Nama saya Asteria Semi, akrab dipanggil Semi. Saya berasal dari Kalimantan Barat tepatnya kota Ngabang, Kabupaten Landak, Dusun Pagung Nahaya, Desa Amboyo Selatan.
Saya anak ke-4 dari 7 bersaudara. Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Orang tua saya tidak berpendidikan bahkan SD pun tidak tamat. Setiap hari mereka bekerja sebagai petani biasa dan dengan pendapatan yang pas-pasan. Terkadang untuk kebutuhan sehari-hari pun tidak cukup. Dari kecil saya sudah biasa hidup serba kekurangan.
Terlambat Mengenyam Pendidikan Sekolah Dasar
Ketika umur sudah beranjak besar 7 tahun, barulah saya bisa menduduki bangku sekolah dasar. Sekolah sambil bekerja di tempat orang lain saya lakukan agar bisa mengenyam pendidikan. Semua saya syukuri. Dengan begitu saya bisa sekolah dan sedikit meringankan beban kedua orang tua. Setamat SD, perasaan bingung mulai mengusik. Saat itu dalam pikiran ada dua pilihan, lanjut sekolah ke SMP atau tidak. Di dalam hati, saya ingin sekali lanjut. Namun, kembali lagi melihat keadaan keluarga yang sangat memprihatinkan, orang tua sudah tua dan ditambah sering sakit-sakitan, membuat niat yang tadinya menggelora perlahan-lahan surut.
Saya tidak tahu akan nasib saya saat itu. Bapak yang selalu menemani saya dalam urusan sekolah pun ikut terdiam membayangkan nasib saya nanti. Beliau merasa sedih melihat saya yang sudah pasrah dengan keadaan. Itulah jiwa orang tua yang begitu bersemangat memikirkan masa depan anak-anaknya. Maka pada saat itu bapak memberanikan diri mengajak saya ke pasar dan mengantar saya ke sebuah asrama susteran tempat yang sebelumnya tidak pernah saya jumpai. Bapak mencoba bertanya kepada seorang suster yang pada saat itu menjadi pembina asrama putri. Puji Tuhan saat itu saya dan bapak pun disambut dengan baik dan mendapatkan jawaban baik pula. Saya diterima tinggal di asrama dan sekolah di situ dengan syarat saya harus bekerja dengan suster selama saya sekolah. Rasa bangga dan bahagia tidak dapat saya sembunyikan. Semua saya jalani dengan sepenuh hati. Tentunya tidak pernah lupa akan kuasa Tuhan untuk semuanya.
Fase Sekolah Menengah Atas
Tamat SMP saya melanjutakan pendidikan di SMK. Semua kegiatan serta tanggung jawab pun tetap saya jalani setiap harinya hingga tamat SMK. Mulai saat itulah terulang lagi semua perasan bimbang, gelisah, sedih yang mengusik pikiran. Tak tertahan air mata pun tertumpah. Saya hanya bisa terdiam karena di dalam hati saya tidak akan mungkin bisa melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Biaya kuliah tidaklah sedikit dan saat itu saya hanya memiliki uang Rp. 200 ribu. Dalam hati saya berkata, “Tuhan, mampukan saya untuk hadapi ini semua”.
Saat itu saya benar-benar tidak tahu berbuat apa-apa. Saya sangat ingin melanjutkan pendidikan, namun saya tidak mau egois. Hingga tiba saatnya pembagian amplop kelulusan dan saya dinyatakan lulus dari SMK dengan nilai yang sangat memuaskan. Saya belum mendapatkan jawaban atas kegelisahan saya. Ketika semua sudah berlalu dan saya terlepas dari bangku sekolah, saya mulai termenung memikirkan apa yang harus saya lakukan agar bisa melanjutkan pendidikan. Saat itu usaha yang saya lakukan adalah berusaha mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dengan bekerja di toko swalayan, dan mencoba mengikuti program beasiswa bidik misi di Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat. Semua persyaratan serta prosedur saya lakukan dengan baik.
Setelah mendengarkan pengumuman hasilnya ternyata saya tidak lulus. Seketika itu saya merasa kecewa dan hampir putus asa. Tak henti-hentinya saya berdoa supaya Tuhan memberikan jalan agar bisa melanjutkan pendidikan. Batas akhir pendaftaran mahasiswa baru dan waktu liburan anak-anak sekolah pun akan berakhir. Saya semakin gelisah. Saya coba memberanikan diri bertanya kepada kedua orang tua apakah saya masih bisa melanjutkan pendidikan atau tidak. Jawaban mereka pada saat itu, bapak dan ibu sangat ingin sekali saya melanjutkan pendidikan tetapi biayanya tidak ada. Jika saya mampu menahan diri dan siap hidup sederhana maka bapak ibu akan usahakan. Dengan bersemangat saya menjawab saya mau hidup apa adanya asal bisa melanjutkan pendidikan.
