Workshop Menulis Bersama Rumah Media
Workshop Amal oleh Para Penulis “Kumcer Teenlit: Bukan Cupid” dari Rumah Media Minggu pagi, 16 Februari 2014, para relawan AAT Sekretariat Semarang tampak sibuk mempersiapkan workshop kepenulisan dengan tema “Write Your Love”. Workshop tersebut diisi oleh para penulis “Kumcer Teenlit: Bukan Cupid” dari Rumah Media. Acara yang diselenggarakan di SMK Kimia Industri, Jalan Sriwijaya (Kusumanegara) No. 104 Semarang ini dihadiri oleh para relawan AAT sekretariat Semarang, beberapa relawan dari sekretariat Yogyakarta, sekretariat Madiun, pengurus AAT, dan beberapa teman-teman dari Rumah Media. Menurut jadwal, acara dimulai tepat pukul 10 pagi. Namun, karena Mbak Ulin (pembawa acara) masih ada suatu hal, akhirnya acara baru dimulai pukul 10.45. Karena waktu semakin siang, akhirnya acara dibuka oleh Pak Wiwien Wintarto. Beliau adalah penulis, narasumber, sekaligus pegiat Rumah Media. Workshop dengan tema “Write Your Love” itu diawali dengan sambutan dari Bruder Konrad, CSA dengan gayanya yang khas. Bruder juga mengisi sambutan dengan membacakan sebuah syair cinta yang manis. Sebuah nasehat yang sangat menyentuh dan membawa kasih Tuhan di acara workshop amal semacam itu. Kala itu, bruder tidak seperti biasanya. Tangan beliau gemetaran saat menyenandungkan syair cinta tersebut. Selesai sambutan Bruder Konrad, CSA, dilanjutkan sedikit sambutan dari Pak Wiwien. “Rumah Media adalah bimbel menulis, wadah bagi siapa saja yang ingin belajar sama-sama tentang menulis karya sastra,” kata Mas Wien memulai sambutan. Rumah Media tidak hanya tempat belajar menulis, tetapi juga tempat memperdalam ketrampilan jurnalistik dan tempat untuk belajar broadcasting. Tak lama kemudian, Mbak Ulin datang. Intermezzo Mas Wien Wintarto dilanjutkan dengan perkenalkan para pengarang “Kumcer Teenlit: Bukan Cupid”. Kumcer tersebut ditulis oleh 14 pengarang. Beliau menjelaskan siapa-siapa saja pengarang didalamnya, ada Antonius Andrie, Christina Juzwar, Erlin Cahyadi, Esi Lahur, Irena Tjiunata, Janita Jaya, Lea Agustina Citra, Monica Petra, Nora Umres, Pricillia A.W, Sophie Maya, Theresa Bertha, Valleria Verawati, dan Wiwien Wintarto sendiri. Mereka adalah para penulis yang sudah melanglang buana dalam dunia tulis menulis. Penjelasan Mas Wiwien tentang Fiksionalisasi adalah materi selanjutnya. Fiksionalisasi adalah mengubah kisah nyata menjadi fiksi. Menurut penjelasan Mas Wiwien, ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk fiksionalisasi, yaitu : 1. Scene by Scene Yaitu membuat kisah secara runtut adegan demi adegan. 2. Rumus Hollywood Yang dimaksud Rumus Hollywood yaitu cerita yang diawali dengan perkenalan, konflik, lalu klimaks. Sama seperti Materi Bahasa Indonesia saat SMK. 3. Fluktuasi Emosi Memberi efek suasana emosional yang fluktuatif atau bahasa kerennya “labil”. Senang, tegang, sedih, dan bahagia, untuk mencampur adukkan suasana hati pembaca. 4. Efek Dramatik Menambahkan hal-hal yang sebenarnya tidak ada agar cerita tersebut memberi kesan dramatis. Menambahkan hal-hal “alay” dapat dilakukan. Sesuai selera dan imajinasi masing-masing. 5. Tokoh Fiktif Mengembangkan adegan dan menambah tokoh-tokoh yang sebenarnya tidak ada. Menurut Pak Wiwien lagi, setelah kita dapat mengarang cerita, setidaknya dapat menghasilkan sebuah cerpen, kita dapat mencoba membuat novel. Ada beberapa tips bagaimana sebuah novel saat masuk penerbit dapat memiliki peluang yang besar untuk lolos seleksi. Beberapa tips yang diberikan yaitu: 1. Enam Halaman Pertama Saat teks novel kita masuk pada bagian editor, pertanyannya, “Apakah mereka membaca seluruh bagian novel yang kita kirim?” tentu saja jawabannya “tidak”, 6 halaman pertamalah yang mereka baca. Oleh karena itu, enam halaman pertama harus dikemas semenarik mungkin. 