Maret 2017

Percaya Selalu Ada Jalan

Oleh : Sarah Juniati Nama saya Sarah Juniati, saya merupakan salah satu anak asuh (penerima) beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia. Terhitung mulai tahun 2014 saya sudah mendapatkan beasiswa AAT. Puji syukur kepada Tuhan karena sampai saat ini saya masih diberi talenta untuk bisa terus memperjuangkan beasiswa AAT ini karena saya tahu banyak orang di luar sana yang juga membutuhkan beasiswa AAT untuk melanjutkan pendidikan. Bersama Anak-Anak Terang dan teman-teman saya merasakan banyak sekali lika-liku selama ini. Selama semester 4 kemarin banyak hal yang saya alami dan membuat saya semakin berlatih untuk menjadi lebih baik. Salah satu kejadian yang membuat saya merasa melakukan suatu kesalahan adalah ketika kami melakukan penerimaan beasiswa dan ternyata proses tersebut harus ditunda. Kami tak tahu harus berkata apa kepada teman-teman yang sudah mendaftar, ingin rasanya lari dari kenyataan itu dengan menutup mata dan telinga. Namun saya sadari itu harus diselesaikan. Akhirnya solusi telah kami dapatkan dengan rapat besar bersama. Hal itu membuat saya berfikir bahwa seharusnya kami pun juga tidak membuka pendaftaran untuk setiap tahun karena kami juga harus mempertimbangkan kondisi pusat. Apapun itu, semua mengandung pembelajaran yang besar. Banyak hal yang saya alami hanya saja sulit untuk menceritakan satu persatu dan keterbatasan kosa kata bias membuatnya menjadi salah tafsir. Selama satu semester kemarin saya merasa bimbang, takut dan cemas karena saya sudah memutuskan untuk keluar dari rumah guru SMA dimana saya memutuskan untuk mengekost karena saya sudah tidak merasa nyaman disana. Saya pun tidak mungkin kembali ke rumah orang tua saya karena jarak rumah dengan kampus yang sangat jauh.  Dengan keputusan itu saya harus mengambil sebuah resiko bahwa saya harus menanggung kebutuhan hidup saya sendiri karena dulunya saya diberi tumpangan dan makan. Dengan kondisi orang tua yang sudah melepaskan saya untuk menjalani hidup sendiri, maka saya harus bertanggungjawab. Terkadang saya merasa hari-hari yang saya lalui sangat berat karena saya harus bekerja untuk menopang hidup. Saya kadang merasa bersalah jika tidak menghadiri rapat AAT Madiun karena alasan bekerja itu. Namun, saya sadar bahwa AAT telah membantu saya untuk pendidikan ini sehingga saya selalu berusaha datang. Syukur pula disamping itu, puji Tuhan teman-teman AAT lainnya masih bisa mengerti. Saya juga bersyukur bahwa selalu ada kebaikan, hal itu terlihat dari adanya seorang teman dekat yang selalu menawarkan berkat kepada saya. Keluarganya baik dan kadang mengijinkan saya untuk makan di rumah mereka. Saya juga tentu merasa sungkan akan hal ini, makanya selalu selalu berusaha selain untuk makan, uang yang didapatkan dari hasil kerja juga disisihkan untuk kos sebesar Rp. 150.000. Sayangnya di bulan Juni lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin kembali fokus ke Anak-Anak Terang. Saya percaya selalu ada jalan untuk segala sesuatu. *Sarah Juniati, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Penerima Beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang

Percaya Selalu Ada Jalan Read More »

