitu banyak persoalan-persoalan yang mengganggu proses belajar anak asuh yang akhirnya memberikan hasil belajar yang kurang baik. Program pendampingan dijalankan oleh AAT bertujuan untuk memotivasi anak asuh agar menjadi calon pemimpin masa depan yang memiliki karakter yang kuat dan memiliki kompetensi yang baik, sehingga mampu untuk terus meningkatkan prestasinya. Pengembangan karakter dan kompetensi bagi para penerima beasiswa AAT beserta relawan Pendamping Komunitas (PK) menjadi fokus utama dalam program ini agar mereka mampu menjadi future leaders yang dapat membawa Bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Alumni dari program ini terus berkembang bersama AAT hingga sekarang. Mereka meniti karir di perusahaan-perusahaan ternama, sembari menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menjadi donatur bagi adik-adik asuh di AAT. Pay it Forward! * * * Sehubungan dengan pentingnya pendampingan ini bagi keberhasilan belajar anak asuh tingkat perguruan tinggi, maka AAT menyelenggarakan Rekoleksi dengan tema “Good Attitude, Great Altitude” bagi Relawan dan Pendamping Komunitas (PK) AAT pada tanggal 12-13 April 2014 di Wisma Duta Wacana, Kaliurang, Yogyakarta. Tujuan akhir dari rekoleksi ini adalah membina dan mengembangkan kepribadian yang unggul dan mandiri untuk seluruh Relawan dan Pendamping Komunitas (PK) AAT. Para peserta Rekoleksi adalah penerima beasiswa AAT tingkat perguruan tinggi dan para relawan mahasiswa yang dalam sehari-hari bertugas sebagai staff administrasi AAT dan Pendamping Komunitas (PK). Mereka mengelola 6 Sekretariat Beasiswa AAT, 1.126 donatur, dan 2.672 anak asuh di seluruh Indonesia! Rekoleksi diikuti oleh sekitar 150 orang. Mereka berasal dari Sekretariat AAT di Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Madiun, Malang dan Pontianak. Biaya yang dikeluarkan untuk sebuah acara seperti ini sungguh tidak kecil. Oleh karena itu, kami mohon kepada para Sahabat AAT untuk berkenan memberikan donasi untuk penyelenggaraan Rekoleksi ini.   REKENING BANK Donasi penyelenggaraan REKOLEKSI 2014 ditransfer ke rekening :   BCA KCP Kusumanegara – Yogyakarta a.n. Mariani a/c. 846 500 8004 Untuk identifikasi, harap tambahkan angka 252 ke dalam nominal transfer saat melakukan penyetoran dana. Contoh : Jumlah donasi yang akan dikirim: Rp. 100.000,- Maka jumlah transfer: Rp 100.000 + 252 = Rp 100.252,- Berita : “REKOLEKSI” Kirimkan konfirmasi melalui email ke: beasiswa@anakanakterang.web.id   DOWNLOAD PROPOSAL Unduh proposal (.PDF) Rekoleksi AAT 2014 di http://goo.gl/2Kw2Em   KONTAK PANITIA   IKKA MARISSA ROBERTA KETUA PANITIA Mobile : 0813 2661 2838 Email : ikka.marissa@gmail.com FB : Ikka Marissa PIN BB : 2645c675   ALOYSIUS HANDY WIBOWO SIE. USAHA DANA Mobile : 0898 556 7699 Email : h4ndy_4ever@yahoo.com FB : Aloysius Handy PIN BB : 24effce9   [qrcode content=”https://aat.or.id/rekoleksi-aat-2014-good-attitude-great-altitude” size=”175″]  

Rekoleksi AAT 2014 : Good Attitude, Great Altitude Read More »