2. Adegan Pertama Unik Memberi kesan dini pada pembaca atas karya tulis sangat berguna untuk menarik perhatian pembaca dalam membaca karya anda. 3. Langsung Action/Dialog (bukan eksposisi maupun deskripsi) Deskripsi adalah penggambaran dan eksposisi adalah penjelasan suatu hal secara terperinci. Karya yang seperti itu membuat cerita terlihat berbelit-belit. Tentu saja penjelasan hal-hal di atas juga diselingi oleh joke-joke ala Mas Wien Wintarto agar materi tidak membosankan. Dan acara selanjutnya adalah makan siang selama setengah jam. Seusai makan siang, acara diambil alih oleh Mas Aulia A. Muhammad. Pembawa acara “Ruang Cinta” di salah satu acara televisi lokal di Semarang. Sama seperti Mas Wien, beliau juga penutur bahasa yang sangat baik dan selalu ada guyonan di sela-sela pemaparan materi. Mas Aulia ini juga sudah dua kali datang di acara AAT, seperti mas Wien. Mas Aulia menjelaskan tentang kreativitas. Yaitu suatu kemampuan untuk berimajinasi dan menghasilkan ide-ide baru dengan mengombinasikan, mengubah, atau menerapkan sesuatu yang sudah ada dengan cara yang belum ada sebelumnya. “Tanpa kreativitas, suatu karya tidak akan memiliki jiwa dan terlihat mainstream,” jelasnya. Dalam kreativitas ini yang terpenting adalah jeli melihat peluang dan memanfaatkannya. Dalam kondisi apapun, peluang selalu ada. Kesempatan yang hanya datang sekali dan sangat rugi apabila kita hanya duduk terdiam tidak berbuat apapun. Mas Aul menunjukkan kemampuan kita pada setiap peluang, entah itu menulis, menjadi pembawa acara, dan sebagainya. Ini penting. Mas Aul juga menjelaskan tentang Bejana Kreativitas, Tembok Kreativitas, dan Sembilan Pil Perangsang. Yang dibahas satu persatu. Yang pertama ada Bejana kreativitas, yang terdiri dari empat hal. 1. Motivasi Personal Yang dimaksud di sini adalah keberanian sesorang untuk menantang diri dan menjawab tantangan tersebut untuk kemajuan hidupnya. 2. Lingkungan Lingkungan sebagai pembentuk kepribadian. Saat kita hidup di lingkungan yang penuh kreativitas, kita akan berkembang didalamnya. Begitupun sebaliknya. 3. Keahlian dan Keterbukaan Ahli didapatkan dari berlatih. Dan keterbukaan dilakukan dalam menerima kritik orang lain atas bentuk karya. Hal itu akan membuat jiwa kreatif terbentuk. 4. Proses Kegagalan dan keberhasilan adalah hasil akhir. Yang ditekankan di sini adalah bagaimana cara kita dalam mencapai hal itu. Dengan berlatih, mencoba hal-hal baru, dan tentu saja berusaha semaksimal mungkin. Materi kedua adalah Tembok Kreativitas. Apa saja itu? 1. Menyangkal Masalah Saat kita memiliki masalah, kita akan cenderung bersikap “saya baik-baik saja” dihadapan orang lain. Padahal kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Setiap masalah haruslah dihadapi. Berani menerima kekurangan adalah kuncinya. 2. Merasa Tak Mungkin/Bukan Aku Ketika kita melihat suatu peluang atau ditantang oleh suatu hal, banyak dari kita yang hanya diam karena kita merasa bahwa “ini bukan saya”. Karena apa? Tidak adanya kepercayaan diri sendiri bahwa kita dapat menerima tantangan itu. Saat kita mau berusaha untuk berkata “saya bisa melakukannya” dan mewujudkannya dalam aksi. Itulah memang yang seharusnya kita lakukan. 3. Ingin Terlihat Dewasa, Canggih, Tak Usil Kebanyakan orang ingin terlihat dewasa dan bersikap hati-hati di depan umum. Dunia anak misalnya, penuh kreativitas karena apa? Keluguan dan tak ada kata malu dalam kamus mereka. Mereka
Workshop Menulis Bersama Rumah Media Read More »
