Relawan

“Berani mencoba dan terus belajar”

Oleh: Petrus Mahendra Putra, BPT Sekretariat Semarang. AAT ( anak – anak terang )? Pernah mendengar sih sebelummya tetapi tidak begitu memperhatikan dengan seksama. Lha cerita ku berawal dari sini. Beberapa bulan yang lalu saya bertemu dengan Bu Meita, beliau adalah salah satu relasi Pimpinan saya di kantor. Sebenarnya waktu itu saat kami berbincang – bincang saya memang meminta bantuan beliau untuk mencarikan tambahan penghasilan untuk pembayaran kuliah saya. Singkat cerita setelah saya bertanya akhirnya Bu Meita mengenalkan dengan AAT. Dan saat Ini saya sudah menjadi bagian dari AAT, saat pertama kali masuk menjadi bagian dari AAT saya sangat bingung dengan kegiatan atapun apa yang dikerjakan oleh AAT, tetapi setelah beberapa kali saya mengikuti kegiatan dan pertemuan saya sudah mengerti tentang apa yang dikerjakan, dilakukan oleh Yayasan AAT, yaitu membantu anak – anak yang kurang beruntung supaya terus bisa melanjutkan pendidikannya tanpa terputus. Saat ini saya di pilih oleh rekan – rekan Relawan menjadi Koordinator dari Sekre Semarang. AAT Sekre Semarang sendiri ada 28 sekolah / komunitas dan setiap sekolah bisa terdapat lebih dari 10-50 an anak yang dibantu untuk mendapatkan beasiswa sekolah Pengalaman saya menjadi bagian dari AAT sangatlah asyik karena saat kita bertemu dalam hal ini saat wawancara anak asuh calon penerima bantuan, saya bisa menjadi heran, ketawa, sedih hingga sampai terharu dengan berbagai cerita dari kehidupan keluarga mereka. Tetapi inilah yang membuat saya itu sangat senang bisa mengenal dan menjadi bagian di dalamnya. Yayasan AAT ini sudah berskala Nasional sehingga sekolah yang dibantu sangatlah banyak dengan kata lain anak – anak yang di bantu juga sangat banyak sehingga memang memerlukan Para Donatur untuk membantu, supaya Yayasan ini tetap ada dan bisa menjadi salah satu pilihan dalam membantu anak supaya tidak putus sekolah. Saya mewakili rekan – rekan relawan dan pengurus Yayasan Anak – Anak Terang Indonesia (AAT) ingin mengetuk hati dari bapak / ibu, serta tidak menutup untuk semua orang yang tergerak hati menjadi donator, sekecil bantuan akan kami terima dengan hati yang sukacita.

“Berani mencoba dan terus belajar” Read More »

“Menjadi Pribadi Pemberi, Bukan Peminta”

Oleh: Raka Widhi Antoro, BPT Sekretariat Purwokerto. Di pengalamanku selama di AAT beberapa tahun, membuat diriku jadi pribadi yang ingin sebagai pemberi dan bukan peminta. Karena sejak mengikuti survei serta mengisi data anak – anak penerima beasiswa, membuat diriku ingin membantu anak – anak yang membutuhkan dan itu tentu membuka mata hatiku untuk melihat orang di sekeliling kita yang lebih membutuhkan bantuan dibandingkan hidupku sendiri. Pengalaman paling aku ingat sampai sekarang adalah survei di tempat  SD Maria Immaculata Cilacap yang mewawancarai anak dengan keterbelakangan mental (anak penerima beasiswa tahun 2019) serta Neneknya, anak tersebut ditinggal Orang Tua nya (benar-benar ditinggal dan tidak diurus serta tidak mengabari anak atau Neneknya) dengan status cerai dan ‘tidak memiliki tempat tinggal’ sampai-sampai Neneknya tidak mau cerita secara detail karena keliatan tidak enak diungkapkan masalah internal keluarganya. Beruntung mereka dibantu oleh Romo yang berada di Gereja daerah Cilacap untuk biaya sekolah, akan tetapi aku merasa kasihan dengan Neneknya karna memiliki pekerjaan sebagai pemulung dan juga memang tidak memiliki tempat tinggal.

