Harapan dan Perjuangan

Oleh : Sekretariat Semarang

Sekretariat Semarang melakukan wawancara pada 17 komunitas yang berada di bawah naungan Yayasan AAT Indonesia di Semarang. Banyak cerita-cerita unik dan menarik, tetapi juga menyentuh hati selama proses wawancara yang dilakukan oleh BPT bersama dengan para relawan. Salah satu kisah yang paling membekas dari salah satu siswa SMK 17 Agustus Semarang, seorang anak lelaki yang saat ini tinggal bersama dengan paman dan bibi karena sudah tidak memiliki orang tua. Paman yang hanya bekerja sebagai tukang parkir, sedangkan bibi hanya berjualan nasi dengan pendapatan yang tak menentu setiap harinya. Dirinya bercerita bahwa sebenarnya dia merasa cukup malu dan sungkan kepada paman bibinya karena tidak semestinya kedua orang tersebut yang menanggung dan memikirkan kebutuhannya tetapi keadaanlah yang mengharuskan.

“Gimana ya mbak, aku tuh gak enak soalnya dan kayak malu gitu kalau harus minta uang ke pakdeku soalnya aku tau juga tau pakdeku kalau dapet duit tuh gak banyak dan masih harus buat beli makan sama kebutuhan rumah yang lain jadi ya aku bantu-bantu sedikit biar gak beratin pakde.” cerita sang anak saat proses wawancara kepada salah satu relawan. Pernyataan dirinya dalam membantu paman cukup membuat penasaran sehingga saat ditanya lebih lanjut Ia membantu dengan cara memulung sampah setiap pulang sekolah yang nantinya akan dijual kepada pengepul/pengumpul sampah untuk ditukar dengan sejumlah uang.

Kisah anak tersebut menjadi hal yang paling mengharukan saat wawancara terutama ketika para relawan melakukan diskusi dan sharing terkait hasil wawancara dengan para siswa. Relawan lain yang mendengarkanpun turut kaget dan tidak menyangka karena di usia yang seharusnya hanya pusing dengan tugas sekolah tetapi sudah bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Cerita si anak juga turut diperkuat oleh penuturan guru yang menyatakan bahwa memang kondisi anak tersebut kurang mampu tetapi Ia adalah anak yang rajin dan memiliki semangat yang besar ketika belajar. Para relawan dan guru berharap semoga nantinya anak ini mendapat beasiswa sehingga dirinya tidak akan terlalu pusing memikirkan SPP sekolah dan bisa fokus untuk belajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *