Bimbingan Konseling Anak Asuh Perguruan Tinggi (BKAPT)
Latar Belakang
Anak Asuh Perguruan Tinggi adalah bagian integral dari AAT. Keberadaannya di AAT bukan sekedar untuk mendapatkan dana atau bantuan uang kuliah dan yang lainnya. Dengan penuh semangat, mereka mengambil bagian dalam pelayanan AAT, terutama dalam bidang administrasi. Di masa depan, mereka diharapkan menjadi penerus karya AAT. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan kalau anak-anak asuh yang saat ini berada di Perguruan Tinggi merupakan masa kini dan masa depan AAT. Selain itu, terlepas dari AAT, mereka diharapkan menjadi future leaders yang mampu merekonstruksi dan merenovasi bangsa kita.
Arah Pendampingan
Agar anak-anak asuh PT memenuhi harapan di atas, Yayasan AAT Indonesia, mempunyai misi tidak hanya memberikan pelayanan beasiswa bagi pendidikan formal mereka, tetapi juga memberikan pendampingan dalam bentuk bimbingan konseling. Melalui bimbingan ini, diharapkan mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang integral dan seimbang dalam berbagai aspek hidupnya, baik knowledges (pengetahuan, intelektualitas), skills (keterampilan untuk menerapkan pengetahuan dan ilmunya dalah karya dan pekerjaan) maupun attitude (sikap hidup yang baik, yang meliputi kehidupan spiritualitas, emosional, dan sosial-relasional dalam hidup sehari-hari).
Praksis Pendampingan
Ibarat sebuah pohon buah, anak-anak asuh tentunya pernah dan sedang tumbuh dalam jenis tanah tertentu. Saat ini, mereka sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Kelak, mereka diharapkan mampu menghasilkan buah yang berguna bagi banyak orang. Oleh karena itu, praksis pendampingan dilaksanakan dengan membantu anak-anak untuk mengenali jenis tanah mereka kemudian membantu mengolahnya supaya menjadi lebih subur bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam segala aspeknya secara seimbang.
Secara konkret, masing-masing anak diwajibkan melakukan konseling kepada para konselor AAT sebelum mereka secara resmi menerima beasiswa dari AAT dan kemudian melakukannya secara rutin, minimal setiap semester sekali. Dalam kesempatan konseling itu, diharapkan konselor membantu masing-masing anak untuk “mencangkul dan menggali” pengalaman hidup anak, baik di masa lalu maupun di masa kini. Kemudian, secara kontinyu membantunya untuk “menyirami, menggemburkan, menyuburkan dan memupuk” serta sejauh perlu juga “memangkas dan membuang” hal-hal yang sekiranya justru mengganggu pertumbuhan dan perkembangan si anak.
Beberapa aspek yang sekiranya baik untuk digali dan dicangkul dalam diri setiap anak adalah:
1. Data diri anak. Kalau anak mempunyai nama panggilan (paraban), baik untuk digali sejarah dan maknanya, mengapa nama itu muncul.
2. Keluarga, di mana anak lahir, tumbuh dan berkembang. Anak diminta untuk bercerita mengenai keluarganya sejak ia kecil sampai sekarang. Siapa saja yang tinggal di rumah? Pernah atau seberapa sering pindah-pindah rumah dan mengapa? Apakah ada peristiwa-perintiwa penting dan signifikan yang terjadi dalam keluarga? Apa yang dibuat atau dilakukan anak dalam keluarga selain belajar? Bagaimana keluarga, terutama orangtuanya, menghayati hidup spiritual-keagamaan dan sosial-kemasyarakatan? Bagaimana perasaan, sikap dan penilaian anak terhadap kedua orangtua dan keluarganya (bangga, sayang, marah, jengkel, benci)?
3. Lingkungan hidup anak, baik secara sosial maupun geografis. Anak diminta untuk bercerita mengenai lingkungan hidupnya. Di daerah mana ia tinggal (perkotaan, perdesaan, pegunungan)? Mayoritas penduduk bekerja sebagai apa? Seperti apa karakteristik teman-teman sepergaulan anak? Apa saja keterlibatan anak dalam kehidupan bersama di masyarakat?