Mengusahakan yang Terbaik

  Oleh : Dira Nur Agista Nama saya Dira Nur Agista, saya kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Saya selalu berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik kepada semua orang yang telah men-support dan membantu saya dalam perkuliahan. Terutama tanggung jawab kepada para donatur dan pengurus Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia yang telah membiayai saya dalam kuliah. Saya menjadi anak asuh Anak-Anak Terang sudah 2 semester ini dan sudah banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Kegiatan rutin yang saya lakukan selama ini adalah survey dan wawancara calon anak asuh, mengupload kwitansi dan tanda terima. Salah satu survey dan wawancara calon anak asuh yang saya ikuti adalah di SMK Nusasantara. SMK Nusantara memang baru tahun 2015 dan kemudian mengajukan beasiswa Anak-Anak Terang. Sekolah ini terletak di Desa Balerejo Kabupaten Madiun. Banyak sekali cerita haru yang mewarnai survey dan wawancara saya ke sana. Walaupun terma suk sekolah baru, SMK Nusantara telah memiliki banyak siswa/i, dan rata-rata siswa-nya adalah dari anak yang putus sekolah dan berasal dari desa terpencil di sekitar Kab. Madiun dan Ngawi. Siswa yang saya wawancara ada yang tinggal di asrama kepala sekolah dengan makan dan tempat tinggal gratis karena subsidi dari kepala sekolah. Kebanyakan alasan siswa-siswi tersebut memilih SMK Nusantara adalah karena biaya murah, dan ada asrama gratis. Saya selalu berharap semoga Anak-Anak Terang semakin besar sehingga lebih banyak membantu sesama sehingga dapat meringankan beban anak-anak Indonesia yang nyaris kehilangan harapan karena putus sekolah. Anak-Anak Terang telah memberikan saya banyak sekali pengalaman hidup yang sangat berkesan dan tidak akan pernah saya lupakan. Saya berharap agar Anak-Anak Terang semakin banyak donatur yang bergabung agar semakin banyak anak anak di Indonesia yang nyaris putus sekolah dan hampir kehilangan harapannya dapat terbantu dan dapat mengangkat derajat kedua orang tua nya dan keluar dari lingkaran garis kemiskinan. *Dira Nur Agista, Mahasiswi Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Penerima Beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia

Mengusahakan yang Terbaik Read More »

