Menjadi seorang Pendamping Komunitas (PK) atau sering disebut sebagai Staff Admin AAT membuat saya memiliki banyak pengalaman dan rasa yang dapat saya bagikan kepada orang lain. Salah satunya lewat perjalanan saya ketika saya berada di Purworejo. Saat itu sekitar akhir bulan Mei 2013 saya sedang menempuh skripsi dan berada pada tahap penelitian dan wawancara. Karena penelitian dan wawancara memerlukan waktu kurang lebih 1 minggu maka saya meminta tolong Bapak Hadi (Pengurus AAT) untuk menghubungi penanggung jawab AAT di SMA Pius Bhakti Utama sekaligus Kepala Asrama SMA Pius Bhakti Utama agar saya diperbolehkan tinggal di Asrama SMA Pius Bhakti Utama. Penanggung jawabnya yaitu Sr. Evarista, ADM bersedia untuk menampung saya. Akhirnya saya pun tinggal disana selama 5 hari 4 malam.
Hal yang menarik ketika saya tinggal di sana adalah ketika makan kita harus menunggu teman-teman asrama untuk berkumpul semua kemudian berdoa bersama dan baru boleh makan. Yang lebih menarik lagi setiap makanan diambil dengan adil, bahkan bagi teman belum datang karena di sekolah masih mengerjakan tugas, teman-temannya menyimpankan makanan buat mereka. Setiap makanan yang lebih selalu dibagi kepada semua orang yang ada di meja makan tersebut. Contohnya: ketika ada satu potong tahu goreng yang lebih, ketua meja makan yakni anak asrama sendiri membagi-bagikan kepada teman-temannya bahkan termasuk saya, yang ketika saya hitung yang ada di meja makan ada 8 orang. Saya takjub dan sekaligus heran, takjub karena saya pribadi berpikir bahwa satu potong tahu goreng hanya cukup untuk satu orang, heran karena ketua meja makan dapat membagikannya dengan adil kepada teman-temannya bahkan termasuk saya yang pada saat itu orang baru di meja tersebut. Dari sini saya belajar bahwa terkadang kita lupa tentang nilai berbagi. Kadang kita berpikir bahwa berbagi itu dapat dilaksanakan ketika kita telah memiliki sesuatu yang berlebih dan banyak. Namun lewat pengalaman ini saya berpikir berbagi itu tidak hanya terjadi ketika kamu memiliki sesuatu yang lebih. Dalam kekurangan pun kita dapat berbagi. Satu potong tahu tersebut mustahil dapat dibagi untuk 8 orang ! Sangat kurang ! Namun hal itulah yang terjadi. Semua anak-anak yang di meja makan itu menerimanya.
SMA Pius Bhakti Utama merupakan sekolah yang sebagian besar anak-anaknya tergolong tidak mampu dari segi finansial. Namun sekolah tersebut menurut saya telah mampu mendidik anak-anaknya untuk berbagi dari kekurangan mereka. Terbukti dengan saya diperbolehkan untuk tinggal dan hidup bersama mereka. Walaupun hanya sebentar tetapi sekolah tersebut memberikan pelajaran bagi saya pribadi. Hal yang menarik lagi yang dapat saya bagikan adalah ketika saya melakukan wawancara dengan seorang anak kelas X dari SMA Pius Bhakti Utama. Saat itu saya sedang melakukan penelitian sekaligus dengan kunjungan sekolah-sekolah Purworejo, ada seorang anak di mana saya belajar dari pengalamannya. Ia mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan pada saat SD. Saat itu kenaikan kelas, ia naik kelas dari kelas 4 ke kelas 5 SD. Namun karena banyaknya tunggakan yang belum terbayar, ia tidak dapat menerima raport. Kata gurunya kamu harus membayar tunggakanmu dulu baru mendapat raport. Bagi anak tersebut tidak apa-apa jika ia tidak terima raport, yang penting ia naik kelas. Oleh karena itu anak tersebut menjalani liburan sekolah dengan baik, sambil orang tuanya berusaha untuk mencarikan biaya untuk membayar tunggakannya.
Setelah masa liburan sekolah selesai, anak tersebut masuk sekolah. Ketika ia masuk di kelas 5 … ia mendapati bahwa tidak ada bangku tersisa ! Ya … tidak ada bangku yang tersisa bagi dirinya ! Ia lalu bertanya pada guru kelas 5, “Ibu, saya duduk di mana ?” Ibu guru tersebut menjawab, “Untuk sementara kamu duduk di kelas 4 saja dulu ya … sampai orangtuamu melunasi tunggakanmu”. Betapa malu yang dirasakan anak tersebut karena ia harus merasakan duduk di kelas 4, seperti anak yang tinggal kelas, hanya karena tidak mampu membayar SPP !
Saya menyadari ketika saya mewawancarai anak tersebut bahwa pendidikan membutuhkan uang ! Kita belum bisa betul-betul merasakan kemerdekaan seperti yang diamanatkan UUD 1945 tentang setiap orang berhak untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan. Para sahabat terkasih … kita bisa berusaha secara bersama-sama untuk dapat mewujudkan apa yang diamanatkan UUD 1945 Pasal 28 C ayat 1 dengan bergabung bersama Anak Anak Terang. Satu demi satu anak dibantu agar ia boleh terus mengenyam pendidikan yang dibutuhkannya. Terkait dengan pengalaman saya yang pertama bahwa untuk berbagi, kita tidak harus kaya dulu dan pengalaman yang kedua bahwa banyaknya anak-anak di sekitar kita yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena alasan finansial, saya pribadi mengajak untuk bergabung bersama AAT, agar kita bisa berbagi .
Yogyakarta, 12 September 2013 Megawati Kurnia Lolodatu, SH.
*Megawati Kurnia Lolodatu (MEGA) adalah salah satu anak asuh AAT yang juga ikut melayani sebagai Staff Admin AAT JOGJA sejak tahun 2011. Lulus Sarjana pada bulan Juli 2013 dari Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan predikat sangat memuaskan.
[qrcode content=”https://aat.or.id/a-cup-of-tea-for-you” size=”175″]