“Menjadi Pribadi Pemberi, Bukan Peminta” Read More »

My AAT My Adventure

Oleh: Yefta Ezra Abednego, BPT Sekretariat Semarang. Hallo semuanyaa!! Aku cuman mau sharing sedikit nih apa yang aku lakukan selama setahun ini .Banyak hal yang aku lakukan di tahun ini bersama AAT. Apa itu AAT ? AAT itu organisasi Anak Anak Terang yang berfungsi sebagai penyalur beasiswa bagi anak anak yang kurang beruntung. Ditahun 2019 ini mulai bulan Februari kami mencari anak anak yang membutuhkan beasiswa yang ada  dibeberapa sekolah yang sudah terdaftar mengikuti kegiatan AAT ini sejak lama bahkan ada yang baru juga. Perjalanan kita diawali di sekolah SMK Kimia industri dan SMP Bellarminus yang ada di Semarang. Ini baru pertama kalinya kita bertemu dengan anak anak  untuk menyalurkan beasiswa. Cerita demi cerita terkumpul, tidak sedikit anak yang beruntung waktu kami wawancarai. Setelah itu 2 minggu kemudian kita beranjak ke SMP Agustinus. Dimana minggu ini banyak relawan yang hadir dengan perbandingan anak yang cukup banyak dan relawan banyak di hari itu terasa ringan. Cerita kali ini agak sedikit lucu karena kebanyakan anak SMP disini bermain game online saat diwawancarai oleh relawan-relawan , tetapi juga ada dimana anak yang berjuang sungguh sungguh. Perjalanan dilanjut ke SMP Theresiana Jambu yang ada di daerah Bedono. Perjalanan 2 jam dari semarang dan perjalanan naik terus karena sepertinya tempatnya di daerah atas , gunung gitu. Belum sampai di tempat hujan deras melanda berangkat dengan basah basahan dan tidak sadar kalau jalan semakin menanjak, sudah begitu macet karena ada perbaikan jalan. Sampai ditempat dengan basah kuyup tapi tetap masih semangat karena anak-anak yang kami wawancarai ternyata sudah menunggu lama. Perjalanan Ke SMA Kanisius Ungaran. Sekolah ini Unik karena kebanyakan anak yang kami wawancari berasal dari luar pulau dan tinggalnya semua ada di panti asuhan. Dari pengalaman ini saya belajar banyak hal yang membuat bersyukur dan semakin giat belajar. Semester ini saya mendapatkan IPK 3,15 ya tidak tinggi tinggi amat tapi setidaknya nilai saya naik dari semester sebelumnya. Last but Not Least. Aku berterima kasih kepada teman teman relawan yang sudah membantuku dari awal hingga sampai sekarang, yang meluangkan waktunya untuk anak anak yang kurang beruntung itu , semoga kebaikan kalian akan terbalaskan disuatu hari kedepannya. Tuhan Memberkati kalian semua.

My AAT My Adventure Read More »

Belajar berbagi Kasih Bersama AAT

Oleh: Brigita Etik Purwaningsih, BPT Sekretariat Madiun. Saya mengenal AAT sudah sejak saya masih SMP di SMPK “Harapan Slahung” saat itu saya kelas 2 SMP. Untuk biaya SPP dibantu oleh AAT. Kemudian saya melanjutkan ke SMK St. Bonaventura Madiun.  Saat itu setelah selesai ujian saya langsung bekerja di Madiun, ada rencana untuk kuliah tetapi saya lebih memilih bekerja karena biaya yang minim untuk masuk dan mendaftar diperguruan tinggi. Tetapi Tuhan memberi jalan berbeda, saya bertemu dengan 2 AAPT di sekre Madiun yang menawarkan kepada saya untuk menjadi BPT di sekre Madiun, dengan senang hati saya menerima tawaran tersebut. Pada tahun 2019 ini saya melakukan wawancara bersama kakak-kakak AAPT yang sudah lulus, walaupun banyak dari mereka sudah lulus tetap ingin membantu melakukan wawancara calon anak asuh. Mereka tetap semangat ketika saya meminta bantuan untuk wawancara diberbagai tempat. Untuk tahun ini saya tidak bisa menjangkau kabupaten Blora Jawa Tengah karena keterbatasan tenaga. Di kabupaten blora Jawa Tengah terdapat 2 komunitas, dari dua komunitas itu yang diajukan untuk mendapatkan beasiswa AAT sekitar 60 siswa, karena keterbatasan tenaga itu, kami melakukan wawancara secara online melalui google duo, saya dibantu oleh 3 orang yaitu Mbak Dwi, dan Mbak Elbas serta Mas Janis. Kami menyelesaikan wawancara itu sekitar 3 hari karena ada kendala jaringan. Hal yang seru ketika wawancara adalah mendengarkan adik-adik calon anak asuh yang bercerita dengan antusias. Hal yang paling berkesan bagi saya saat wawancara di sekolah saya dulu yaitu SMPK “Harapan” Slahung Ponorogo. Di sekolah itu siswa kelas 1 hanya 5 orang tetapi mereka masih semangat untuk melanjutkan pendidikan. Salah satu dari mereka ada yang bernama Rohmat. Rohmat adalah anak tunggal saat ini rohmat tinggal bersama ibunya menumpang di rumah pamannnya. Sejak Rohmat kecil, ia tidak pernah bertemu dengan sosok ayah karena memang sejak kecil sudah ditinggalkan. Bahkan keluarga maupun tetangga merahasiakan keberadaan ayahnya. Rohmat dan Ibunya tidak memiliki rumah sendiri.  Ibunya setiap 5 hari sekali datang kerumah tetangganya untuk menawarkan jasa mencuci baju dengan upah yang tak seberapa, karena memang tidak ada pekerjaan lain. Bahkan untuk keperluan sehari-hari tidak cukup. Rohmad tidak memiliki handphone selayaknya teman sebayanya, dan dia tidak pernah mengeluh tentang hal itu. Ketika pulang sekolah iya juga menyempatkan diri untuk membantu pamannya berjualan, sebagai balas budi karena sudah diberi tempat tinggal.  Ia juga jarang sekali mendapatkan uang saku dari ibunya. Saat itu ia sangat berharap mendapatkan bantuan SPP dari AAT. Dan saat ini harapannnya diwujudkan oleh AAT, Rohmat menjadi salah satu anak asuh beasiswa AAT 2019/2020. Semoga dengan adanya Yayasan Anak-Anak Terang ini,  dapat memberikan cahaya terang bagi mereka yang memiliki semangat melanjutkan pendidikan untuk mengapai cita-cita mereka. dan semoga dengan adanya AAT ini dapat memberikan lebih banyak harapan pada mereka yang hilangan harapan sekolah karena biaya.  Saya juga mengucapkan terima kasih pada seluruh pengurus AAT yang ada di seluruh Indonesia yang dengan kasih mau membantu. Berkah Dalem.