Komunitas Anak Anak Terang Semarang Menjadi Pelita Bagi Siswa Kurang Mampu

TRIBUNJATENG.COM — Secercah cahaya pelita mulai mengikis suram yang menyelimuti lorong. Langkah-langkah yang tadinya terhenti akibat gelap, bisa bergerak lincah seiring terang yang mulai sempurna. Kondisi ini seolah tepat menggambarkan anak-anak kurang mampu yang bisa melanjutkan pendidikan tanpa mengkhawatirkan biaya setelah dibantu Komunitas Anak Anak Terang (AAT) Semarang. “Komunitas ini fokus pada pendidikan anak-anak kurang mampu. Jangan sampai kondisi ekonomi yang lemah membatasi mereka mendapat pendidikan,” ujar Koordinator AAT Semarang, Meita. Menurut Meita, AAT Semarang yang terbentuk 2013 merupakan kepanjangan tangan AAT Indonesia di Jakarta yang dirintis sejak 2002. Selain semarang, AAT juga terbentuk di Padang, Pontianak, Bandung, Purworejo, Yogyakarta, Malang, serta Madiun. Adalah Maria Irewati Sophina yang menggagas komunitas tersebut. Merasa tak mampu mengatasi sendiri masalah finansial bidang pendidikan anak-anak kurang mampu ini, Maria menggandeng relasi yang punya niatan sama membentuk satu kelompok yang akhirnya menjadi cikal bakal AAT Indonesia. Di Semarang, Meita menyebut, ada 35 anggota yang mereka sebut relawan. “Tugas relawan adalah menjadi jembatan antara donatur dan anak-anak yang membutuhkan bantuan. Relawan ini juga berperan mendampingi anak-anak yang masuk dalam asuhan AAT,” jelas dia. Meita mengatakan, donasi yang diterima dari donatur tak diwujudkan dalam bentuk barang atau uang tetapi beasiswa. Sekolah tempat anak-anak kurang mampu itu belajar, memberikan informasi identitas mereka. Selanjutnya, relawan turun ke lapangan, melakukan survey dan observasi mengenai kebutuhan setiap anak. Data ini selanjutnya dimasukkan dalam database yang disebut Sistem Anak Asuh (Sianas) yang dibagikan kepada donatur yang ingin memberi bantuan. “Donatur boleh memilih anak yang akan dibantu. Mereka tidak menyerangkan secara langsung beasiswa tetapi melalui penanggungjawab atau dalam hal ini sekolah. Besarannya beragam, mulai Rp 50 ribu untuk SD, Rp 75 ribu untuk SMP dan Rp 100 ribu untuk SMA. Tergantung kebutuhan dan kondisi anak,” ungkapnya. Sampai saat ini, Meita mengungkap, ada 6.000 anak dari keluarga kurang mampu di Indonesia yang mendapat bantuan dari AAT Indonesi dan tujuh daerah lain. Savio Galih, koordinator sekretariat AAT Semarang mengatakan, AAT mengjangkau anak-anak kurang mampu mulai Pati, Temanggung, juga Weleri di Kendal. Ada juga anak-anak di wilayah Indonesia Timur, satu di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT). “Sesuai namanya, kami sebagai relawan dan anggota AAT punya misi memberi terang layaknya pelita, menuntun anak-anak yang kekurangan agar bisa mendapat pendidikan formal yang baik dan jauh lebih baik setelahnya,” ucap Savio. Semangat membantu mereka yang membutuhkan menjadi alasan Savio bergabung di AAT Semarang sejak 2013. Dia pun senang, di komunitas yang memiliki anggota dari berbagai latar belakang tersebut, setiap anggota saling menguatkan. “Yang bikin betah, kepedulian anggota tinggi. Tak hanya pada anak-anak yang dibantu tetapi juga antar anggota. Apalagi, isinya (anggotanya), mayoritas anak-anak muda yang punya semarang tinggi,” ujarnya. Ia berharap, gerakan orangtua asuh yang sudah dirintis AAT ini dapat menjangkiti lebih banyak orang sehingga akan lebih banyak anak-anak kurang mampu yang terjangkau. “Saya sedang dan terus membangun jejaring ke banyak teman-teman muda lain untuk gabung ke AAT. Kalau dulu anggota AAT masih terbatas mahasiswa satu perguruan tinggi, sekarang sudah makin meluas dari berbagai kampus. Harapannya, bisa lebih luas dan banyak lagi menjangkau anak-anak yang membutuhkan,” harap Savio. Harus Terus Bangun Relasi Christ Widya Utomo, Sekjen AAT Indonesia menjelaskan sebagai komunitas yang fokus pada kegiatan sosial, Anak Anak Terang berkembang cukup baik dan konsisten. Meski begitu, harus lebih berkembang dalam menyebarkan virus gerakan orangtua asuh bagi anak-anak kurang mampu. “Yang perlu diperhatikan, di antaranya, membangun jejaring dengan komunitas sosial lain agar misi yang ingin dicapai AAT terpenuhi secara berkesinambungan. Semisal, menjalin kerjasama dengan komunitas yang bisa mewadahi Anak Anak asuh AAT mendapat pekerjaan selepas sekolah. Sehingga, anak anak asuh ini nantin tidak hanya sekadar dibantu hingga sekolah lulus lalu selesai, tetapi juga kalau bisa diarahkan untuk bisa mendapatkan pekerjaan di kemudian hari supaya bisa menghidupi dirinya sendiri pada akhirnya,” ujarnya. Membangun relasi ini harus telaten, apalagi di Semarang tak sedikit juga komunitas yang punya kegiatan sama dengan AAT. Nah kenapa tidak ini disatukan bergerak bersama. Di internal komunitas, untuk menjaga tetap solid, perlu selalu menjaga hubungan dan komunikasi supaya tetap semangat menghadapi tantangan organisasi. Manfaatkan teknologi seperti media sosial untuk menjaga komunikasi antar anggota bisa dengan buat grup diskusi bersama. Selain itu juga bisa lakukan kopdar secara berkala agar sesama anggota bisa saling lebih mengenal lagi. Sebab tanpa bisa membangun suasana yang akrab di dalam komunitas tentu akan menjadi tidak nyaman bagi siapapun, nah ini yang harus dipelihara terus. (gon) Sumber : Tribun Jateng

Komunitas Anak Anak Terang Semarang Menjadi Pelita Bagi Siswa Kurang Mampu Read More »

