Juni 2014

A Never-Ending-Asia Town I’ve been in Love with

There are so many things, I can’t forget in my life. Especially my experience in Yogyakarta. Special thanks to Mr. Hadi as chief of AAT, Mr. Jimmy as secretary of PSKP Padang, and also to Ms. May as our counselor. It can’t be happened without their support. We went to Jogja with Ms. May and four of my friends. The first one is Jimmy. He is our coordinator chief in AAT Padang. He doesn’t talk to much – calm, quiet, and cool. But, he has so many great ideas in his mind. The second one is Agus. He is a friendly person. He also has good leadership. The third is Winda. She has a good self confidence. However, she is careless. The last is Betria. She is almost like Jimmy. She only speaks important. That’s all about my friends. Now, I’m going to talk about my experience. On the first day, we came a little bit late than others participant. We were so surprised because all friends in AAT greeted us with a great applause. It was my first time to be greeted like that. We took pictures and played a really fun game together. After that, Mr. Hadi explained about management of bursary in AAT that really helps us to manage the bursary. Afterwards, Romo Handoko, MSC talked about how good attitude change our life. That was really important thing that I have learnt. Romo Handoko, MSC explained all the things very clear. I liked the way he explained. He is the best priest that I have ever known. The last session for the first day performance from each secretariat. All secretariat prepared their performance really well. Even though we didn’t win the performance competition, we were still proud of our performance. All secretariats did a good job at that time. On the second day, we played outbound together. That was really fun. There were so many funny things that I could not describe one by one. After the program had done, we went to Br. Agus, MTB’s place. We got so many things that we have to learn there. One of the things is discipline. We wouldn’t forget it. The day after, we went to Prambanan temple. That was our first time to see such a big awesome building. We took so many pictures there. There were so many children wanted to take a picture with Jimmy. They thought that Jimmy is Japanese. Winda who was also there at that time said that Jimmy is Indonesian. That was really funny for me. At night, we went to alun-alun. We rode a bicycle there, but the bicycle was made from a car. When we rode, the rain fell down over us. We had not finished it yet. However, because of the rain, we stopped and sheltered in a comfortable place. We had waited for the rain to stop for a long time. However, the rain was still falling down. Therefore , we decided to go home. Although we were drenched and cold, that was really fun. On the next day, we went to Taman Sari, a garden of the Sultan Palace. On the last day, we were picked up by a taxi. We were really reluctant to leave Jogja and all friends in Jogja. They treated us really well. We never forget about that. Good bye Yogyakarta. Hope we will be back again to see you guys.   Daniel Yulindra Staf Admin AAT Padang   *Daniel adalah salah satu relawan  AAT yang bertugas sebagai Staf Admin AAT Padang. Merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga Padang.   [qrcode content=”https://aat.or.id/a-never-ending-asia-town-ive-been-in-love-with” size=”175″]  

A Never-Ending-Asia Town I’ve been in Love with Read More »