Penandatanganan MoU AAT dan AKIN

“Anak Asuh Perguruan Tinggi adalah bagian integral dari AAT. Keberadaannya di AAT bukan sekedar untuk mendapatkan dana atau bantuan uang kuliah dan yang lainnya. Dengan penuh semangat, mereka mengambil bagian dalam pelayanan AAT, terutama dalam bidang administrasi. Di masa depan, mereka diharapkan menjadi penerus karya AAT. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan kalau anak-anak asuh yang saat ini berada di Perguruan Tinggi merupakan masa kini dan masa depan AAT “(Rm. Ag. Agus Widodo, Pr.) Dalam pelayanan Beasiswa AAT, para penerima beasiswa AAT tingkat perguruan tinggi adalah ujung tombak pelayanan. Bersama dengan para relawan mahasiswa lainnya, mereka bertugas sebagai Staff Administrasi Beasiswa AAT dan menjadi Pendamping Komunitas (PK) bagi 132 sekolah/komunitas. Mereka mengelola 6 Sekretariat Beasiswa AAT, 1.126 donatur, dan 2.672 anak asuh di seluruh Indonesia. Mereka berada di Sekretariat AAT di Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Madiun, Malang dan Pontianak Program Beasiswa Anak-Anak Terang tingkat Perguruan Tinggi ini dijalankan oleh AAT sejak tahun akademik 2011/2012, bertujuan untuk memotivasi anak asuh agar menjadi calon pemimpin masa depan yang memiliki karakter yang kuat dan memiliki kompetensi yang baik, sehingga mampu untuk terus meningkatkan prestasinya. Program Beasiswa Anak-Anak Terang tingkat Perguruan Tinggi telah meluluskan 4 orang. Alumni dari program ini terus berkembang bersama AAT hingga sekarang. Mereka meniti karir di perusahaan-perusahaan ternama dan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menjadi donatur bagi adik-adik asuh di AAT. Tahun Ajaran 2013/2014, AAT memiliki anak asuh Perguruan Tinggi sejumlah 36 orang yang tersebar di 7 Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Semarang, Madiun dan Purwokerto. Alokasi dana beasiswa untuk Perguruan Tinggi pada tahun ini hanya sebesar Rp 233.290.000 atau sebesar 13,91%. Jumlah yang masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan Staff Administrasi untuk melayani ribuan donatur dan anak asuh. Untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak yang tidak mampu namun memiliki kemampuan akademis yang baik untuk mengenyam pendidikan tinggi, AAT menjalin kerjasama dengan AKADEMI KIMIA INDUSTRI (AKIN) SANTO PAULUS SEMARANG. Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh Hadi Santono (Ketua Yayasan AAT Indonesia) dan Herman Yoseph Sriyana, S.Pd., MT. (Direktur AKIN Santo Paulus Semarang) disaksikan oleh Christianus Widya Utomo (Sekretaris Yayasan AAT Indonesia) dan Drs. T.A. Bambang Irawan, MT. (Pembantu Direktur AKIN Santo Paulus Semarang). Pada kesempatan itu juga Romo A.G Luhur Prihadi, Pr. sebagai Pastor Kepala Paroki Katedral dan Vikaris Episkopalis Semarang berkenan memberikan kata sambutan pada acara tersebut.   Secara umum, isi MoU AAT dengan AKIN Santo Paulus adalah mengenai kerjasama pemberian beasiswa kepada mahasiswa AKIN Santo Paulus dan kerjasama pengelolaan Sekretariat Beasiswa AAT Semarang yang beralamat di SMK Kimia Industri Theresiana, Jalan Pleburan No. 12 Semarang. Sri Sutanti, salah satu Dosen AKIN Santo Paulus Semarang berpendapat, “MoU AAT dengan AKIN Santo Paulus merupakan kerjasama yang baik. Siswa jadi punya kesempatan yang sama untuk belajar. Harapannya ke depan, beasiswa ini bisa lanjut terus dan anak-anak bisa mempertahankan prestasinya”. Senada dengan Sri Sutanti, Br. Konrad, CSA, Ketua Yayasan Santo Paulus Semarang berpendapat, “Senang ya bisa bekerja sama dengan AAT. Kerjasama ini bisa membantu mahasiswa AKIN yang kebanyakan berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Selain itu MoU ini juga merupakan media promosi bagi AKIN untuk para mahasiswa baru. Ke depannya, diharapkan pelayanan AAT dan AKIN di bidang pendidikan bisa makin meningkat dan berkualitas”. Elisabeth Lies Endjang, Bendahara AAT mewakili para pengurus AAT pada kesempatan tersebut menyatakan, “Bagus sekali, kesempatan anak-anak untuk kuliah jadi banyak. Apalagi anak-anak di sini banyak yang latar belakangnya dari keluarga tidak mampu. Dari hal-hal kecil seperti ini, dengan memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar ke jenjang yang lebih tinggi, kita membantu negara untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini dilakukan dengan bantuan dari orang-orang yang mampu. Dengan membuat anak-anak ini mampu untuk menolong dirinya sendiri, maka di masa depan ia akan mampu untuk menolong negaranya. Selain itu anak juga diharapkan selalu bersyukur dengan mengoptimalkan (potensi) apa yang ada pada dirinya. Tuhan Maha Kuasa” Acara Penandatanganan MoU AAT dan AKIN Santo Paulus Semarang juga diisi dengan Sosialisasi Beasiswa AAT kepada beberapa Kepala Sekolah di Semarang. Aloysius Sudarno, Kepala Sekolah SMP Agustinus Semarang menyatakan, “Menurut saya bagus ya, adanya MoU ini amat sangat membantu mahasiswa kelas menengah ke bawah. Apalagi dari sekolah kami yang bisa dibilang sekolah pinggiran, untuk masuk ke perguruan tinggi akan sangat kesulitan biaya. Namun dengan masuk AKIN, anak-anak bisa lulus dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama lalu sudah bisa bekerja. Harapannya kerjasama ini bisa meluas dan tidak hanya di AKIN saja”. Penandatanganan MoU juga dihadiri oleh Donatur AAT. Emilda Handayani, salah seorang donatur AAT menyampaikan, “Saya sebenarnya baru mengenal AAT ya. Menurut saya MoU antara AKIN dan AAT ini bagus karena kampus bisa lebih tahu performa mahasiswa dan pengelolaan beasiswa secara administratif juga menjadi lebih mudah dan teratur. Harapan kami bahwa dana yang terkumpul oleh AAT ini bisa digunakan dengan lebih maksimal dan tepat pada sasaran”.     Diliput oleh : Hadi Santono Ikka Marissa Roberta   [qrcode content=”https://aat.or.id/penandatanganan-mou-aat-dan-akin” size=”175″]  

Penandatanganan MoU AAT dan AKIN Read More »