4. Riwayat pendidikan anak. Anak diminta untuk bercerita mengenai sekolahnya dari waktu ke waktu. Di nama saja anak mengenyam pendidikan sejak TK sampai SMA? Bagaimana prestasi anak baik formal (nilai raport) maupun informal (ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah)? Adakah hal-hal yang membuat anak merasa bangga atau kecewa dengan dirinya (prestasinya)? Siapa yang membiayai sekolah?
5. Masa sekarang anak. Anak diminta untuk menceritakan hidupnya saat ini. Bagaimana kuliahnya? Bagaimana kehidupan spiritual-keagamaannya? Bagaimana kehidupan sosial-relasional anak? Apakah anak punya relasi khusus dengan lain jenis (pacaran)? Jika “ya” bagaimana gaya pacarannya dan apa pengaruhnya? Seperti apa karakteristik teman-teman sepergaulan anak, lebih-lebih teman/kelompok yang dekat, “group/gank”nya? Apakah anak mempunyai kegiatan atau bakat khusus yang sedang dikembangkan? Apakah saat ini sedang mengalami permasalahan/persoalan tertentu? Bagaimana sikap dan penilaian anak terhadap hidupnya saat ini?
6. Masa depan anak. Apa mimpi anak akan masa depannya? Ingin menjadi orang seperti apakah dia di kemudian hari? Untuk mewujudkan impiannya tersebut, modal apa yang saat ini sudah dimiliki dan modal tambahan apa yang harus dimiliki atau dirintis sejak sekarang?
7. Lain-lain.
Beberapa poin pertanyaan di atas hanya sekedar alat bantu saja. Sangat dimungkinkan – dan hendaknya memang demikian – pembicaraan mengalir sesuai dengan situasi yang ada. Namun, paling tidak pada akhir konseling, pendamping mendapatkan data-data pokok mengenai keluarga, lingkungan hidup, pendidikan, situasi masa kini dan impian masa depan anak. Setelah itu, kemudian ditarik kesimpulan mengenai knowledges, skills dan attitude anak. Bagaimana masing-masing aspek tersebut dan bagaimana keseimbangannya?
Hal lain yang sangat membantu proses konseling adalah anak diminta untuk mempersiapkan atau membuat tulisan mengenai dirinya. Secara bebas, anak diminta untuk mempresentasikan atau meperkenalkan dirinya terkait dengan ke-6 poin di atas. Kemudian, pada saat konseling, konselor tinggal melakukan pendalaman dan penajaman. Untuk anak-anak yang sudah lama (bukan anak baru) tentunya data dan tulisan mereka sudah ada, maka mereka cukup menuliskan pengalamannya untuk saat ini saja (no. 5) ditambah impian masa depan.
Tindak Lanjut Konseling
Tindak lanjut konseling untuk setiap anak tentunya berbeda-beda sesuai dengan situasi masing-masing anak. Untuk itu, tindak lanjut konseling tergantung pada proses dan ditentukan bersama antara konselor dengan anak yang bersangkutan untuk bersama-sama “menyirami, menggemburkan, menyuburkan dan memupuk” dan sejauh perlu “memangkas dan membuang” serta mengobati penyakit/masalah yang ada.
Format Laporan Konselor
Data Anak | silakan dipertimbangkan data apa saja yang diperlukan |
Konseling ke | 1 / 2 / 3 / ……dst |
Keluarga | Untuk anak baru maupun anak lama karena situasi keluarga bisa selalu berubah |
Lingkungan Hidup | Terutama untuk anak baru supaya kita mengetahui latar belakang anak |
Pendidikan | Terutama untuk anak baru |
Masa Sekarang | Untuk anak baru maupun anak lama |
Masa Depan | Untuk anak baru maupun anak lama |
Lain-lain | Sejauh diperlukan |
Kesimpulan | Knowledges: Skills: Attitude (spiritual, emosional, realisonal): |
Rekomendasi |
Demikian gagasan saya mengenai konseling anak-anak asuh PT yang saya buat. Tentu saja gagasan ini sangat tidak sempurna dan membutuhkan masukan dari banyak pihak, terutama teman-teman konselor. Maka, masukan sangat diharapkan demi lebih baiknya pendampingan kita pada anak-anak.
Roma, 14 Februari 2014
Salam dan doa, Rm. Ag. Agus Widodo, Pr