Be an Extraordinary Person

Dag.. dig.. duggg.. Itu yang akan selalu di rasakan menjelang ujian. Ujian.. Ujian lagi.. Eitss.. Bukan karena ujiannya, ataupun soal-soal ujiannya, tapi masalahnya bisa nggak saya ikut ujian? Itu ada sepenggal perasaan saya 2 tahun lalu sebelum mengenal AAT. * * * Perkenalkan nama Saya Elina Suryani Lolodatu. Saya Kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jurusan Teknobiologi (Biologi Pangan). Saya sudah menginjak semester 8. Saya anak ketiga dari lima bersaudara. Saya memiliki dua kakak yang sekarang sudah bekerja, dan salah satunya adalah anak asuh AAT yang baru lulus tahun yang lalu. Kakak yang saya maksud adalah Megawati Kurnia Lolodatu. Saya mempunyai dua adik lagi yang duduk di bangku SMA dan kuliah di Universitas Hasanuddin Makassar. Keluarga kami merupakan keluarga sederhana yang tentu juga mempunyai banyak kekurangan dan masalah. Yang pasti anak-anaknya akan ikut juga merasakan betapa beratnya sebuah perjuangan untuk sekolah. Kedua orang tua saya adalah seorang pekerja keras supaya anak-anaknya dapat mencicipi bangku sekolah. Apa saja akan mereka lakukan, seperti menjual atau menggadaikan barang-barang di rumah, termasuk sertifikat rumahnya. Hal itu dilakukan karena bapak yang dulunya bekerja sebagai pemborong bangunan yang cukup berhasil dengan gaji yang lumayan terpaksa berhenti bekerja. Bapak berhenti bekerja sejak gempa yang cukup besar yang terjadi di Irian Jaya, sehingga semua proyeknya dibatalkan dan bapak mendapatkan kerugian yang cukup besar. Maka dari itu mama berinisiatif untuk mencari kredit dari pegadaian agar kami dapat terus bertahan hidup. Mama adalah seorang PNS di Departemen Pendidikan, gajinya selalu dicukupkan untuk kita semua. “Gali lubang tutup lubang” itulah kata yang pas untuk keluarga kami. Bagaimana Saya Bisa Kuliah ? Kalimat itu masih membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah saya akan tetap bisa lanjut sampai S1. Puji Tuhan saya mendapatkan informasi bahwa saya bebas tes masuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan dapat potongan pembayaran karena masuk lewat jalur prestasi. Hal ini membuat saya bersyukur, akhirnya saya bisa masuk ke tempat yang benar-benar saya minati. Melihat hal itu mama saya langsung mencarikan uang tiket pesawat dan biaya untuk pembayaran awal masuk Universitas. Untuk kedepannya, kata mama akan segera diusahakan, tapi masih ada perasaan takut bahwa saya akan berhenti di jalan, jika mama tidak bisa melunasi biaya kuliah saya. Ternyata benar, seiring dengan berjalannya waktu keluarga kami semakin terjerat dengan biaya kuliah 3 kakak saya, 2 adik saya yang masih SMA dan sebentar lagi akan lulus. Melihat mama saya yang semakin stress, karena papa yang juga tidak mau memikirkan keadaan keluarganya serta masa bodoh, maka kedua kakakku mencari kerja part time yaitu sebagai pengajar privat dan salah satunya lagi sebagai student staff di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hasil dari gajinya itu lumayan untuk menutupi tunggakan kost, dan makan. Namun, lagi-lagi biaya itu tidak cukup karena semakin banyak tunggakan. Oleh karena itu, saya bergerak mencari kerja part time, akhirnya saya kerja sebagai salah satu pramuniaga di toko sepatu, dengan gaji hanya Rp 400.000/bulan. Tapi, semakin lama pekerjaan ini semakin menyita waktu saya dan menurunkan nilaiku secara drastis. Selama 6 bulan itulah saya menjadi pramuniaga.   Akhirnya, Tuhan membukakan jalan. Tuhan mempertemukan saya dengan AAT lewat kakak saya yang sudah dulu bergabung. Kami berdua bisa masuk berkat Pak Agus Triyogo, Kepala Kantor Keuangan UAJY. Beliaulah yang sudah membawa nama kami ke atas meja Pak Hadi untuk dibantu. Namun, pada saat itu Pak Hadi baru memanggil Megawati karena nilainya cukup bagus. Sempat terbersit dalam pikiran saya, tidak mungkin saya bisa mendapatkan beasiswa AAT. “Ah, mana mungkin saya mendapatkannya? Nilai saya tidak cukup untuk itu”. Namun, semua perasaan pesimis itu menghilang ketika Pak Hadi memanggil saya dengan kekurangan nilai saya. Berkat motivasi dan semangat dari beliau, akhirnya saya diberi kesempatan untuk menaikkan nilai saya. Saya pun tidak lagi bekerja part time dan fokus untuk nilai dan kuliah. Pada akhirnya, saya mendapatkan beasiswa dan masih bisa bertahan berkat keluarga besar AAT yang terus mendukung. Walaupun saya jatuh mereka tetap ada untuk memegang tangan saya. Serta, mereka selalu ada ketika saya butuh motivasi dan semangat. Semua selalu memberikan waktu dan menjadi orang tua kami. Semua yang telah mereka berikan, kepercayaan, dan kasih sayang bukan hanya sebuah “cinta biasa”. Sampai sekarang, saya belum bisa membalas semuanya jasa-jasa para donatur dan para Pembimbing AAT. Semoga kepercayaan kalian, baik materi ataupun non-materi dapat terus saya pertanggungjawabkan dengan baik. Kelak di masa depan saya juga akan menjadi seperti kalian. Terima kasih telah menjadikan gadis seorang penjual sepatu ini bukan hanya menjadi mahasiswa biasa yang biasa-biasa saja, melainkan mahasiswa yang luar biasa atas didikan moral dan pesan-pesan kehidupan kalian. Galatia 6 : 7 dikatakan ” apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai”   Elina Suryani Lolodatu Staf Admin AAT Yogyakarta   *Elina adalah salah satu Anak Asuh AAT tingkat Perguruan Tinggi yang juga bertugas sebagai Staf Admin AAT Yogyakarta. Merupakan mahasiswa Program Studi Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, angkatan 2010.   [qrcode content=”https://aat.or.id/be-an-extraordinary-person” size=”175″]  