Workshop Menulis Bersama Rumah Media

Workshop Amal oleh Para Penulis “Kumcer Teenlit: Bukan Cupid” dari Rumah Media Minggu pagi, 16 Februari 2014, para relawan AAT Sekretariat Semarang tampak sibuk mempersiapkan workshop kepenulisan dengan tema “Write Your Love”. Workshop tersebut diisi oleh para penulis “Kumcer Teenlit: Bukan Cupid” dari Rumah Media. Acara yang diselenggarakan di SMK Kimia Industri, Jalan Sriwijaya (Kusumanegara) No. 104 Semarang ini dihadiri oleh para relawan AAT sekretariat Semarang, beberapa relawan dari sekretariat Yogyakarta, sekretariat Madiun, pengurus AAT, dan beberapa teman-teman dari Rumah Media. Menurut jadwal, acara dimulai tepat pukul 10 pagi. Namun, karena Mbak Ulin (pembawa acara) masih ada suatu hal, akhirnya acara baru dimulai pukul 10.45. Karena waktu semakin siang, akhirnya acara dibuka oleh Pak Wiwien Wintarto. Beliau adalah penulis, narasumber, sekaligus pegiat Rumah Media. Workshop dengan tema “Write Your Love” itu diawali dengan sambutan dari Bruder Konrad, CSA dengan gayanya yang khas. Bruder juga mengisi sambutan dengan membacakan sebuah syair cinta yang manis. Sebuah nasehat yang sangat menyentuh dan membawa kasih Tuhan di acara workshop amal semacam itu. Kala itu, bruder tidak seperti biasanya. Tangan beliau gemetaran saat menyenandungkan syair cinta tersebut. Selesai sambutan Bruder Konrad, CSA, dilanjutkan sedikit sambutan dari Pak Wiwien. “Rumah Media adalah bimbel menulis, wadah bagi siapa saja yang ingin belajar sama-sama tentang menulis karya sastra,” kata Mas Wien memulai sambutan. Rumah Media tidak hanya tempat belajar menulis, tetapi juga tempat memperdalam ketrampilan jurnalistik dan tempat untuk belajar broadcasting. Tak lama kemudian, Mbak Ulin datang. Intermezzo Mas Wien Wintarto dilanjutkan dengan perkenalkan para pengarang “Kumcer Teenlit: Bukan Cupid”. Kumcer tersebut ditulis oleh 14 pengarang. Beliau menjelaskan siapa-siapa saja pengarang didalamnya, ada Antonius Andrie, Christina Juzwar, Erlin Cahyadi, Esi Lahur, Irena Tjiunata, Janita Jaya, Lea Agustina Citra, Monica Petra, Nora Umres, Pricillia A.W, Sophie Maya, Theresa Bertha, Valleria Verawati, dan Wiwien Wintarto sendiri. Mereka adalah para penulis yang sudah melanglang buana dalam dunia tulis menulis. Penjelasan Mas Wiwien tentang Fiksionalisasi adalah materi selanjutnya. Fiksionalisasi adalah mengubah kisah nyata menjadi fiksi. Menurut penjelasan Mas Wiwien, ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk fiksionalisasi, yaitu : 1. Scene by Scene Yaitu membuat kisah secara runtut adegan demi adegan. 2. Rumus Hollywood Yang dimaksud Rumus Hollywood yaitu cerita yang diawali dengan perkenalan, konflik, lalu klimaks. Sama seperti Materi Bahasa Indonesia saat SMK. 3. Fluktuasi Emosi Memberi efek suasana emosional yang fluktuatif atau bahasa kerennya “labil”. Senang, tegang, sedih, dan bahagia, untuk mencampur adukkan suasana hati pembaca. 4. Efek Dramatik Menambahkan hal-hal yang sebenarnya tidak ada agar cerita tersebut memberi kesan dramatis. Menambahkan hal-hal “alay” dapat dilakukan. Sesuai selera dan imajinasi masing-masing. 5. Tokoh Fiktif Mengembangkan adegan dan menambah tokoh-tokoh yang sebenarnya tidak ada. Menurut Pak Wiwien lagi, setelah kita dapat mengarang cerita, setidaknya dapat menghasilkan sebuah cerpen, kita dapat mencoba membuat novel. Ada beberapa tips bagaimana sebuah novel saat masuk penerbit dapat memiliki peluang yang besar untuk lolos seleksi. Beberapa tips yang diberikan yaitu: 1. Enam Halaman Pertama Saat teks novel kita masuk pada bagian editor, pertanyannya, “Apakah mereka membaca seluruh bagian novel yang kita kirim?” tentu saja jawabannya “tidak”, 6 halaman pertamalah yang mereka baca. Oleh karena itu, enam halaman pertama harus dikemas semenarik mungkin. 