Perkenalkan
Nama saya Pieter Adriaan Lucar Kippuw, lahir pada 20 Mei 1993 di Semarang. Saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Saat ini saya adalah seorang mahasiswa semester 6 jurusan Teknik Kimia di Akademi Kimia Industri St. Paulus Semarang.
Saya lahir di tengah keluarga yang sederhana tetapi penuh dengan kehangatan. Hidup bersama ayah, ibu, serta kedua adik saya merupakan sebuah berkah dari Tuhan yang tidak ternilai bagi saya. Di keluarga ini, saya seperti tidak pernah mengalami kekurangan. Mulai dari makan hingga pendidikan sepertinya semua tercukupi. Syukur saya pada Tuhan tiada henti.
Semakin bertambah usia, akhirnya saya mulai menyadari. Sesungguhnya ada kesulitan di balik kekurangan keluarga kami. Dan semakin mengertilah saya tentang masalah yang ada dalam keluarga.
Cobaan Menimpa Kami
Ayah saya hanya bekerja di sebuah proyek pembangunan dan ibu adalah seorang penyiar radio. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan saya dan adik saya yang pertama (saat itu adik saya yang kedua belum lahir), penghasilan kedua orang tua saya masih bisa dikatakan cukup.
Hingga pada tahun 2002, cobaan mulai menimpa keluarga kami. Perusahaan tempat ayah bekerja mengalami kebangkrutan karena likuidasi akibat pihak asing. Ibu saya juga keluar dari pekerjaannya karena saat itu hamil adik saya yang kedua.
Kondisi itu juga membuat pembayaran uang sekolah menjadi sering menunggak. Sehingga pihak sekolah meminta kami untuk segera melunasi tunggakan tersebut yang cukup menggangu belajar saya. Tetapi ayah dan ibu hanya berpesan pada saya untuk fokus saja pada sekolah.
Memang, akhirnya tunggakan uang sekolah bisa dilunasi. Entah darimana ayah dan ibu mendapatkan uang itu. Sampai akhirnya saya mengerti. Mereka mendapatkan uang dari hasil pinjaman sana sini, hingga menjual rumah dan tanah.
Mengenal AAT
Selama kurun waktu kurang lebih satu tahun setelah ayah dan ibu keluar dari pekerjaan mereka, ayah dan ibu mulai mencoba usaha sendiri tetapi akhirnya gagal. Selama tahun 2003 – 2008 ayah sering berganti-ganti pekerjaan. Semua beliau lakukan untuk keluarga. Sampai akhirnya menjadi pelatih sepak bola untuk anak-anak hingga sekarang dan ibu juga mulai bekerja kembali menjadi penyiar pada tahun 2007 hingga sekarang. Mulai saat itu kondisi keluarga menjadi kembali membaik. Ditambah lagi, saat kuliah ini saya juga mendapat bantuan dari Yayasan AAT Indonesia.
Berbicara tentang Anak-Anak Terang atau AAT, banyak cerita dan pelajaran yang saya dapat selama bergabung di sana. Awalnya saya diajak oleh kedua teman kuliah saya, Handy dan Nisa yang terlebih dahulu bergabung dengan AAT atas ajakan Bruder Konrad, CSA. Tertarik oleh ajakan kedua temannya, akhirnya pada Minggu 7 Oktober 2012, Handy mengajak saya dan Maria pergi ke Deoholic Kafe untuk lebih mengenal apa itu AAT. Di Deoholic kafe itulah untuk pertama kalinya saya bertemu dengan Mas Christ, Bu Lies, dan Pak Hadi yang merupakan pengurus AAT, serta Chika, Christina, dan Mega yang merupakan Staf Admin AAT.
Di Deoholic, Chika, Christina, dan Mega menyampaikan materi tentang AAT. Kami diperkenalkan lebih dalam tentang AAT. Sebagai seorang yang kurang pandai berbicara di depan orang banyak, melihat mereka menyampaikan materi dengan penuh percaya diri sungguh membuat saya kagum. Dan itu memotivasi saya untuk bisa seperti mereka.
Pada hari itu, kami juga mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara pada calon anak asuh AAT. Dan di saat itulah, mata hati saya mulai terbuka. Ternyata masih banyak anak yang lebih kekurangan dan lebih membutuhan daripada saya yang harus dibantu. Pengalaman pertama itu membuat saya semakin mantap untuk terus bergabung dengan Anak-Anak Terang.
Cerita, pengalaman, dan pelajaran berharga terus saya dapat selama lebih dari satu tahun bergabung di AAT. Di sana saya juga semakin dekat dengan seseorang. Ya, di sana pula, cinta saya berlabuh pada salah satu Staf Admin AAT. Kesibukan bersama di AAT membuat saya semakin nyaman dengannya. Yang dulu hanya seorang teman, sekarang menjadi lebih dari teman. Kita menjadi semakin kompak dalam bertugas. Hati kita bertaut untuk sama-sama melayani di AAT.
Tapi memang di AAT, banyak cinta yang bisa kita dapat dan berikan. Di sini kita mendapatkan keluarga baru yang saling mendukung agar diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Karena cinta dan rasa peduli pula, perbedaan agama juga tidak menjadi penghalang untuk bersama, bersatu, untuk membantu saudara kita yang membutuhkan. Di AAT juga, saya merasakan cinta Tuhan lewat tangan-tangan para donatur, Staf Admin AAT, dan orang-orang baik lain yang bekerja di balik layar. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan juga materi yang mereka miliki demi membantu sesama, saudara kita yang lebih membutuhkan. Semuanya hanya karena rasa peduli dan rasa cinta yang muncul dalam hati kita.
Cinta memang istimewa, dapat menaklukan segalanya. Amor Vincit Omnia.
Pieter Adriaan Lucar Kippuw Staf Admin AAT Semarang *Pieter adalah salah satu Anak Asuh AAT tingkat Perguruan Tinggi yang juga bertugas sebagai Staf Admin AAT Semarang. Merupakan mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Akademi Kimia Industri (AKIN) Santo Paulus Semarang, angkatan 2011. [qrcode content=”https://aat.or.id/life-and-love” size=”175″]