Be an Extraordinary Person Read More »

Beasiswa Yayasan AAT Indonesia untuk UAJY

Bertempat di Ruang diskusi Gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Hadi Santono, ST., MT., Ketua Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia bersama DR. R Maryatmo, selaku Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menandatangani perjanjian kerjasama tentang pemberian beasiswa bagi mahasiswa UAJY pada Selasa (20 Mei 2014). AAT akan memberikan beasiswa penuh berupa SPP tetap dan SPP variabel selama 4 tahun masa studi, bagi mahasiswa UAJY program Sarjana Strata 1 (S1) yang berprestasi, dengan kriteria IP semester minimal 3.00. Penandatangan perjanjian kerjasama ini merupakan wujud nyata visi dan misi AAT untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak yang tidak mampu namun memiliki kemampuan akademis yang baik untuk mengenyam pendidikan tinggi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk menyongsong masa depan yang lebih “terang” dan lebih baik. “Beasiswa AAT ini diberikan dalam dua bentuk yang pertama untuk mahasiswa lama. Mahasiswa yang terlanjur masuk ke perguruan tinggi namun di tengah jalan mengalami kesulitan ekonomi dalam menempuh studi. Kedua, untuk anak SMA yang berniat masuk UAJY tetapi tidak mampu namun berpotensi.” Jelas Hadi Santono, ST., MT.,. Melalui beasiswa ini, mahasiswa UAJY akan mendapatkan banyak manfaat. Tidak hanya menerima bantuan secara finansial, mahasiswa penerima beasiswa juga akan memperoleh banyak pengalaman yaitu dengan bekerja menjadi staff administrasi Sekretariat Beasiswa AAT Yogyakarta dan mengikuti program-program pendampingan dan pengembangan yang akan diberikan oleh AAT selama jangka waktu beasiswa. Saat ini sekitar 137 mahasiswa mendapatkan beasiswa, 12 diantaranya mahasiswa UAJY. Rektor Universitas Atma Jaya Yoyakarta mengapresiasi program AAT ini. “Saya sebagai rektor merasa program beasiswa ini merupakan program yang strategis karena lingkungan sangat membutuhkan aksi yang berdampak besar seperti ini.” Ungkap Dr. R. Maryatmo, MA. disalin dan sumber http://www.uajy.ac.id/berita/beasiswa-yayasan-aat-indonesia-untuk-uajy/   [qrcode content=”https://aat.or.id/beasiswa-yayasan-aat-indonesia-untuk-uajy” size=”175″]  

Beasiswa Yayasan AAT Indonesia untuk UAJY Read More »