Secarik Kisah Pendamping Komunitas

Kabar, Kisah Relawan
Saya menjadi Pendamping Komunitas (PK) atau Staff Admin AAT mulai tahun 2011. Menjadi staff admin AAT merupakan pengalaman yang berharga bagi saya. Saat itu, saya beserta adik saya Fransiska Mulyani sedang kesulitan biaya studi. Atas kebaikan hati dari para donatur AAT, akhirnya saya dan adik saya dapat meneruskan kuliah. Sebagai konsekuensinya, kami mempunyai kewajiban untuk menjadi staff admin AAT. Semula belum ada yang namanya SIANAS (Sistem Informasi Anak Asuh). Semua proses administrasi AAT masih dikerjakan secara manual. Proses pencarian orang tua asuh dilakukan hanya melalui email. Ratusan email harus dikirimkan ke orangtua asuh dalam satu hari. Namun seiring berjalannya waktu, SIANAS pun berhasil diprogram oleh Mas Bastian. Pada saat itu jumlah anak asuh masih sekitar 1000-an anak. Masih terasa mudah mengerjakannya walaupun hanya dikerjakan berdua dengan adik saya. Berbeda dengan…
Read More

A Cup of Tea for You

Kabar, Kisah Relawan
Menjadi seorang Pendamping Komunitas (PK) atau sering disebut sebagai Staff Admin AAT membuat saya memiliki banyak pengalaman dan rasa yang dapat saya bagikan kepada orang lain. Salah satunya lewat perjalanan saya ketika saya berada di Purworejo. Saat itu sekitar akhir bulan Mei 2013 saya sedang menempuh skripsi dan berada pada tahap penelitian dan wawancara. Karena penelitian dan wawancara memerlukan waktu kurang lebih 1 minggu maka saya meminta tolong Bapak Hadi (Pengurus AAT) untuk menghubungi penanggung jawab AAT di SMA Pius Bhakti Utama sekaligus Kepala Asrama SMA Pius Bhakti Utama agar saya diperbolehkan tinggal di Asrama SMA Pius Bhakti Utama. Penanggung jawabnya yaitu Sr. Evarista, ADM bersedia untuk menampung saya. Akhirnya saya pun tinggal disana selama 5 hari 4 malam. Hal yang menarik ketika saya tinggal di sana adalah ketika makan…
Read More

Kisah Relawan: Panti Rini Purworejo

Kabar, Kisah Relawan
[caption id="attachment_2532" align="aligncenter" width="630"] Wawancara calon anak asuh di Panti Rini.[/caption] TANGGAL 1 Juni 2013 saya, Kak Isma, Kak Desti, dan Kak Mega mendapat tugas kunjungan dan wawancara untuk sekolah yang mengajukan Beasiswa AAT di daerah Purworejo. Ada cukup banyak calon anak asuh dari 4 komunitas yang perlu kami wawancarai. Salah satunya adalah Panti Asuhan Panti Rini. Dan kebetulan kami berempat menginap panti asuhan tersebut. Kami tiba di sana saat hari sudah gelap, kurang lebih pukul 21.00. Kami dijemput oleh seorang Bruder di depan sebuah rumah sakit, kemudian kami pun diantarkan menuju Panti Rini. Setibanya di Panti Rini, kami disambut dengan hangat oleh senyum manis anak-anak yang tinggal di sana. Anak-anak tersebut dengan sengaja menunggu kedatangan kami, padahal seharusnya peraturan panti tidak memperbolehkan mereka tidur terlalu malam. Mereka mengerubungi kami…
Read More

Kisah Relawan : SMP Pangudi Luhur Tuntang

Kabar, Kisah Relawan
[caption id="attachment_2373" align="aligncenter" width="640"] Suasana belajar mengajar SMP Pangudi Luhur Tuntang[/caption] SMP PANGUDI LUHUR (PL) Tuntang terletak di di Desa Tlogo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dari Salatiga lebih kurang 5 Km. Untuk menuju sekolah ini tidak sulit, hanya saja letaknya jauh dari wilayah kota Salatiga. Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh perkebunan karet dan buah-buahan Desa Tlogo. Kondisi sekolah saat kami kunjungi kebetulan habis direnovasi jadi terlihat bersih dan indah. Biaya renovasi ini diperoleh dari pemerintah kota Salatiga. Kepala sekolah dan guru guru di sana sangat ramah dan benar-benar perhatian pada kami.   [caption id="attachment_2375" align="alignleft" width="350"] Gerbang depan SMP Pangudi Luhur Tuntang[/caption] Tidak hanya mengembangkan prestasi akademis, di bidang non-akademis SMP PL Tuntang menyediakan ekstra-kulikuler menjahit, olahraga, karawitan demi pengembangan bakat para siswa. Hasilnya juga memuaskan sebab antara tahun 2009-2010,…
Read More

