PADA SEBUAH PUCUK BUKIT di Desa Jurangjero, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, disinilah SD Kanisius Ngawen berada. Terletak di wilayah pegunungan dengan jalanan yang sulit menjadikan sekolah ini susah dijangkau. Meskipun demikian, walau harus menghadapi medan yang tidak mudah, pantang menyurutkan semangat siswa SD Kanisius Ngawen untuk tetap belajar. Untuk ke sekolah, sejauh satu hingga empat kilometer mesti ditempuh para murid dengan berjalan kaki, baik dalam cuaca panas maupun hujan.
Kondisi sosial ekonomi orang tua siswa SD Kanisius Ngawen pada umumnya tidak mampu. Dengan tingkat pendidikan orang tua siswa rata-rata SD dan SMP, sebagian besar dari mereka bermata pencaharian hanyalah sebagai buruh tani.
Kondisi sarana prasarana sekolah pun tidak optimal. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan, meja yang digunakan sudah rapuh dan berlubang. Tetapi, selalu ada hal yang layak untuk dipuji : semangat yang tinggi dari para guru. Bagi para pendidik, jarak 25 kilometer dari rumah masing-masing ke sekolah bukanlah merupakan halangan. Sebanyak 10 orang tenaga pengajar yang terdiri dari 1 orang PNS, 1 orang guru tetap yayasan, 2 orang GTT yayasan, 4 orang GTT sekolah, dan 2 orang guru kegiatan selalu siap mengabdi dengan mengajar anak didik di sekolah ini.
Tiba pukul 13.00 WIB, matahari telah terik ketika tim evaluasi proposal Beasiswa Anak Anak Terang (AAT) mengunjungi SD Kanisius Ngawen pada 12 November 2011. Mengingat bahwa sekolah ini adalah sekolah terpencil dan terakhir dikunjungi, maka tim AAT tak lupa membawa logistik berupa makan siang, makanan kecil, dan bingkisan alat tulis. Dan anak-anak pun masih dengan setia menunggu rombongan AAT meskipun seharusnya mereka sudah pulang sekolah pukul sebelas. Mengingat hari sudah siang, maka acara dimulai dengan makan siang bersama. Tim AAT bersama dengan guru melayani anak-anak makan. Wawancara dengan calon anak asuh dilakukan sesudahnya.
Dari segi pembiayaan , jumlah uang sekolah yang seharusnya dibebankan kepada para siswa adalah sebesar Rp 60.000,- . Nominal ini yang terdiri dari SPP Rp 25.000,- ; biaya ekstrakurikuler Rp 15.000,- ; dan biaya ulangan umum/ujian Rp 20.000,-. Dari jumlah biaya tersebut, orang tua hanya mampu untuk membayar Rp 30.000,- sehingga kekurangan Rp 30.000,- dicari dengan mengajukan beasiswa Anak-Anak Terang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada dan wawancara yang sudah dilakukan, AAT memutuskan untuk membantu 22 anak dengan uang sekolah sebesar Rp 50.000,- per bulan per anak.
Wawancara selesai. Masing-masing anak tampil bernyanyi dan menari. Atas keberaniannya untuk tampil, AAT memberikan hadiah berupa coklat. Acara ditutup dengan foto bersama sebelum rombongan berpamitan pulang.