Di dalam keluarga, hanya saya yang melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Mendengar penuturan kedua orang tua, saya pun mulai cerita bahwa kuliah di luar pulau itu biaya hidup murah sehingga saya bisa menghemat pengeluaran. Itulah alasan satu-satunya yang saya tuturkan. Kedua orang tua saya pun setuju dan mengijinkan saya untuk kuliah di luar pulau. Maka, pada saat itu tepat tanggal 29 Agustus 2012 saya berangkat dari rumah dan merantau ke pulau seberang untuk menimba ilmu.
Sebuah Langkah Besar dalam Hidup
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun tempat saya menggali ilmu hingga sampai saat ini. Awal masuk perkuliahan, biaya kuliah masih aman. Kuliah pun sangat bersemangat dan selalu mendapatkan nilai terbaik. Memasuki semester kedua biaya kuliah mulai bermasalah, tetapi saya tetap menunjukan yang terbaik dengan kuliah bersungguh-sungguh.
Akhirnya saya pun selalu dispensasi alias menunggak. Bukan hanya uang kuliah yang bermasalah, tetapi uang makan pun begitu juga. Saat itu saya juga termasuk baru di kota Madiun. Bingung mencari jalan keluar. Sempat terlintas di pikiran bahwa saya tidak akan mungkin memaksa orang tua saya untuk saya melanjutkan pendidikan ini. Perasaan sedih selalu menghantui. Saya selalu berdoa kepada Tuhan agar diberikan jalan yang terbaik.
Saat itu liburan semester pun berakhir dan perkuliahan pun akan segera dimulai. Tepatnya saya akan menginjak semester dua. Saat itulah dosen saya Bu Rustiati, M.Hum. memberikan saran agar saya mendaftar sebagai calon penerima Beasiswa AAT. Sejak saat itu saya mencoba mulai mengenal AAT. Dengan bersemangat saya mengikuti prosedur dan melengkapi persyaratan yang telah ditentukan. Semua saya ikuti dengan sepenuh hati.
Puji Tuhan saat itu nama sayalah yang pertama kali disebut sebagai penerima beasiswa AAT. Luar biasa bahagia saya rasakan. Begitu juga dengan keluarga yang ada di Kalimantan, karena berkat AAT saya masih ada kesempatan untuk melanjutkan kuliah. Saya merasa terharu dan tidak percaya akan semua itu. Terlebih lagi saat melihat kedua orang tua saya tersenyum bahagia ketika tahu saya mendapatkan beasiswa AAT. Tak henti-henti saya bersyukur kepada Tuhan dengan Rahmat dan Nikmat yang diberikan-Nya.
Di samping dapat meringankan beban kedua orang tua, di AAT saya juga mendapatkan berbagai pengalaman yang sangat berharga. Misalnya dari wawancara dengan calon anak asuh yang bermacam-macam ceritanya. Sangat banyak pengalaman ketika kunjungan dan wawancara yang tidak mungkin saya ceritakan satu per satu. Pengalaman pertama adalah kunjungan ke sekolah SMPK Santo Bernadus. Awalnya saya bingung, bahkan saya kerapkali melamun akan semua ini. Semua seakan seperti mimpi bisa bergabung bersama teman-teman lainnya. Apalagi saya berasal dari luar pulau dan masih kesulitan berkomunikasi dengan teman-teman karena dialek dan bahasa saya masih kental logat Kalimantan. Bahasa Jawa masih kurang saya pahami. Semua itu bukan penghalang buat saya untuk berkerja sama dengan teman-teman dan dengan kebiasaan bersama-sama akhirnya semuanya dapat berjalan dengan baik hingga sekarang.
Terima Kasih AAT
Dengan bantuan beasiswa AAT ini saya sangat berterimakasih, karena telah membiayai kuliah saya terutama untuk bapak/ibu donatur, Pak Hadi Santono dan Pak Christ. Saya akan berusaha semaksimal mungkin meningkatkan prestasi supaya tidak mengecewakan Beliau yang telah bersedia membiayai kuliah saya. Tuhan yang akan membalas kebaikan bapak/ibu donatur. Semoga bapak/ibu donatur selalu diberikan rahmat dari Tuhan dan selalu dalam lindungan-Nya. Dan tentunya dengan semangat, usaha dan doa, saya berharap suatu saat nanti bisa menjadi orang sukses dan bisa berbagi dengan orang lain seperti bapak/ibu donatur. Semua ini takan terlupakan. Amin.
Asteria Semi Staf Admin AAT Madiun * Asteria Semi adalah salah satu Anak Asuh AAT tingkat Perguruan Tinggi yang juga bertugas sebagai Staff Admin AAT Madiun. Merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan dan Sastra Bahasa Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, angkatan 2012. [qrcode content=”https://aat.or.id/aster-bunga-yang-bersemi-dalam-terang” size=”175″]