Kisah Relawan : SMP Theresiana Sumowono

Kabar, Kisah Relawan
[caption id="attachment_2338" align="aligncenter" width="635"] Tim AAT bersama calon anak asuh SMP Theresiana Sumowono[/caption] TIM AAT SEMARANG mengunjungi SMP Theresiana Sumowono yang beralamat di Jalan Pahlawan No.18 Sumowono pada 2 Juni 2013. Nama Theresiana pasti sangatlah favorit untuk banyak orang, khususnya bagi masyarakat Semarang. Namun yang terjadi justru berbeda, meski sama-sama di bawah naungan Yayasan Bernadus, SMP Theresiana Sumowono justru merupakan sekolah yang menurut saya dan teman-teman kurang dari baik untuk sebuah sekolah. Hal ini karena letaknya yang kurang strategis, jauh dari tengah kota. Saat saya dan teman-teman berkunjung pun, kita tidak tahu di mana SMP Theresiana berada sebab tingginya rumput-rumput liar yang menghalangi akses menuju sekolah. Sesampainya di sana, kami kami mewawancarai kepala sekolah serta salah satu penanggung jawab. Wawancara Kepala Sekolah dan Penanggung Jawab adalah prosedur baku yang harus…
Read More

Kisah Relawan : Cepu Punya Cerita

Kabar, Kisah Relawan
PERJALANAN sore itu diawali dengan kecemasan kami akan tiket kereta ekonomi yang telah habis terjual. Padahal sudah jelas bahwa malam itu kami diwajibkan untuk tiba di Cepu karena Pak Michael (Kepala Sekolah SMK Katolik St. Yusuf) sudah menanti kedatangan kami. Pak Michael juga sudah mempersiapkan para muridnya untuk diwawancarai oleh team relawan AAT Semarang. Akhirnya kami memilih untuk tetap berangkat dengan Kereta Cepu Ekspress karena tak ada pilihan kereta lain. Kereta berangkat tepat pukul 17.05 WIB. Empat jam selama perjalanan kami tidak hanya duduk dan berdiam diri di atas kursi kereta api. Beberapa dari kami menghabiskan waktu dengan mengobrol tentang rencana yang akan kita kerjakan di Cepu. Ada pula yang sembari mengerjakan tugas kuliah karena kami pergi dengan membawa sejuta tugas layaknya mahasiswa pada umumnya. Singkat cerita setelah 4 jam…
Read More

Sepaket Kisah Siswa SMA Bruderan

Kabar, Kisah Relawan
KUNJUNGAN PERDANA ke SMA Bruderan di Purworejo adalah misi pertama dari Anak Anak Terang (AAT) untuk saya dan teman-teman. SMA Bruderan bukanlah sekolah yang buruk jika dilihat dari fisik bangunan serta fasilitasnya. Dari pandangan pertama, dapat disimpulkan bahwa sekolah tersebut memiliki administrasi persekolahan yang teratur dan tersusun rapi. Namun tetaplah, bahwa di dunia tidak ada yang sempurna. SMA Bruderan Purworejo memiliki 460 murid. Terdiri dari 116 siswa kelas X, 150 siswa kelas XI, dan 194 siswa kelas XII. Dari tahun ke tahun jumlah siswa yang ingin mengenyam pendidikan di sana selalu berkurang. Hal ini disebabkan karena masyarakat Purworejo mempunyai mindset bahwa pendidikan di SMA Bruderan cukup mahal, serta tidak sesuai dengan kondisi keuangan para orang tua siswa yang rata- rata adalah kelas ekonomi prasejahtera. Selain itu, banyak pola pikir masyarakat…
Read More

Kunjungan AAT ke SD Proklamasi

Kabar, Kisah Relawan
SD PROKLAMASI beralamat di Jalan Jagir Sidomukti IV/35 Surabaya. Tim AAT mengunjungi sekolah ini tanggal 26 September 2012. SD Proklamasi pada tahun ajaran 2012/2013 memiliki 8 guru dan 124 siswa mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Karena berada di dalam perkampungan, sekolah ini sedikit jauh dari pusat keramaian. Untuk area sekolah pun harus berbagi dengan kantor RW agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana.   [caption id="attachment_1572" align="aligncenter" width="625"] Pintu gerbang SD Proklamasi Surabaya[/caption] Rata-rata orang tua siswa SD Proklamasi tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Ada yang menjadi buruh, tukang becak dan lain sebagainya. Selain itu mereka juga tinggal dalam rumah yang kondisinya tidak memungkinkan. Dalam satu komplek rumah terdapat 4 sampai dengan 5 rumah, ada juga kost dengan biaya yang murah. Artinya untuk tinggal pun mereka kesulitan, sehingga…
Read More

Survey AAT : SD Kanisius Ngawen

Kabar, Kisah Relawan
PADA SEBUAH PUCUK BUKIT di Desa Jurangjero, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, disinilah SD Kanisius Ngawen berada. Terletak di wilayah pegunungan dengan jalanan yang sulit menjadikan sekolah ini susah dijangkau. Meskipun demikian, walau harus menghadapi medan yang tidak mudah, pantang menyurutkan semangat siswa SD Kanisius Ngawen untuk tetap belajar. Untuk ke sekolah, sejauh satu hingga empat kilometer mesti ditempuh para murid dengan berjalan kaki, baik dalam cuaca panas maupun hujan. Kondisi sosial ekonomi orang tua siswa SD Kanisius Ngawen pada umumnya tidak mampu. Dengan tingkat pendidikan orang tua siswa rata-rata SD dan SMP, sebagian besar dari mereka bermata pencaharian hanyalah sebagai buruh tani. Kondisi sarana prasarana sekolah pun tidak optimal. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan, meja yang digunakan sudah rapuh dan berlubang. Tetapi, selalu ada hal yang layak untuk dipuji : semangat yang tinggi dari para…
Read More