2. Adegan Pertama Unik Memberi kesan dini pada pembaca atas karya tulis sangat berguna untuk menarik perhatian pembaca dalam membaca karya anda. 3. Langsung Action/Dialog (bukan eksposisi maupun deskripsi) Deskripsi adalah penggambaran dan eksposisi adalah penjelasan suatu hal secara terperinci. Karya yang seperti itu membuat cerita terlihat berbelit-belit. Tentu saja penjelasan hal-hal di atas juga diselingi oleh joke-joke ala Mas Wien Wintarto agar materi tidak membosankan. Dan acara selanjutnya adalah makan siang selama setengah jam. Seusai makan siang, acara diambil alih oleh Mas Aulia A. Muhammad. Pembawa acara “Ruang Cinta” di salah satu acara televisi lokal di Semarang. Sama seperti Mas Wien, beliau juga penutur bahasa yang sangat baik dan selalu ada guyonan di sela-sela pemaparan materi. Mas Aulia ini juga sudah dua kali datang di acara AAT, seperti mas Wien.   Mas Aulia menjelaskan tentang kreativitas. Yaitu suatu kemampuan untuk berimajinasi dan menghasilkan ide-ide baru dengan mengombinasikan, mengubah, atau menerapkan sesuatu yang sudah ada dengan cara yang belum ada sebelumnya. “Tanpa kreativitas, suatu karya tidak akan memiliki jiwa dan terlihat mainstream,” jelasnya. Dalam kreativitas ini yang terpenting adalah jeli melihat peluang dan memanfaatkannya. Dalam kondisi apapun, peluang selalu ada. Kesempatan yang hanya datang sekali dan sangat rugi apabila kita hanya duduk terdiam tidak berbuat apapun. Mas Aul menunjukkan kemampuan kita pada setiap peluang, entah itu menulis, menjadi pembawa acara, dan sebagainya. Ini penting. Mas Aul juga menjelaskan tentang Bejana Kreativitas, Tembok Kreativitas, dan Sembilan Pil Perangsang. Yang dibahas satu persatu. Yang pertama ada Bejana kreativitas, yang terdiri dari empat hal. 1. Motivasi Personal Yang dimaksud di sini adalah keberanian sesorang untuk menantang diri dan menjawab tantangan tersebut untuk kemajuan hidupnya. 2. Lingkungan Lingkungan sebagai pembentuk kepribadian. Saat kita hidup di lingkungan yang penuh kreativitas, kita akan berkembang didalamnya. Begitupun sebaliknya. 3. Keahlian dan Keterbukaan Ahli didapatkan dari berlatih. Dan keterbukaan dilakukan dalam menerima kritik orang lain atas bentuk karya. Hal itu akan membuat jiwa kreatif terbentuk. 4. Proses Kegagalan dan keberhasilan adalah hasil akhir. Yang ditekankan di sini adalah bagaimana cara kita dalam mencapai hal itu. Dengan berlatih, mencoba hal-hal baru, dan tentu saja berusaha semaksimal mungkin. Materi kedua adalah Tembok Kreativitas. Apa saja itu? 1. Menyangkal Masalah Saat kita memiliki masalah, kita akan cenderung bersikap “saya baik-baik saja” dihadapan orang lain. Padahal kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Setiap masalah haruslah dihadapi. Berani menerima kekurangan adalah kuncinya. 2. Merasa Tak Mungkin/Bukan Aku Ketika kita melihat suatu peluang atau ditantang oleh suatu hal, banyak dari kita yang hanya diam karena kita merasa bahwa “ini bukan saya”. Karena apa? Tidak adanya kepercayaan diri sendiri bahwa kita dapat menerima tantangan itu. Saat kita mau berusaha untuk berkata “saya bisa melakukannya” dan mewujudkannya dalam aksi. Itulah memang yang seharusnya kita lakukan. 3. Ingin Terlihat Dewasa, Canggih, Tak Usil Kebanyakan orang ingin terlihat dewasa dan bersikap hati-hati di depan umum. Dunia anak misalnya, penuh kreativitas karena apa? Keluguan dan tak ada kata malu dalam kamus mereka. Mereka