Mengenalmu sebuah Keberuntunganku

Oleh : Korneles Materay Saya harus mengakui bila bergabung bersama dan menjadi salah satu anak asuh (penerima beasiswa) Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) adalah sebuah keberuntungan. AAT bagaikan sebuah jawaban atas kerisauanku untuk mencari dan mendapatkan kemudian berbuat sesuatu terhadap orang lain. Awal perjumpaan saya dengan Yayasan AAT adalah sebuah hasil percakapan singkat dengan seorang teman baru yang bernama Willy. Dalam sebuah Ret-Ret Rohani Mahasiswa/i antara Unika Soegijapranata Semarang dengan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, ia memperkenalkan AAT secara singkat kepada kamibertempat di Wisma Salam, Muntilan-Jawa Tengahawal tahun 2015 lalu. Mulai saat itu hingga kini, saya memutuskan untuk berada dalam lingkaran pencegah putus pendidikan di Indonesia ini. Saya selalu berharap dapat menjadi impacter bagi orang lain. Saya ingin menjadi pemancar harapan, transformer ilmu pengetahuan, dan saluran berkat bagi banyak orang terutama mereka yang tersentuh tangan kasih Yayasan AAT Indonesia. Jalur lebih konkrit dan sederhana adalah keinginan untuk bergabung dengan sebuah gerakan sosial bagi kemanusiaan. Memang di luar sana saya tetap dapat berkarya dengan melakukan kegiatan serupa lainnya. Akan tetapi, saya terus berpikir bahwa kehendak yang baik ini haruslah terus di pupuk sehingga terpelihara dengan baik, caranya adalah mendapati wadah yang tepat untuk persemaiannya. Pikiran tersebut sudah lama terbezit sejak semester 3 (tiga) di bangku kuliah. Akan tetapi, terkadang kendala teknis perkuliahan, kegiatan dalam dan luar kampus masih menghambat langkah tersebut.Sejak berkenalan singkat dengan AAT melalui teman baru di atas, terketuk hatiku untuk mengetahui lebih komprehensif lagi tentang AAT. Lalu, apakah mungkin dapat menjadikan AAT sebagai wadah yang tepat dalam mewujudkan mimpi diri di atas ? Akhirnya, saya memutuskan untuk menembus kekhawatiran dan batas diriku yang mengganjal langkah selama ini. Awal bulan Mei 2015, saya bergabung menjadi relawan AAT. Rasa ketertarikan yang mendalam kemudian membawaku untuk menghadiri dan berpartisipasi ke dalam berbagai kegiatannya secara perlahan-lahan. Kehadiran saya disambut baik oleh pengurus dan relawan AAT kala itu. Gambaran awal saya tentang Yayasan AAT adalah kontributor beasiswa berskala nasional yang secara khusus memberikan perhatian yang besar kepada dunia pendidikan, terlebih bagi orang-orang yang punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi terkendala masalah finansial (keuangan). AAT membantu mulai dari pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Karakteristik yang kuat dari AAT adalah menyatukan kekuatan antara para pendamping komunitas dan para penanggungjawab sekolah untuk menstimulus mekanisme pembiayaan kepada anak asuh dari donatur sebagai penyokong dananya sekaligus melakukan pendampingan. Hal tersebut menandakan ada sisi saling mempercayai, kerjasama dan saling memberikan pertanggungjawaban sesuai perannya. Menemukan AAT merupakan pencapaian mimpi pribadiku (self dream)karenaterbuka lebar ruang untuk berekspresi dan berkarya sesuai niatan awalku. Soal Keberuntungan Pada edisi awal bersama AAT sebagai seorang relawan, sebagaimana lazimnya, saya membantu menyukseskan kegiatan-kegiatan seperti melakukan survei dan wawancara calon anak asuh barusaja (terbatas), karena belum menjadi pendamping komunitas (PK). Maksud terbatas karena hanya kegiatan itu saja dan/atau belum ada beban tanggungjawab sederajat pendamping komunitas yang mengikat atau bersifat wajib secara periodik atau insidental dan lain sebagainya. Saya juga mengikuti berbagai pelatihan dan pengarahan dari pengurus, pendamping komunitas lama maupun relawan dimana ilmu dalam semua kesempatan itu sangat bermanfaat