Hidupku Tertambat Bersama AAT
Suatu hari ketika kutelisik ke belakang, sesuatu yang kujalani adalah warisan kedua orang tuaku. Bila melihat anak tidak dapat melanjutkan sekolah maka hatiku serasa teriris. Aku dibesarkan bersama ke-5 saudara kandung dan beberapa saudara yang silih berganti dibawa ayah ke rumah saat mereka ingin melanjutkan kuliah. Prinsip orang tuaku adalah menuntut ilmu setinggi mungkin tanpa memandang usia. Meski orang tuaku tergolong pegawai kecil yang gajinya tidak seberapa, namun kami dinasehati tetap melanjutkan sekolah sebagai bekal hidup. Saudara-saudara maupun anak orang lain yang tinggal di rumah kami tidak dikenai biaya kost sepeserpun asal mereka dengan tekun belajar. Bundaku membantu ayah dengan berjualan kebutuhan sehari-hari, menerima jahitan, serta berjualan masakan. Beliau hanya sempat tidur beberapa jam saja setiap harinya. Sore hari ayah jualan kacang goreng serta jenis-jenis lain di Pasar Peterongan, dahulu…