Workshop Menulis Bersama Rumah Media Read More »

Nothing is Impossible

“Don’t ever let someone tell you that you can’t do something. Not, even me your father. You got a dream, you gotta protect it. When people can’t do something themselves, they’re gonna tell you that you can’t do it. You want something, GO, GET IT, PERIOD!!  (Will Smith, The Pursuit of Happiness). Pesan Will Smith untuk anaknya dalam film itu tidak jauh berbeda dengan pesan bapak saya sebelum meninggal. Bedanya hanya versi bahasanya saja. Kata-kata itulah yang selalu membuat saya semangat untuk meraih cita-cita dan percaya bahwa segala sesuatu itu mungkin dan pasti akan indah pada waktunya. * * * Nama saya Novhy, lengkapnya Marsellina Novhy Bria, mahasiswa jurusan Sastra Inggris semester 6, UNIKA Widya Mandala Madiun. Saya anak ke 3 dari 4 bersaudara. Lahir tanggal 11 November 1990 dan menghabiskan masa kecil di Baun, sebuah desa yang berjarak 20 km dari kota Kupang, Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bapak dan mama, panggilan saya untuk orang tua saya, bekerja sebagai petani. Tetapi, cita-cita mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi membuat kami selalu bersemangat untuk memberi yang terbaik. Untuk mereka, orang tua kami, melalui prestasi kami di sekolah. Semuanya berjalan dengan lancar dan baik-baik saja sampai kelas 3 SMP. Hingga menjelang UAN, bapak yang merupakan tulang punggung keluarga dan juga motivator saya meninggal dunia karena sakit. Saya merasa jauh dari cita-cita dan berpikir bahwa kuliah itu hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan pernah bisa diraih. Tapi saya bersyukur karena mempunyai mama dan kakak yang luar biasa yang selalu membuat saya bersemangat dan termotivasi untuk melakukan hal-hal yang berguna untuk mencapai cita-cita yang saya inginkan. Setelah bapak meninggal, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 2 Kupang yang merupakan salah satu sekolah favorit saat itu. Masa SMA inilah masa di mana saya belajar menjadi pribadi yang lebih tekun, kuat, dan sabar dalam menghadapi apapun. Tahun 2008, setelah lulus SMA, saya memutuskan untuk ke Surabaya. Niat ke Surabaya bukan untuk kuliah tapi bekerja, karena yang ada dalam pikiran saya, “Saya tidak mungkin bisa kuliah, terlalu mahal.” Sejak tahun 2008-2011, saya memilih tinggal dan bekerja di Madiun, karena kota ini lebih nyaman dan tidak rumit. Selama bekerja inilah, sedikit demi sedikit, saya mengumpulkan uang untuk kuliah. Hingga akhirnya tahun 2011, nama saya pun tercatat sebagai mahasiswa Sastra Inggris di UNIKA Widya Mandala Madiun. Bangga, bahagia, dan tidak percaya karena untuk mendapat status mahasiswa, jalan yang saya lewati sangat sulit. Saya semakin percaya bahwa semua mungkin terjadi. Nothing is impossible. Awal kuliah, semua urusan administrasi masih lancar-lancar saja. Tetapi, memasuki semester ke 2, semuanya terasa lebih sulit. Karena tidak ingin menjadi beban kakak yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, saya pun mencoba untuk mencari beasiswa. Semester 3, saya mendapat beasiswa prestasi. Tetapi hanya untuk satu semester saja. Saat itu juga saya memutuskan untuk bekerja menjadi guru les privat anak SD dan SMP. Dan juga sebagai asisten pengajar di KUMON, salah satu tempat kursus Bahasa Inggris di Madiun. Awal Perkenalan dengan AAT Akhir semester 4 sebelum liburan akhir semester, kami calon anak asuh yang dipilih prodi di hubungi untuk mengikuti pengenalan beasiswa Anak-Anak Terang (AAT) oleh Bapak Bernardus Widodo, Wakil Rektor 3. Setelah itu, kami diminta untuk melengkapi semua persyaratan dan mengikuti seleksi wawancara bersama bruder-bruder CSA. Saat itu, saya diwawancara oleh Bruder Aleks, CSA. Banyak pertanyaan dan motivasi yang diberikan oleh Bruder dan beliau berpesan, “Nov, banyak doa ya. Ingat pulang Novena. Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan. Siapa tahu kamu juga terpilih dapat beasiswa ini.” Saya pun mengikuti pesan Bruder dan doa saya terkabul, karena saya salah satu dari 10 penerima beasiswa Anak-Anak Terang. Bersyukur dan bersyukur. Berkat Tuhan memang luar biasa. Akhirnya, saya benar-benar bisa membuat mama dan kakak tersenyum. Anak-Anak Terang   Setelah menjadi Anak Asuh AAT, secara otomatis kami pun menjadi staff administrasi atau Pendamping Komunitas (PK) untuk sekolah-sekolah sekaresidenan Madiun yang bekerja sama dengan Yayasan AAT Indonesia. Banyak hal luar biasa yang saya dapat selama bergabung dalam AAT ini. Dari perjalanan survei dan wawancara bersama calon anak asuh, sampai pengalaman mengurus pengiriman tanda bukti penerimaan beasiswa AAT, kwitansi, dan pengiriman raport anak asuh AAT. Satu hal yang pasti, saya menjadi orang yang sangat bersyukur. Karena bisa dibilang kesulitan hidup yang saya alami tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan adik-adik yang saya wawancara. Saya belajar banyak hal dari mereka. Semangat untuk belajar, kuat dalam menghadapi tantangan, selalu tersenyum, dan selalu berpikir positif. Saat ini, walaupun harus membagi waktu antara kuliah, kerja, kegiatan kampus dan AAT, tapi saya berjanji untuk selalu memberikan yang terbaik untuk AAT. Cerita ini saya persembahkan untuk donatur yang telah membantu saya membiayai kuliah. Siapapun beliau, saya percaya Tuhan ada dalam dirinya. Suatu saat nanti, saya pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang beliau lakukan saat ini. Untuk AAT dan untuk adik-adik asuh nantinya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Begitu pun dengan apa yang saya cita-citakan untuk AAT. Terima kasih AAT. Terima kasih Pak Hadi Santono, Pak Christ Widya, Br. Konrad, CSA, Br. Aleks, CSA, Br. Yakobus, CSA, Om Adhi, dan orang-orang baik lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Salah satu anugerah Tuhan yang terindah dalam hidup saya adalah menjadi anggota keluarga besar Anak-Anak Terang.   Marsellina Novhy Bria Staff Admin AAT Madiun. * Marsellina Novhy Bria adalah salah satu Anak Asuh AAT tingkat Perguruan Tinggi yang juga bertugas sebagai Staff Admin AAT Madiun. Merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, UNIKA Widya Mandala Madiun, angkatan 2011.   [qrcode content=”https://aat.or.id/nothing-is-impossible” size=”175″]  

Nothing is Impossible Read More »