dalam babakan selanjutnya. Apalagi ilmu itu sedikit banyak dapat digunakan ketika memasuki dan mengikuti alur kerja di AAT khususnya Sekretariat Yogyakarta. Pasca 6 bulan menjadi relawan, kemudian terbuka lowongan beasiswa AAT. Secara personal, saya menganggap itu adalah sebuah kesempatan yang sangat berharga untuk mendapatkan tawaran yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Berkat proses yang fair (adil) mulai dari seleksi administrasi, wawancara sampai keputusan akhir sebagai penerima beasiswa AAT. Decak kagum sudah pasti dalam benak dan pikiran. Alasan terbesar tidak lain adalah tujuan mendaftar beasiswa AAT berangkat dari latar belakang permasalahan finansial dalam perkuliahan menjadi ringan . Lantas, saya mempunyai kebanggaan tersendiri karena membantu meringankan biaya kuliah orang tua. Peluang ini juga saya jadikan sebagai pemupuk semangat berada dalam lingkaran AAT. Sejak bergabung di dalamnya, saya mencoba mempelajari AAT dari berbagai segi. Ada hal baru yang saya temukan kala itu menjadi penerima beasiswa AAT adalah anak asuh (penerima beasiswa) otomatis menjadi administrator atau pengurus di sekretariat. Artinya, saya akan menjalankan roda sekretariat, berperan sebagai seorang pendamping komunitas bahkan wajib menjadi koordinator tim (khususnya di sekretariat Yogyakarta). Yang dimaksud koordinator tim adalah orang yang bertugas mengkoordinir relawan atau anak asuh lama terdiri dari beberapa orang dalam satu kesatuan tim yang berperan sebagai pendamping komunitas. Pada hal, selain itu saya juga harus melakukan aktivitas sebagai mahasiswa. Disinilah arus perjuangan di AAT terasa hebatnya. Proses ini memang terasa melelahkan di kala malas dan mengasyikan di kala rajin. Faktanya, lebih banyak malas dengan alasan beragam. Mula-mula di AAT, saya tergolong sebagai seorang yang mempunyai pemahaman yang minim dan masih sungkan bertanya apalagi mengkritisi tentu berimplikasi buruk terhadap tingkat persepsi kinerja orang lain terhadap diri sendiri. Berbeda dengan itu, kesan bahwa betapa kagumku dibuatnya adalah hampir sebagian besar administrator AAT adalah sekumpulan anak muda yang punya semangat tinggi dan motivasi yang tinggi dalam komitmen untuk menyebarkan kebaikan dan mengangkat derajat manusia sebagaimana mestinya. Mereka adalah orang-orang yang menjalankan kata dan perbuatan serta mulut dan tindakan. Hal inilah yang memicuku untuk bertahan di AAT.Potret awal ini rupanya telah berlalu. Terkait segelintir kecil pengalaman yang kurang mengenakan dulu hanyalah masalah persepsi pribadi, karena jika ditelisik lebih dalam ada proses pembentukan karakter yang kuat di dalamnya. Biasanya, pemenang sejati yang akan bertahan sampai akhir. Waktu terus bergulir, AAT Sekretariat Yogyakarta adalah wadah bagiku bertumbuh dan berkembang mewujudkan nilai-nilai kehidupan dan mendemonstrasikan tindakan-tindakan kecil yang memberi pengaruh bagi orang banyak. Saya melihat AAT bukan hanya sekedar keberuntungan material tetapi jauh penting adalah keberuntangan dari segi nilai-nilai kehidupan. Ada banyak nilai yang sebenarnya berada dan melayang-layang dalam ruang-ruang kehidupan di AAT. Tergantung bagaimana setiap pribadi merespon dan menggapainya. Apalagi saya selalu mendengungkan misi melayani dan kini ku dapati lahan subur untuk bercocok tanam buah-buah kebajikan. Ketika semua dapat saya uraikan di atas, terjadi polarisasi paradigma bahwa AAT bukan lagi soal keberuntungan dari segi finansial sebagai alasan saya mengambil beasiswanya. Atau, soal mewujudkan niat memasuki sebuah lembaga/badan/wadah sosial, namun jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban moral sebagai sesama manusia untuk membantu yang lainnya. Dengan demikian, pada kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak baik Pengurus Yayasan