Belajar berbagi Kasih Bersama AAT Read More »

Tidak menyia-yiakan Kepercayaan

Oleh: Dira Nur Agista Nama saya Dira Nur Agista, saya mahasiswi prodi Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun semester 5. Sudah 2 tahun ini saya menjadi anak asuh dari beasiswa Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia. Dengan bantuan donator dan pengurus-pengurus AAT lainnya saya bisa melanjutkan pendidikan S1 saya dan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Di sekretariat saya selain menjadi pendamping komunitas dari SMK St. Bonaventura 2 Madiun dan SMPK Garuda Parang saya juga menjadi bendahara sekretariat Madiun. Ilmu akuntansi yang selama ini saya pelajari sangat berguna ketika diterapkan. Selain menjadi bendahara sekretariat saya juga membantu tim public relation AAT dengan menjadi admin sosial media (sosmed), yaitu: instagram dan twitter AAT. Setiap ada berita atau kegiatan dari relawan AAT dari berbagai sekretariat kami sebagai tim public relation harus selalu segera mengupload-nya ke sosmed AAT agar para donator mengetahui dan hal tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donatur. Saya terkadang masih sering kesulitan mencari bahan posting dan menulis caption apa yang sesuai dan menarik, namun berkat kerjasama tim public relation semua permasalahan tersebut teratasi. Saya sangat senang bisa mengenal relawan dari berbagai sekretariat. Walaupun dari mereka merupakan relawan dan bukan anak asuh, kepedulian mereka sangat menginspirasi saya untuk lebih konsisten dengan tugas yang diberikan kepada saya agar semakin banyak donatur dan lebih banyak lagi anak Indonesia yang nyaris putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan-nya sama seperti saya. Di semester 5 ini banyak sekali kegiatan yang saya ikuti disela-sela waktu kuliah. Mata kuliah semester 5 ini juga sangat berat dari pada semester sebelumnya. Kita sudah memulai fokus terhadap bidang akuntansi dan mempersiapkan skripsi. Mulai tahun ini saya di beri kepercayaan oleh seluruh teman-teman 1 program studi menjadi Ketua HMPS Akuntansi. Walaupun saya menyadari akan semakin banyak lagi tugas yang harus saya lakukan, baik tugas kampus sebagai ketua HMPS, tugas sebagai mahasiswa dan yang lebih penting tugas melayani sebagai relawan AAT. Kesempatan yang Tuhan berikan kepada saya sebagai anak asuh AAT tidak akan saya sia siakan. Saya akan selalu berusaha keras menyelesaikan studi S1 dengan tepat waktu dan nilai terbaik, selain itu juga akan selalu memperbaiki kerja saya sebagai anak asuh dan relawan AAT. Terima kasih AAT. *Dira Nur Agista, Mahasiswi prodi Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

Tidak menyia-yiakan Kepercayaan Read More »