Pohon Kesabaran yang Berbuah Manis    

“Pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya” Menjadi Mahasiswa Menjadi seorang mahasiswa memang sudah menjadi impian saya sejak dulu. Awalnya saya memang ingin melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri, tentunya itu hanya ada di luar kota Madiun. Namun keinginan saya untuk melanjutkan kuliah di luar kota tidak dikabulkan oleh kedua orang tua saya, karena semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya yang dikeluarkan tidak hanya untuk kuliah, tapi juga biaya hidup di sana nantinya. Mengingat bapak saya yang hanya seorang sopir di sebuah instansi pemerintah dengan penghasilan pas-pasan dan ibu saya tidak bekerja. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Bersyukur saya bisa melanjutkan kuliah. Bulan September 2011 perkuliahan dimulai. Awalnya menyenangkan, karena impian saya untuk kuliah tercapai. Saya merasakan menjadi seorang mahasiswa dan merasakan diajar oleh dosen. Namanya bukan lagi mata pelajaran, tapi sudah menjadi mata kuliah. Merasakan mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan pakaian bebas di kelas, dengan setumpuk tugas, dan berbagai kegiatan yang ada di kampus. Ya, sangat identik dengan seorang mahasiswa. Memang berbeda sekali ketika masih di bangku sekolah. Ketika tugas mulai menumpuk, saya harus sering berkunjung ke warnet dan mengeluarkan uang lebih. Harus merepotkan sahabat serta teman-teman untuk pinjam laptop, karena waktu itu saya belum punya laptop. Semuanya demi tugas kuliah yang harus saya selesaikan. Saya Gagal dan Mencoba Lagi Satu semester terlampaui. Terbersit keinginan untuk nyambi kerja. Tapi keinginan itu hanya sebatas keinginan saja, masih belum mantap di hati saya. Di semester dua, saya mulai melihat kebingungan orang tua saya, ketika tiba waktunya untuk membayar angsuran biaya kuliah. Hal ini dikarenakan berkurangnya penghasilan sampingan bapak (carteran mobil). Selama ini, penghasilan dari carter mobil itu yang membantu keuangan keluarga kami. Akhirnya saya berusaha mencari informasi beasiswa-beasiswa yang ada di kampus. Pertengahan semester dua saya mencoba mengajukan beasiswa di kampus. Tetapi saya gagal mendapatkannya. Padahal harapan dan keyakinan saya sudah setinggi langit. Apa boleh buat, belum rejeki saya. Kemudian tak lama setelah itu ada kesempatan beasiswa lagi dan saya mencobanya lagi. Karena beasiswa ini memang sangat menggiurkan buat kami para mahasiswa. Tapi lagi-lagi saya gagal mendapatkannya. Kecewa iya, sedih iya, tapi Alhamdulillah saya masih diberi kekuatan untuk bersabar dan terus mau berusaha lagi untuk mencoba keberuntungan yang lain. Ketika menginjak semester tiga, keinginan saya untuk nyambi kerja sangat besar. Bahkan saya ingin pindah kelas malam supaya bisa bekerja penuh. Karena memang keuangan keluarga kami terus menurun dan selalu ada kekhawatiran dalam diri saya saat waktunya membayar cicilan uang kuliah. Takut-takut kalau tidak bisa membayar, tidak bisa ikut ujian, dan akhirnya berhenti kuliah. Harapannya, jika saya nyambi, saya dapat membantu meringankan beban bapak meskipun hanya sedikit. Akhirnya, saya mulai mencari informasi lowongan pekerjaan. Beberapa kali saya memasukkan lamaran, tetapi tak satu pun yang diterima. Meskipun kecewa, tapi saya masih bersabar dan terus mencari informasi. Ternyata, Tuhan telah mempersiapkan pekerjaan untuk saya di tempat lain. Mulai April 2013, saya mulai bekerja di salah satu bimbingan belajar. Saya pun masih bisa kuliah tanpa harus berpindah kelas malam. Alhamdulillah penghasilan part time job ini dapat membantu kebutuhan pribadi saya. Lagi-lagi Gagal Kesempatan beasiswa yang ketiga kalinya muncul saat saya berada di semester 4. Dan saya mencoba keberuntungan lagi, berharap kali ini bisa saya dapatkan. Tetapi sepertinya keberuntungan belum berpihak kepada saya, lagi-lagi saya gagal. Pengumuman beasiswa itu memang seperti halilintar di siang bolong yang menggoyahkan pikiran, hati, dan semangat saya. Beberapa hari saya sempat down karena saat itu bapak saya mulai pensiun dan otomatis keuangan kami akan semakin menurun. Bingung bercampur kecewa, karena tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tetapi, untungnya Tuhan memberikan kekuatan pada saya melalui sahabat-sahabat saya yang tidak hentinya terus memberi semangat. Akhirnya kepercayaan saya tumbuh lagi. Pohon Kesabaran Selalu Berbuah Manis Tak lama kemudian, saya seperti kejatuhan durian runtuh, mendapatkan rejeki yang bisa digunakan untuk membeli laptop. Saya mendapatkan tugas dari kampus untuk menjadi LO (Liaison Officer) di acara PORPROV Jatim yang diselenggarakan di kota Madiun. Di sana saya bertugas selama kurang lebih 2 minggu dan mendapatkan gaji yang lumayan. Ya, pohon dari kesabaran selama dua tahun akhirnya berbuah juga. Akhirnya saya bisa membeli laptop. Tidak lama dari itu, saya mendapatkan informasi dari Pak Bernardus Widodo, Wakil Rektor III di kampus saya, bahwa akan ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa ANAK-ANAK TERANG dari Yayasan AAT Indonesia atau biasa disebut dengan AAT. Saat itulah saya mulai mengenal AAT. Informasi itu membuat saya semakin bersemangat lagi dan dengan sesegera mungkin saya melengkapi berkas-berkas persyaratan. Kemudian langkah selanjutnya saya harus diwawancarai. Saat itu, saya di wawancarai oleh Bruder Yakobus, CSA. Deg-degan di hati bercampur dengan dingin yang luar biasa, was-was menunggu giliran wawancara. Setelah masuk ruangan, saya mendapatkan berbagai pertanyaan. Saat menjawab pertanyaan dari Bruder, suasana mulai mencair, dan saya mulai merasa nyaman diwawancarai. Rasanya seperti ngobrol dengan teman sendiri. Beberapa hari kemudian, tanggal 23 Agustus 2013, saya harus wawancara kembali dengan pengurus AAT. Itu adalah persyaratan terakhir yang harus saya penuhi. Ternyata setelah mereka datang, langsung diumumkan siapa yang lolos beasiswa ini dan menjadi anak asuh AAT. Berdebar sekali rasanya, seperti jantung mau copot. Dari 30an peserta, yang lolos hanya 10 mahasiswa. Satu persatu nama yang lolos disebutkan. Dalam batin saya, “Kok nama saya nggak disebut-sebut ya.” Saya tambah nervous saat urutan nama ke-7 belum juga disebut. Sempat berpikir negatif, menghela nafas, dan terus menunggu sampai selesai. Dan ternyata nama saya disebut yang terakhir kalinya, urutan ke-10. Lega seketika, hilang rasa cemas, kecewa, yang ada hanya rasa syukur dan gembira. Dan lagi-lagi, pohon kesabaran yang saya tanam berbuah manis. Raut kegembiraan terpancar jelas dari orang tua dan keluarga saya, penantian selama dua tahun. Terima Kasih AAT   Memang pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Di mana September 2013, awal bapak saya harus pensiun dan saat itu juga saya mulai mendapatkan beasiswa dari AAT. Alhamdulillah beasiswa yang diberikan AAT sangat membantu meringankan beban keluarga saya, sehingga saya masih bisa melanjutkan kuliah sampai sekarang ini. Memang semuanya sudah dipersiapkan oleh-Nya. Kesabaran, kerja keras, dan pantang menyerah memang menjadi kunci dari semua impian yang ingin kita wujudkan. Tidak ada yang gratis di dunia ini, semua harus