Mengenalmu sebuah Keberuntunganku Read More »

Awalnya Mengalami, Akhirnya Melakukan Pelayanan Kasih

Oleh : Mawar Dian Natalia Hallo perkenalkan nama saya Mawar Dian Natalia. Saya mengenal AAT itu berawal ketika saya pada semester 3 saya mencari-cari info mengenai beasiswa, di papan pengumuman kampus saya memperoleh info mengenai beasiswa AAT. Awalnya saya tidak mengetahui apa itu AAT, saya hanya ingin mendaftar beasiswanya karena memang kondisi keuangan keluarga yang pada saat itu sedang tidak baik, ayah saya hanya seorang penjual bambu, yang dimana harus menghidupi 5 orang yang terdiri dari mama, papa, saya, dan kedua adik saya yang juga masih bersekolah. Dengan biaya kuliah di ATMA JAYA yang menurut saya mahal saya berusaha agar dapat meringankan beban ayah saya. Pada semester 4 sebelum pembayaran spp variabel, saya mendapat sms dari pihak AAT yang menginfokan bahwa saya diterima menjadi salah satu penerima beasiswa AAT. Pada saat itu saya sangat bahagia, karena saya akhirnya bisa meringankan beban ayah saya. Waktu diberitahu oleh kak ayu (pengurus AAT yang mengsms saya) saya disuruh datang kepertemuan anak anak asuh yang memperoleh beasiswa, saya datang dengan sangat senang, saya pikir hanya akan menerima beasiswa saja, tanpa ada hal lainnya. Namun ternyata kami yang memperoleh beasiswa ini diberikan tugas pelayanan, pelayanan kasih kepada sesama kami yang memang juga merupakan anak asuh namun di SD,SMP, dan SMA. Kami diajarkan apa itu AAT, apa saja yang dilakukan di AAT. Dari pertemuan awal itu, saya masih bingung tentang tugas dan maksud dari pelayanan kasih itu apa. Lambat laun saya mulai mengerti, bahwa kami juga harus membantu di dalam proses administrasi beasiswa bagi adik adik di SD, SMP, dan SMA yang memperoleh beasiswa. Awalnya memang susah dan membingungkan, karena harus belajar SIANAS, cara upload TT dan KW serta raport, dan juga harus Survey. Namun ketika saya menjalaninya, saya merasa jika pilihan saya di AAT ini tidak lah salah. Karena berawal dengan saya mengikuti survey ke SMA Stella Duce Bantul, saya mengalami kasih yang diberikan AAT untuk mereka. Saya mendengar banyak sekali cerita dari siswa-siswa yang mendaftar beasiswa, bagaimana mereka hidup, bagaimana keluarga mereka yang dimana memang berkekurangan. Saya merasa sangat bersyukur bahwa ada AAT yang siap membantu mereka, dengan adanya AAT dapat meringankan beban dari siswa siswa ini. Selama saya di AAT saya merasakan kasih yang diberikan oleh PJ, anak asuh serta teman teman penerima beasiswa PT. Saya juga diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah saya pilih. Saya mencoba bertanggung jawab, baik di AAT maupun di perkuliahan saya. Dengan tetap mempertahankan nilai nilai saya, sehingga tidak mengecewakan para orang tua asuh yang sudah membantu membiayai uang kuliah saya yang sangat mahal. AAT memang jembatan emas bagi kami yang membutuhkan pertolongan  .Terima kasih AAT, terima kasih para orang tua asuh yang sudah mengulurkan tangan nya untuk kami  🙂 terima kasih saya ucapkan… *Mawar Dian Natalia, adalah Mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penerima Beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang

Awalnya Mengalami, Akhirnya Melakukan Pelayanan Kasih Read More »

Wawancara Calon Anak Asuh

Bandung. Persiapan memasuki tahun ajaran baru 2017/2018. Beberapa sekolah sudah mulai mengajukan proposal calon anak asuh AAT (Anak Anak Terang) untuk tahun ajaran baru 2017/2018. Kali ini Anak Anak Terang Sekretariat Bandung sudah memulai proses wawancara calon anak asuh di SDK Paulus 3 Bandung. Tiga relawan yang bertugas kali ini adalah Nadia Gracia, Bernadus Seno, dan Ryo Gultom. Satu per satu calon anak asuh ditanya seputar diri anak dan keluarga. Proses wawancara ini bertujuan untuk memastikan bahwa calon anak asuh, memang sangat perlu dibantu. Bantuan yang nantinya diterima adalah beasiswa SPP. Beasiswa SPP diterimakan ke pihak sekolah dan langsung diperhitungkan dengan SPP yang harus dibayar oleh pihak orang tua anak asuh. Untuk anak asuh Sekolah Dasar akan menerima beasisawa Anak-Anak Terang sejumlah maksimal 50rb per anak. Mungkin terlihat kecil bantuan sejumlah itu. Namun demikian, untuk anak yang benar-benar tidak mampu, bantuan yang sering kita anggap kecil itu, sangatlah besar artinya. Orang Tua kandung anak yang bersangkutan tetap memiliki rasa tanggung jawab terhadap anak dengan bantuan para orang tua asuh Anak Anak Terang. Relawan Anak Anak Terang yang melayani wawancara calon anak asuh mendapat banyak hal pelajaran hidup. Pelajaran berharga yang belum tentu didapat di kampus. Ada nilai tersendiri tatkala di usia muda, bisa ikut peduli dan berbagi untuk anak anak negeri ini. Relawan yang bersedia memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk adik-adik kurang mampu, agar mereka bisa terus bersekolah. Tetap semangAAT adik-adik calon anak asuh dan para relawan Anak Anak Terang. Semangat untuk belajar. Semangat melayani, peduli dan berbagi. Bahagia itu ketika kita bisa berbagi. Untuk para Orang Tua Asuh, tunggu tanggal 1 Juli 2017. para sahabat orang tua asuh bisa ikut berpartisipasi berbagi dengan membantu beasiswa anak-anak ini. Sedikit dari kita, besar artinya untuk mereka. Salam dari Bandung penuh Cinta #cegahputussekolah

Wawancara Calon Anak Asuh Read More »