Kisah Relawan: Panti Rini Purworejo

Wawancara calon anak asuh di Panti Rini.
Wawancara calon anak asuh di Panti Rini.

TANGGAL 1 Juni 2013 saya, Kak Isma, Kak Desti, dan Kak Mega mendapat tugas kunjungan dan wawancara untuk sekolah yang mengajukan Beasiswa AAT di daerah Purworejo. Ada cukup banyak calon anak asuh dari 4 komunitas yang perlu kami wawancarai. Salah satunya adalah Panti Asuhan Panti Rini. Dan kebetulan kami berempat menginap panti asuhan tersebut.

Kami tiba di sana saat hari sudah gelap, kurang lebih pukul 21.00. Kami dijemput oleh seorang Bruder di depan sebuah rumah sakit, kemudian kami pun diantarkan menuju Panti Rini. Setibanya di Panti Rini, kami disambut dengan hangat oleh senyum manis anak-anak yang tinggal di sana. Anak-anak tersebut dengan sengaja menunggu kedatangan kami, padahal seharusnya peraturan panti tidak memperbolehkan mereka tidur terlalu malam. Mereka mengerubungi kami berempat dan beberapa diantaranya menanyai nama kami masing-masing. Usia mereka cukup bervariasi. Ada beberapa anak yang masih duduk di SD, SMP, maupun SMA.

Kami mengobrol dengan Suster Theresina sambil menunggu anak-anak menyiapkan makan malam, yaitu nasi goreng, telur dan timun. Saya bangga dengan anak-anak di panti tersebut, karena makanan yang saya santap malam itu adalah masakan mereka. Sambil menyantap makan malam, kami dan suster mengobrol hal-hal ringan seputar pengenalan AAT.

Hari Wawancara

Keesokan paginya sebelum memulai wawancara, kami menyempatkan diri untuk pergi berjalan-jalan. Lalu sekitar pukul 10.00 kami memulai wawancara, dimulai dengan SD, dilanjutkan SMP, lalu SMA.

Pada hari itu kami berempat cukup mendapat banyak berkah makanan. Kami diberi kue-kue snack dari komunitas yang kami wawancarai, dan kembali kamu bagikan pada saat wawancara dengan calon anak asuh. Kami berpikir, jumlah kami hanya berempat dan jauh lebih baik bila makanan yang masih sisa kami berikan pada anak panti. Meski semuanya tidak mungkin terbagi namun setidaknya sebagian dari mereka merasakannya.

Sewaktu wawancara siang hari itu, ada satu orang anak SMP yang memang kebetulan tinggal di Panti Rini. Dia menceritakan bahwa dia merasa rindu dan kecewa dengan keluarganya karena menaruhnya di sebuah panti. Anak itu juga mengatakan bahwa dia sering diejek oleh teman-temannya karena ia tinggal di panti. Anak itu menangis. Dan saya hanya bisa memberinya nasehat bahwa apa yang dia dapat dan miliki saat ini, itu adalah sesuatu yang terbaik yang Tuhan pilihkan. Dan setiap orang pasti memiliki jalan hidup yang berbeda.

fotopantirini1Hari sudah sore ketika kami selesai wawancara, namun masih ada 4 orang anak panti yang nanti malam baru akan kami wawancarai. Ketika kami semua baru masuk, anak-anak yang masih duduk di SD mengerubungi kami. Mereka mengatakan bahwa kami jangan pulang saat itu. Lalu saya bilang bahwa kami baru akan pulang nanti malam. Dan mereka bersorak gembira.

Saya mendengar cerita dari beberapa anak yang membuat saya berpikir bahwa saya merasa lebih beruntung daripada mereka. Ada beberapa anak yang membuat saya cukup terkesan, namun saya lupa namanya. Dia anak yang berasal dari Papua. Orang tuanya mempunyai cukup banyak anak, sementara semuanya membutuhkan biaya untuk bertahan hidup juga pendidikan. Dia bercerita kalau seorang susterlah yang membawanya ke Panti Rini karena merasa iba dengan kehidupan keluarganya. Dia juga mengatakan kalau selama dia kecil sampai sekarang dia belum pernah dipeluk oleh siapapun termasuk oleh orang tuanya. Dia juga bilang dia ingin menjadi orang yang sukses di masa depan agar bisa membanggakan kedua orang tuanya. Di antara semua anak di panti tersebut yang seumuran dengannya, anak itulah yang memiliki gaya bicara seperti orang dewasa. Yang saya tahu anak tersebut pendiam. Dan ada satu anak lagi yang cukup menarik perhatian. Entah kenapa? Dia terkesan sangat tertutup juga pendiam, namun senyumnya sangat manis. Dia berasal dari Arab.

Ada banyak rasa yang mereka miliki. Rasa kangen, sedih, sepi, kecewa, dan lain-lain. Meski mereka tidak secara jelas mengatakannya namun terlihat jelas dari pancaran sinar mata mereka. Meski hidup mereka di panti tersebut jauh lebih baik karena mereka bisa mendapatkan hal-hal yang lebih layak untuk dirinya namun ada sedikit ruang di hatinya yang masih kosong. Perhatian dan juga kasih sayang yang ada dalam sebuah keluarga, mereka belum sepenuhnya mendapatkannya. Ada juga anak yang merasa kecewa dengan hidupnya, merasa dia buruk dibanding dengan teman-temannya di sekolah karena dia tinggal di panti. Ada juga yang menyalahkan orang tuanya karena merasa ditelantarkan.

Ketika saya sedang mencari suster Theresina, saya bertanya dengan salah seorang anak yang ternyata sedang menyembunyikan nasi kotak di sebuah lemari di kamarnya. Dia terkejut melihat saya. Dan saya hanya bisa tersenyum melihat kejadian itu.

Lalu saya melihat anak-anak yang sedang berada di dapur. Ada yang sedang membersihkan telur, mencuci, membersihkan meja dapur dan sebagainya. Mereka semua dididik agar dapat hidup mandiri. Baru pertama kali saya menginap di sebuah panti, tapi itu sangat membuat saya senang.

Sore hari, setelah kami menyelesaikan wawancara, kami pun memutuskan untuk bermain dengan mereka dan berfoto bersama namun tak lama hujan turun cukup deras. Jadi kami lanjutkan mengobrol.

Kembali ke Jogja

Dan malam harinya kami semua undur diri karena harus pulang kembali ke Jogja. Saya merasa cukup berat meninggalkan tempat itu. Karena saya merasa ada kebersamaan disana, mereka selalu melakukan sesuatu secara bergotong royong. Dan saya benar-benar bangga dengan mereka karena dengan umur mereka yang terpaut cukup jauh lebih muda dengan saya, mereka sudah bisa untuk hidup mandiri.

Dan saya harap, senyum mereka semua akan menjadi lampu penerang di panti tersebut yang selalu terpancar baik siang maupun malam, yang tidak akan pernah padam. Dan semoga sedikit luka yang mereka miliki dan simpan di hati masing-masing dapat segera pulih. Juga mimpi yang menjadi angan-angan mereka semoga bukan hanya sekedar angan-angan. Semoga dengan adanya bantuan dari AAT akan membuat senyum mereka semakin terkembang dan membuat mereka dapat menggapai mimpinya.

 

Fera Tri Lestari
Staff Admin AAT Jogja
 
[qrcode content=”https://aat.or.id/kisah-relawan-panti-rini-purworejo” size=”175″]
 
 

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)