Pohon Kesabaran yang Berbuah Manis     Read More »

Menginspirasi Lewat AAT

Theodora Laras Wigati, itulah namaku. Tetapi, teman-teman akrab menyapaku dengan panggilan Dora. Aku berasal dari keluarga yang sederhana. Hidup sederhana kunikmati bersama kedua orang tua dan dua saudaraku di sebuah desa, daerah Lampung. Dulu ayahku masih bekerja sebagai seorang guru di perantauan, yaitu di daerah Lahat, Sumatra Selatan. Ayah rela merantau jauh meninggalkan kami demi memenuhi kebutuhan hidup kami. Tetapi ternyata ayah tidak pernah mengirim uang untuk ibu. Karena uang yang diperoleh ayah hanya cukup untuk biaya hidup ayah di perantauan. Ketika itu, ibu berinisiatif bekerja sebagai seorang penjual sayur keliling di Desa Argomulyo, Kecamatan Banjit, Lampung. Tentang Orangtua Waktu itu, ketika ibu menjadi penjual sayur keliling, aku masih berada di dalam kandungan. Tidak hanya itu, ibu juga rela menitipkan kakakku yang masih berumur 1 tahun pada tetanggaku, ketika ibuku berjualan. Dengan sabar dan ikhlas ibuku berkeliling dari pagi sampai siang dengan penghasilan yang tidak menentu. Itulah salah satu kehebatan yang dimiliki oleh seorang ibu. Rela berkorban untuk anak-anaknya meski dalam keadaan seburuk apapun. Ketika aku dilahirkan, ayah belum kembali pulang. Hal itu sangat membuat hati ibu sangat sedih karena ibu melahirkan tanpa didampingi seorang suami. Setelah beberapa hari aku dilahirkan, ayah pulang ke rumah. Tetapi sedihnya, ayah terlihat tidak senang dan tidak langsung menggendong aku seperti para ayah yang lain terhadap anaknya. Kisah itu kudengar dari cerita ibu saat aku sudah duduk di bangku SMA, ketika ibu sering bertengkar dengan ayah di hadapanku. Semenjak itu, aku menyimpan rasa benci terhadap sosok ayahku. Meski rasa benci itu tidak pernah aku tunjukkan pada ayah. Dan memang, dari kecil aku merasa kurang mendapat kasih sayang darinya. Tetapi hal itu justru menjadi motivasi untuk diriku agar menjadi anak yang lebih mandiri dan tegar. Aku Harus Bisa Kuliah Ketika SMP dan SMA, aku memilih sekolah di sekolah swasta Katolik karena aku ingin belajar mandiri dengan tinggal di asrama dalam bimbingan para Suster. Karena ibu mendukung dan ayah pun ikut menyetujui dukungan ibu, maka aku bersekolah di sekolah yang aku inginkan tersebut. Ibu mendukung karena ibu tidak mau anak-anaknya merasakan nasib seperti ibuku yang hanya lulusan SMP. Dengan penuh harapan, ibu selalu berkata pada kami, “Pokoknya kalian harus bisa kuliah semua. Supaya nanti jadi orang yang lebih baik dari ibu.” Ketika aku lulus SMA, aku teringat kata-kata ibu. Dan aku ingin sekali melanjutkan pendidikanku di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta Jurusan Farmasi. Tetapi aku tidak berani meminta ibu untuk mewujudkan impianku, karena aku tahu biayanya besar. Dan lagi tidak hanya aku yang dibiayai untuk kuliah. Kakakku juga kuliah dan aku harus mengerti dengan keadaan keluargaku yang pas-pasan dan masih ada adikku yang baru masuk SD. Ketika itu, aku tetap nekat meminta kepada orangtuaku untuk kuliah. Ibu pun menanyakan kira-kira biayanya. Setelah aku memberi penjelasan pada ibu, akhirnya ibu menyetujui, tetapi syaratnya aku harus berhenti sekitar setahun sembari orangtuaku mengumpulkan biayanya. Aku tak begitu saja menyetujui, aku berfikir kembali dan mencari solusinya. Aku pun searching di internet mencari Jurusan Farmasi di daerah Jawa. Aku memutuskan untuk kuliah di Akademi Farmasi Theresiana Semarang, orangtuaku pun