PERKENALKAN nama saya Anggun Septin Kartika Wulan, biasa dipanggil Anggun. Saya tinggal bersama kedua orang tua, satu adik laki-laki dan satu nenek yang sedang sakit stroke di Giwangan Yogyakarta. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan telah memasuki semester VI.
Saya mengenal Anak-Anak Terang (AAT) dari seorang teman. Waktu itu dia memberi tahu mengenai beasiswa kuliah dari AAT yang telah bekerja sama dengan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Mengetahui hal itu, saya kemudian mencari tahu apa itu beasiswa AAT dan persyaratan-persyaratan untuk mengajukan beasiswa. Pada saat itu sedang liburan semester IV dan akan memasuki semester V.
Singkat cerita, pengajuan beasiswa saya diterima walau sebenarnya saya belum begitu paham mengenai AAT itu sendiri. Awalnya saya mengira AAT itu hanya sekedar memberikan beasiswa saja tanpa ada hubungan lain setelahnya. Tapi ternyata saya salah. Di AAT, semua orang yang telah bergabung juga ikut terlibat dalam mengembangkan AAT atau bisa disebut setiap orang adalah roda bagi AAT.
Awalnya terasa berat menjadi pengurus baru. Ya, mungkin karena belum terbiasa dengan sistem dan lingkungannya. Tugas wajib yang harus saya lakukan adalah piket, mengurus rapor anak asuh AAT tingkat sekolah, mengunggah dan mengirim kuitansi serta tanda terima beasiswa dari sekolah-sekolah yang telah dibantu oleh AAT.
Suatu ketika, saya ikut survei mengunjungi anak-anak calon penerima beasiswa. Sekolahnya terletak di atas pegunungan di Purworejo. Beberapa kali kendaraan kami tidak kuat naik jalanan yang menanjak. Setelah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan, kami akhirnya sampai di sekolah yang dituju. Sekolah itu cukup kecil, sebuah SMP yang hanya terdiri atas tiga ruang kelas.
Saya mengobrol dengan anak-anak tersebut. Dari mereka, saya mengetahui ternyata saya tidak ada apa-apanya dengan mereka dalam semangat belajar. Kebanyakan dari anak-anak tersebut harus berjalan kaki kurang lebih 2 kilometer untuk sampai di sekolah. Keadaan rumah mereka pun juga masih banyak yang beralaskan tanah dan dengan dinding kayu atau anyaman bambu. Bahkan, ada juga yang belum tersambung dengan jaringan listrik. Namun, tidak ada kesedihan dan rasa malas di wajah mereka untuk terus belajar. Saya menjadi malu karena kadang merasa berat melakukan tugas di AAT.
Melalui mereka saya menjadi mengerti dan lebih bersemangat bergabung dengan AAT. Di AAT saya mendapatkan keluarga baru dan pengalaman baru. Tidak hanya cerita dari anak-anak tersebut, namun juga para pengurus yang rela mencurahkan pikiran, tenaga, materi dan hati mereka untuk anak-anak melalui AAT. Mereka semua mengajarkan pada saya untuk terus peduli pada sesama. Mereka juga mengajarkan untuk terus berbuat baik. Sekecil apapun tugas kita, harus dilakukan sebaik mungkin. Karena, setiap gerakan kecil kita di AAT sangat berarti besar untuk mereka, sang penerus bangsa. Terima kasih AAT.
Anggun Septin Kartika Wulan Relawan AAT Sekretariat Yogyakarta Mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UAJY, Anak Asuh AAT Tingkat Perguruan Tinggi
[qrcode content=”https://aat.or.id/gerakan-kecil-bermakna-besar” size=”175″]