menyetujuinya. Aku senang sekali dapat melanjutkan kuliah seperti teman-temanku yang lain. Di Akfar Theresiana inilah aku diperkenalkan dengan AAT oleh dosenku. Mengenal AAT Ketika itu aku bersama lima temanku yang lainya yaitu Wulan, Lensa, Naning, Natalia, dan Jenesia, diberitahu bahwa Bruder Konrad, CSA, mengajak kami untuk bergabung membantu komunitas AAT tersebut. Kami masih bingung apa itu AAT, apa saja kegiatan AAT, dan kami baru mengetahui adanya komunitas AAT, Bruder lalu memberi tahu dosen kami bahwa pada hari minggu tanggal 22 September 2013, kami diminta untuk mengikuti pengenalan tentang AAT di Deoholic Cafe. Dengan rasa semangat dan penasaran kami datang dan memperkenalkan diri masing-masing kepada para pengurus AAT dan kakak-kakak AAT. Setelah pengenalan para pengurus dan teman-teman Pendamping Komunitas (PK), dilanjutkan pengenalan apa itu AAT, bagaimana tugas AAT, dan terutama tugas PK AAT karena kami akan masuk menjadi anggota AAT dan menjadi PK AAT. Yang paling berkesan adalah kata-kata Mami Lies yang unik yaitu “AAT membantu anak asuh yang ingin bersekolah namun tidak memiliki dana untuk membiayai uang sekolah mereka. Jadi kita harus mencari biaya dari para donatur-donatur yang baik hati untuk membantu para anak asuh AAT.” Setiap mengingatnya, aku menjadi semakin bersemangat untuk ikut membantu dan melakukan tugas sebaik mungkin. Pertamanya kami masing bingung dengan tugasnya bagaimana. Tetapi setelah terjun dan belajar langsung mengenai tugas kami yaitu seperti survei dan mewawancarai anak asuh yang akan mendapatkan beasiswa dari AAT ini. Selain itu kami juga kami belajar tentang pengajuan proposal, pengiriman kwitansi dan bukti pembayaran SPP, serta cara menginput data anak asuh. Kami bisa menjalaninya sedikit demi sedikit. Sangat menyenangkan rasanya, karena aku bisa mendapat teman banyak dan pengalaman yang luar biasa di AAT. Menginspirasi Lewat AAT   Tugas yang sangat berkesan buat aku adalah ketika mewawancarai adik-adik yang akan menjadi calon anak asuh AAT di SMP Salomo 3 Temanggung, pada tanggal 10 November 2013. Saat itu aku senang karena bisa bertemu dengan adik-adik yang akan aku wawancarai. Di balik keceriaan mereka semua ternyata banyak masalah yang mereka alami melebihi masalah yang aku alami selama ini. Mulai dari keluarga yang sangat tidak mampu, anak yatim, anak yatim piatu, dan ada juga yang mengalami kejadian seperti aku dulu waktu kecil ditinggal ayah pergi merantau mencari uang dan ibu mencari nafkah sendiri. Saat itu aku teringat pengalaman diriku juga, sedih saat mendengarkan ceritanya. Ayahnya pergi ke Kalimantan meninggalkan keluarganya dan tidak pernah bisa dihubungi lagi. Ibunya pun tidak pernah mendapat kiriman uang dari ayahnya. Ibunya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan yang tidak menentu. Adik ini juga termasuk siswa yang berprestasi karena dia mendapat nilai yang bagus dan mendapat juara ke-2. Aku bangga dengan semangat belajar adik ini. Dengan tegar ia menceritakan apa yang dialaminya selama ini. Ternyata aku masih sangat beruntung dibanding mereka semua. Aku masih punya ayah yang tidak lagi meninggalkan keluarga demi mencari nafkah. Kehidupan keluargaku yang sekarang sudah lebih baik dibanding nasib keluarga mereka. Tanpa aku sadari ternyata mereka menjadi inspirasiku untuk lebih menyayangi ayahku dan ingin membuang rasa benci yang pernah aku pendam. Rasa sayangku terhadap ibu semakin

Menginspirasi Lewat AAT Read More »